Masjid Hidayatullah (Dream/ Bimo Putranto Prihandono)
Dream - Masjid itu letaknya tersempil. Berada di pojok kompleks gedung pencakar langit. Gedung kembar Sampoerna Strategic tinggi menjulang di sebelah utara. Di seberangnya, ada menara Standart Chartered yang berlantai 35. Di antara dua gedung itu, mesjid itu terletak.
Bentuknya unik. Jika dilihat sepintas, lebih mirip kelenteng. Bagian atap berbentuk limas, bersusun tiga. Pada bagian ujung bawah atap melengkung, khas arsitektur Tiongkok. Inilah Masjid Hidayatullah. Masjid yang terletak di Kelurahan Karet Semanggi, Jakarta Selatan.
“ Tiga atap yang bersusun itu mempunyai arti witrun, yaitu tidak ada yang sempurna selain Allah,” tutur pengurus Masjid Hidayatullah, Muhammad Thohir, saat berbincang dengan Dream.
Masjid itu juga memiliki dua menara yang menjulang 12 meter yang dibangun dengan dana Rp 750 juta. “ Dua menara kembar itu melambangkan dua kalimat syahadat,” tambah dia.
Masuk ke dalam, arsitektur ini semakin beragam. Tak hanya China. Masjid ini rupanya juga mengadopsi arsitektur Betawi, Jawa, dan juga Arab. Unsur Betawi ditandai dengan jendela tinggi yang terbuat dari kayu. Menara kembar di luar diadopsi dari kebudayaan Jawa.
Sementara, unsur Arab terdapat pada ukiran kaligrafi di masing-masing tiang penyangga. “ Di bagian dalam masjid terdapat delapan buah tiang penyangga,” tutur Thohir.
“ Kedelapan tiang itu dibagi menjadi dua bagian. Lima menunjukkan rukun Islam dan tiga lainnya mengandung makna Islam, Iman, dan Ikhsan,” tambah dia.
Masjid ini dibangun pada tahun 1747. Dibangun di atas lahan seluas 3.000 meter persegi yang merupakan wakaf dari warga Betawi blasteran Cina dan Bugis, Muhammad Yusuf. Dia merupakan seorang pekerja pada Menir Belanda, Safir Hands.
“ Luas tanahnya kini hanya tinggal 1.600 meter persegi, akibat penggusuran untuk perluasan kali Krukut pada tahun 1972,” ujar Thohir.
Masjid Hidayatullah beberapa kali direnovasi. Perbaikan pertama dilakukan tahun 1921 dengan penambahan bangunan samping. Perbaikan ke dua dilakukan tahun 1948 dengan menambahkan porselen. Perbaikan ke tiga pada tahun 1972 menambah eternit, dan perbaikan keempat tahun 1983 dengan memperluas bangunan luar.
Masjid ini, juga menjadi saksi bisu perjuangan para pejuang dari tanah Betawi dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Masjid ini dulunya menjadi salah satu basis perjuangan.
Keunikan lain yang terdapat di Masjid Hidayatullah adalah, di bagian pekarangan tumbuh pohon kurma, pohon malaka, dan pohon nangka, yang konon usianya ratusan tahun. Selain itu, ada pula enam makam dari para pendiri masjid dan para pejuang, yang hingga kini terawat rapi.
Laporan: Bimo Putro Prihandono
Baca Juga: Cerita Perut Rasulullah Berbunyi saat Salat Masjid Al Makmur, Oase di Tengah Pusat Ekonomi Tanah Abang Jika Dibaca Sampai Pagi, Niscaya Bisa Melihat Malaikat Kisah Bilal dan Azan Terakhirnya Surat-surat Peninggalan Nabi Muhammad Kisah Percobaan Pembunuhan Rasulullah Kisah Nenek Pembenci Rasulullah Kebaikan Hati Muslim Norwegia ke Tokoh Anti-Islam
Advertisement
Kepsek SD Negeri Ini Absen 4 Bulan Tapi Tetap Digaji, Auto Kena Semprot Wakil Bupati
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Pemilik Kulit Kering Wajib Tahu, Ini Kandungan Makeup yang Harus Dihindari
Anak SMA Jual Kopi ala Racikan Barista di Kelas, Laris Manis
Profil Lengkap Sanly Liu, Content Creator Asal Bali Juara Miss Universe Indonesia 2025
7 Akibat Kebiasaan Telat Makan, Jangan Sampai Berujung Fatal