Menggali Inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, IRT yang Berkarya Lewat Novel hingga Dilirik Produser Film

Reporter : Editor Dream.co.id
Kamis, 28 Maret 2024 17:48
Menggali Inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, IRT yang Berkarya Lewat Novel hingga Dilirik Produser Film
Muyas mengepakkan karier dengan menulis novel yang di dalamnya menyisipkan misi menyuarakan kekerasan seksual, pernikahan anak, dan lingkungan.

1 dari 15 halaman

Menggali Inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, IRT yang Berkarya Lewat Novel hingga Dilirik Produser Film

Menggali Inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, IRT yang Berkarya Lewat Novel hingga Dilirik Produser Film © Menggali inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, ibu rumah tangga yang berkarya lewat novel hingga dilirik produser film. Muyassarotul Hafidzoh

2 dari 15 halaman

Dream – Berawal dari kegemaran membaca buku sejak masih kecil, Siti Muyassarotul Hafidzoh tak pernah menyangka jalan hidup membawanya pada dunia menulis.

Tak hanya sebagai penulis, dia juga berperan sebagai ibu rumah tangga, pendidik, dan aktivis di berbagai organisasi.

Perempuan yang biasa disapa Muyas ini sudah banyak menghasilkan karya tulis sejak menempuh pendidikan di pondok pesantren.

Tulisannya beraneka ragam. Beberapa karya opini Muyas sudah sering dimuat di berbagai surat kabar. Dia juga sudah melahirkan novel yang saat ini sudah memiliki tiga judul.

3 dari 15 halaman

© Menggali inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, ibu rumah tangga yang berkarya lewat novel hingga dilirik produser film. Muyassarotul Hafidzoh

Perempuan yang sangat mencintai dunia pendidikan serta bersemangat menghidupkan masjid dengan memantik semangat para pemuda ini telah menunjukkan kecintaan pada menulis dengan sederet karyanya.

4 dari 15 halaman

Mengejar Asa dari Pondok Pesantren

Mengejar Asa dari Pondok Pesantren © Menggali inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, ibu rumah tangga yang berkarya lewat novel hingga dilirik produser film. Instagram @muyassaroh_h

Di usianya yang masih belia, Muyas sudah berani menentukan cita-citanya menjadi penulis.

Impiannya yang kala itu masih dianggap sebelah mata dan cenderung diremehkan.

5 dari 15 halaman

Namun padangan sinis itu bulan pemadam api semangat dalam dirinya. Sebaliknya, perempuan asal Cirebon ini terlecut untuk membuktikan bahwa dirinya mampu meraih impiannya.

Mengenyam pendidikan di pondok pesantren Ali Maksum Yogyakarta, rasa cinta pada dunia sastra semakin terasah. Berbagai buku sastra ia lahap. Karya-karya sastra dari Chairil Anwar, Sutan Ali Syahbana, dan sastrawan senior lainnya jadi makanan sehari-hari.

Keberanian Muyas menulis dimulai kala mengirimkan puisi ke pengurus mading sekolah. Merasa belum punya kepercayaan diri yang besar, puisi karya Muyas itu dibuat menggunakan nama samaran.

6 dari 15 halaman

Seiring berjalannya waktu, kecintaan Muyas di dunia sastra, menulis, menuntutnnya menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai pimpinan redaksi di madrasah aliyah, tempatnya menuntut ilmu.

Bukan hal mudah bagi dirinya berada di posisi itu. Apalagi sebagai perempuan yang mengganti pimpinan redaksi dari kalangan laki-laki.

Namun kepercayaan dirinya semakin kokoh diiringi niat menjalankan tugas sebaik mungkin.

7 dari 15 halaman

© Menggali inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, ibu rumah tangga yang berkarya lewat novel hingga dilirik produser film. Instagram @muyassaroh_h

8 dari 15 halaman

Tak berhenti di situ, dunia sastra membuat seorang Muyas semakin menggebu untuk menggali potensi lebih dalam.

