Antibiotik Bukan Obat untuk Sakit Tenggorokan Ringan

Reporter : Mutia Nugraheni
Jumat, 16 November 2018 19:45
Antibiotik Bukan Obat untuk Sakit Tenggorokan Ringan
Jangan minum antibiotik tanpa resep dokter.

Dream - Terasa nyeri saat menelan, kadang disertai batuk dan suhu badan meningkat. Keluhan ini biasanya disimpulkan sendiri oleh banyak orang sebagai radang tenggorokan.

Untuk meredakannya, obat hisap manis yang banyak dijual di pasaran dianggap sebagai solusi tepat. Rupanya hal ini salah besar.

Obat hisap yang biasa digunakan tersebut ternyata antibiotik yang tergolong obat keras. Perlu resep dokter untuk meminumnya.

" Padahal, dari berbagai studi mengatakan, 90 persen sakit tenggorokan itu karena virus. Dalam keadaan tertentu memang disebabkan bakteri. Tapi kalau sudah seperti itu, pasti sudah dibawa ke dokter," kata dr. Anis Karuniawati, spesialis Mikrobiologi, Rumah Sakit Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat beberapa waktu lalu.

Coba-coba mengobati sakit tenggorokan dengan antibiotik adalah salah. Anis mengatakan, penyakit karena bakteri akan terlihat lebih parah daripada virus. Meskipun virus saat ini juga sudah berkembang dan mampu membuat panas tubuh menjadi tinggi.

Ia juga menyinggung perihal anggapan orang-orang yang menyebut, sakit yang tidak sembuh dalam tiga harus segera diberikan antibiotik.

" Sekarang tidak bisa seperti itu. Kita harus buktikan dengan laboratorium," ujarnya

Penggunaan antibiotik secara bijak harus dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya untuk mencegah kondisi resistensi antibiotik (antimicrobial resistance/AMR). Resistensi antibiotik sendiri dianggap bertanggung jawab atas 700 ribu kematian di seluruh dunia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), AMR diprediksi menyebabkan 10 juta kematian secara global setiap tahunnya pada 2050.

" Setiap negara harus punya upaya yang diterjemahkan dalam bentuk National Action Plan, Indonesia sudah punya sejak 2017 sampai 5 tahun ke depan, dan ini menyangkut banyak sektor, " ungkap Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. Erni Juwita Nelwan.

(Sah, Laporan Giovani Dio/ Liputan6.com)

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More