Anak Selalu Melengos Saat Dinasihati, Apa yang Salah?

Reporter : Mutia Nugraheni
Jumat, 18 November 2016 17:02
Anak Selalu Melengos Saat Dinasihati, Apa yang Salah?
Orangtua sebenarnya masih banyak punya "senjata" untuk memberitahu kesalahan anak.

Dream - Nasihat mungkin sudah sering Sahabat Dream lontarkan puluhan bahkan ratusan kali pada anak. Tetapi tetap saja anak melakukan kesalahan yang sama.

Nasihat bagi sebagian orangtua masih dianggap penting untuk untuk menanamkan nilai positif. Tapi nasihat yang diberikan ada kalanya tidak efektif.

" Kita sebagai orang dewasa dengar nasihat saja malas, bawaannya mau buang muka dan iya-iya saja biar tidak lama dan buang waktu. Sama juga dengan anak, mereka dengerin nasihat ya cuma hari itu saja, dan angguk-angguk supaya mama atau papanya ngomelnya tidak lama," kata Najeela Shihab, psikolog dan juga pendiri komunitas Keluarga Kita di kelas Rangkul untuk orangtua, Kamis 17 November 2016.

Menurut Najeela, nasihat memang bukan komunikasi efektif yang bisa dilakukan pada anak. Sehingga jika anak malah buang muka dan mengulang kesalahan sama berulangkali setelah diberi nasihat, itu jadi hal wajar. Semua orang cenderung melakukan itu bahkan orang dewasa.

Orangtua sebenarnya masih banyak punya " senjata" untuk memberitahu kesalahan anak dan mengkomunikasikan nilai-nilai yang ada. Jika bukan nasihat apa yang harus dikatakan orangtua?

 

1 dari 1 halaman

Solusinya

Solusinya © Dream

Hal pertama adalah menahan emosi agar tak menutup komunikasi. Mencoba mencari tahu pemicu utama kesalahan anak dan bersama-sama mencari jalan keluar.

Misalnya, anak pulang malam dan tak memberi kabar. " Anak pulang malam, tidak kasih kabar, orangtua biasanya nih langsung kesal dan marah, terus bilang " kemana aja sih? jangan pulang malam dong, besok sekolah, nanti susah bangun, terus PR sudah dikerjakan belum?" , langsung panjang, anak jadinya cuma nunduk masuk kamar, tidak ada komunikasi lebih lanjut," ujar Najeela.

Kondisi tersebut menurut Najeela, malah menutup komunikasi dengan anak. Orangtua tidak tahu alasan anak pulang malam, anak juga merasa kesal dan jadi timbul konflik. Masalah yang sama pun sangat mungkin terjadi di kemudian hari.

Akan lebih baik jika orangtua menahan emosi, lalu menunjukkan empati dan merefleksikan pengalaman yang pernah terjadi.

" Padahal sebagai orangtua kita bisa nanya, misalnya 'capek banget ya pulang malam, sudah makan? mama dulu juga waktu sekolah suka pulang malam gini, tapi bilang sama eyang, soalnya dia suka panik cari-cari dan gak bisa tidur nunggu mama di rumah. Mama sekarang juga waswas nungguin kalau kamu gak ada kabar', kita cerita ke anak kalau kita pernah seperti dia," ungkap Najeela.

Daripada memberi nasihat tanpa tahu masalahnya, lebih baik membuka percakapan dan mencari tahu mengapa anak melakukan kesalahan. Hal ini justru akan membuat anak tahu kalau konsekuensi dalam tiap perbuatannya. Bukan hanya pada dirinya tapi juga orang di sekitarnya. Komunikasi pun jadi lebih terbuka.(Sah)

 

Beri Komentar