Ia turut serta dalam komunitas Coret yang diselenggarakan oleh LKiS (Lembaga Kajian Islam dan Sosial).

Dari sinilah, Muyas mendapatkan pengetahuan tentang keberagaman dan toleransi.

Dia juga mulai mengasah kemampuannya dalam menulis esai hingga membuatnya candu. Terlebih tulisan opini yang dikirimkan ke berbagai surat kabar bisa menghasilkan uang.

9 dari 15 halaman

Bersuara Melalui Novel

Bersuara Melalui Novel © Menggali inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, ibu rumah tangga yang berkarya lewat novel hingga dilirik produser film. Instagram @muyassaroh_h

Tak melulu melahirkan karya berupa non fiksi. Muyas juga mengepakkan karier dengan menulis novel yang di dalamnya turut menyisipkan misi menyuarakan kekerasan seksual, pernikahan anak, dan lingkungan.

10 dari 15 halaman

Isu-isu tersebut disuarakan Muyas melalui novel yang harapannya bisa dinikmati oleh kalangan siapa saja. Baik remaja hingga ibu rumah tangga.

Tak tanggung-tanggung, Muyas telah melahirkan tiga judul novel yakni Hilda, Cinta Dalam Mimpi, serta Hanna & Syauqi.

Seorang produser bahkan telah mengutarakan niatnya untuk mengangkat karya novel itu menjadi sebuah film. Kontraknya pun sudah ditandatangani.

Di tengah kesibukan mengurus ketiga putra dan mengasuh anak-anak muda di Asrama Kreatif Bil Qalam miliknya bersama sang suami, Muyas kini tengah menggarap novel keempatnya yang tidak jauh dari topik perempuan.

11 dari 15 halaman

© Menggali inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, ibu rumah tangga yang berkarya lewat novel hingga dilirik produser film. Muyassarotul Hafidzoh

Kabarnya, novel tersebut mengangkat isu difabel yang membuat Muyas belajar keras bahasa isyarat agar pesan yang disuarakan bisa tersampaikan dengan baik kepada pembaca.

12 dari 15 halaman

Menulis Tidak Akan Saya Tinggalkan

Menulis Tidak Akan Saya Tinggalkan © Menggali inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, ibu rumah tangga yang berkarya lewat novel hingga dilirik produser film. Instagram @muyassaroh_h

Perempuan yang memiliki semangat mengajar dan belajar yang sangat besar ini telah memantapkan hatinya untuk tidak meninggalkan dunia menulis.

13 dari 15 halaman

Menulis tidak akan saya tinggalkan. Dan ternyata saya menikmati menulis sastra. Kemungkinan ke depan akan menulis sastra terus, walaupun tidak menutup kemungkinan menulis buku yang lain.” jelas Muyas.

Meski telah melahirkan tiga karya novel, ternyata seorang Muyas masih memiliki impian yang belum tercapai. Ia ingin membuat lembaga pendidikan yang ramah dengan tujuan membantu banyak orang.

Pingin buat lembaga pendidikan yang ramah. Entah itu SD, SMP, atau SMA. Ingin membantu banyak orang, khususnya perempuan-perempuan yang tidak punya akses pendidikan.” tutur Muyas.

14 dari 15 halaman

© Menggali inspirasi dari Muyassarotul Hafidzoh, ibu rumah tangga yang berkarya lewat novel hingga dilirik produser film. Instagram @muyassaroh_h

15 dari 15 halaman

Di akhir wawancara, Muyas memberikan pesan kepada para perempuan:

Berdaya sejak dari pikiran. Gali terus potensi. Jangan ragu untuk mengembangkan diri. Karena perempuan juga makhluk yang memiliki intelektual. Sehingga layak untuk didengar, layak untuk berperan untuk kemaslahatan umat di bumi. Karena kita sama-sama manusia, sama seperti laki-laki sebagai khalifah fil ard tugasnya itu penting.

Beri Komentar