Ilustrasi/ Foto: Shutterstock
Dream – Secara alami, vagina menampung berbagai jenis bakteri dalam level yang seimbang. Saat keseimbangannya terganggu maka masalah dapat terjadi. Kondisi tersebut akan memicu masalah infeksi vagina yang disebut Bacterial Vaginosis (BV).
Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention/ Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat), BV merupakan keluhan pada vagina yang palling umum dan sering terjadi pada wanita usia 15-44 tahun.
" BV merupakan ketidakseimbangan bakteri pada vagina. Tanda BV yang paling mudah ditemui adalah keputihan yang cair, dengan warna yang sedikit keabu-abuan dengan bau tak sedap," ujar Jonathan Schaffir, MD, seorang dokter obstetri dan ginekologi, Pusat Medis Wexner Universitas Negeri Ohio, dikutip dari PopSugar.
Ia menyatakan bahwa bakteri yang dapat menyebabkan BV berada di vagina secara normal, tapi ‘bakteri baik’ yang ada di vagina akan menekan ‘bakteri buruk’ dan membantu mencegahnya tumbuh di luar kendali.
“ Cara apa yang digunakan untuk mengukur dan membuat (bakteri) menjadi tidak seimbang belum diketahui hingga kini, dan juga tidak jelas mengapa sebagian wanita tidak pernah terkena (BV) dan mengapa lainnya terkena,” ujar Schaffir.
Hingga kini tidak ada cara terbaik yang diketahui untuk mencegah BV karena cara penyebarannya pun belum sepenuhnya dipahami. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu menjaga vagina tetap sehat dan mengurangi risiko level bakteri tak seimbang.
Jangan lakukan vagina douching
Jangan menyemprot atau mencuci bagian dalam saluran vagina menggunakan cairan pembersih, karena vagina memiliki sistem pembersihan secara alami. Membilasnya dengan sabun akan mengganggu proses alaminya dapat mengganggu keseimbangan bakteri di vagina. Cara aman untuk membersihkan vulva, atau area genital eksternal, adalah hindari produk pembersih yang wangi karena bisa mengiritasi area intim.
Dokter Schaffir menjelaskan membersihkan vagina dari depan ke belakang selain menjaga bakteri baik yang hidup di dalam vagina, juga tidak membawa bakteri dari luar. Selain itu menurut Mayo Clinic, menyeka vagina dari depan ke belakang setelah buang air kecil juga dapat membantu anda untuk mengurangi risiko terkena infeksi saluran kencing.
Gunakan pakaian dalam yang pas dan sejuk
Dr. Schaffir menyebutkan bahwa pakaian dalam yang pas dan sejuk akan menghindari vagina dari lembap. Ia menambahkan bahwa pakaian dalam yang ketat juga dapat menarik bakteri ke dalam lubang vagina dan membuat lembap yang dapat menciptakan lebih banyak tempat bagi bakteri untuk berkembang.
Pilih pakaian dalam dengan bahan serat alami, seperti katun yang cenderung lebih sejuk dari bahan lainnya. Ia juga mengatakan bahwa kain yang sejuk dapat membantu mengurangi pertumbuhan bakteri yang juga akan meminimalkan risiko BV.
Laporan: Anzila Riskia Putri
Dream – Sebagai suami istri, penting untuk melakukan hubungan intim secara rutin. Bukan hanya untuk meningkatkan kedekatan fisik dan emosi, tapi juga untuk kesehatan seksual.
Sayangnya, beberapa perempuan mengalami keluhan yang tak nyaman setelah berhubungan intim, seperti kembung. Keluhan ini jika muncul sesekali mungkin tak masalah, tapi bagaimana jika selalu terjadi? Tentunya sangat menganggu.
Bagi kamu yang kerap mengalami kembung parah setelah berhubungan intim, segera cari tahu sebabnya untuk mendapatkan solusi. Penyebanya bisa jadi empat hal ini.
Rahim Retrofleksi
Jika kamu memiliki rahim retrofleksi/ terbalik (rahim miring ke belakang), berhubungan intim dapat menyebabkan rahim bergerak dan melakukan kontak dengan organ lain di sekitarnya. Akibatnya, muncul rasa tak nyaman seperti kembung dan mungkin mengalami rasa sakit.
" Tanda-tanda rahim terbalik adalah nyeri saat berhubungan seks dan nyeri haid, tetapi seringkali tidak memiliki gejala," kata pakar kesehatan wanita Jennifer Wider, MD, dikutip dari PopSugar.
Untuk mengetahui apakah kamu memiliki rahim terbalik atau tidak butuh pemeriksaan dokter. Bila setelah berhubungan intim kerap mengalami nyeri dan kembung, segera konsultasi dengan dokter.
Penyebab potensial lain dari kembung setelah berhubungan seks adalah ketidakseimbangan atau pertumbuhan berlebih dari bakteri alami di vagina. Jenis infeksi menjengkelkan ini sering dipicu oleh air mani di vagina atau pelumas dengan bahan pemanis buatan.
Penting untuk menjaga keseimbangan bakteri pada area intim. Salah satu caranya rutin mengonsumsi makanan kaya probiotik. Seperti kimchi, asinan kubis, dan kombucha untuk menjaga bakteri vagina tetap sehat dan seimbang.
“ Seringkali, wanita akan mengalami kembung sebelum dan/atau saat menstruasi, jadi jika mereka melakukan hubungan intim mendekati siklus dalam sebulan, kemungkinan besar berperan,” kata Dr. Wider.
Hormon dapat menyebabkan banyak perubahan dalam tubuh kita ketika menstruasi. Mungkin itu sebabnya kamu mengalami kembung setelah berhubungan intim.
Memiliki Masalah Pencernaan
Masalah yang lebih serius yang bisa menjadi penyebab di balik kembung yaitu melibatkan usus. Jika memiliki riwayat masalah pencernaan seperti irritable bowel syndrome (IBS), sembelit, dan gangguan pencernaan, dr. Wider mengatakan bahwa kamu mungkin rentan mengalami kembung setelah berhubungan seksual.
Ada juga gejala IBS lain yang harus diwaspadai seperti sembelit, kram, sakit perut, dan diare. Untuk membantu meringankan dan mengatasi kembung, dr. Wider merekomendasikan untuk menghindari makanan yang mengandung gas. Seperti kacang-kacangan sebelum melakukan hubungan seksual.
Laporan Siti Sarah Al Hafizd
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya