Kick Off Water Stewardship Di Masjid Istiqlal (Istimewa)
Dream - Pemicu masalah krisis air bersih tidak hanya berasal dari penggunaan rumah tangga. Hampir setiap tempat yang membuat air yang tak termanfaatkan dengan dengan volume yang berbeda-beda.
Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Dr. Hayati Sari Hasibuan, S.T., M.T., belum lama ini menemukan data jumlah volume air yang tidak dimanfaatkan di empat masjid di Depok dan Jakarta. Keempat masjid itu adalah Masjid Istiqlal, Masjid Arief Rahman Hakim – UI Salemba, Masjid Ukhuwah Islamiyah – UI Depok, dan Masjid Agung At-Tin.
Temuan itu merupakan bagian dari program Water Stewardship di lingkungan masjid yang dilakukan PT Unilever Indonesia Tbk berkolaborasi dengan Sekolah Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI).
Program dari Unilever akan memberikan dukungan berupa penerapan teknologi dan infrastruktur tata kelola air, serta edukasi dan kebiasaan penggunaan air yang lebih bijak ke masyarakat.
Dalam temuannya, SIL UI mencatat rata-rata jumlah volume air yang terbuang jika tidak dimanfaatkan dari keempat masjid itu mencapai 6.000-58.000 liter per hari. Seluruhnya merupakan grey water (air limbah non-industri) yang sangat potensial untuk diolah kembali sebagai bagian dari upaya mengurangi pemborosan penggunaan air bersih.
Khusus di Masjid Istiqlal diketahui rata-rata jumlah penggunaan air mencapai 13.958 liter per hari yang sebagian besarnya dipergunakan untuk wudhu sebanyak 1,5-2 liter per sekali wudhu
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk Nurdiana Darus, menjelaskan program Water Stewardship merupakan implementasi dari salah satu pilar strategi global yakni ‘The Unilever Compass’ untuk membangun planet lebih lestari.
" Untuk memberikan manfaat yang lebih luas, kami turut melakukan upaya konservasi dan peningkatan pasokan air bersih di level komunitas, seperti pesantren dan lingkungan masjid,” katanya dalam kick off Water Stewardship di Masjid Istiqlal, Rabu, 2 Agustus 2023
Imam Besar Masjid Istiqlal K.H. Nasaruddin Umar dalam kesempatan yang sama menerangkan, ajaran untuk mengatasi krisis air secara tidak langsung sudah diajarkan Islam melalui Rasululllah SAW dalam praktik berwudhu.
" Rasulullah mengajarkan untuk berwudhu dengan sangat hemat, yaitu sebanyak 1 mud saja atau setara dengan cakupan dua telapak tangan dewasa dalam 1 kali wudhu. Tentunya ajaran ini semakin relevan dengan kondisi krisis air bersih seperti sekarang," ujarnya.
Pemilihan masjid sebagai sasaran program ini dinilai sangat tepat karena rumah ibadah umat Islam ini bisa memberikan teladan bijak tentang cara mengelola dan memanfaatkan air. " Sudah selayaknya bermula dari masjid,” ujarnya.
Pada penerapan teknologi kali ini, Hayati menjelaskan banyak cara bisa diterapkan untuk pengelolaan air seperti water recycling yang bisa mengurangi potensi berbahaya dari grey water melalui proses fisika, kimiawi dan biologis.
Teknologi itu dapat menghasilkan air daur ulang yang aman digunakan untuk berbagai kebutuhan di area masjid. Pemrosesan dan penggunaan air daur ulang ini juga telah diatur oleh Fatwa MUI nomor 2 tahun 2010 tentang Air Daur Ulang.
Upaya pengelolaan air yang lain adalah memanfaatkan air hujan, yang bahkan bisa dipakai untuk minum dengan cara merebusnya terlebih dahulu ataupun dengan filterisasi.
“ Melalui sistem Pemanenan Air Hujan yang melibatkan penampungan dan beberapa tahapan filterisasi, air hujan dapat digunakan sebagai air baku dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut, karena relatif lebih bersih,” terang Dr. Hayati.
Hayati menyebut rata-rata penggunaan air bersih di perkotaan Indonesia adalah 169,11 liter per orang setiap harinya.
“ Rata-rata pemakaian air bersih di rumah tangga di perkotaan Indonesia adalah 169,11 liter/orang/hari. Saat 50 juta keluarga Indonesia mulai menghemat air, maka diperkirakan bisa membantu 15 juta keluarga yang tidak punya akses terhadap air bersih," lanjut Hayati
Kualitas air di Indonesia disebutnya masih relatif rendah. Merujuk Data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), kurangnya ketersediaan air bersih di permukaan menjadikan air tanah sebagai penopang kebutuhan air bersih bagi masyarakat.
Saat ini 80 persen kebutuhan air bersih khususnya di wilayah perkotaan, pusat industri dan permukiman padat berasal dari air tanah.
Sebagai pilot project, program Water Stewardship di keempat masjid ini dilakukan dengan pendekatan teknologi yang berbeda. Teknologi water recycling dan sistem Pemanenan Air Hujan akan diuji coba di Masjid Arief Rahman Hakim – UI Salemba dan Masjid Ukhuwah Islamiyah – UI Depok.
Sementara teknologi Sistem Pemanenan Air Hujan akan diterapkan di Masjid Agung At-Tin, Jakarta Timur.
Khusus untuk Masjid Istiqlal yang sudah memiliki teknologi water recycling dan sistem Pemanenan Air Hujan, program Water Stewardship ini akan memberikan dukungan berupa unit gerobak listrik pembawa tangki air yang akan mendistribusikan air dari hasil daur ulang dan penampungan air hujan untuk berbagai kebutuhan di lingkungan masjid.
Program lain yang dijalankan Unilever Indonesia di setiap masjid adalah menempatkan materi edukasi hemat air yang berpotensi menjangkau 26.000 jamaah yang beribadah di keempat masjid setiap harinya.(Sah)