Para Wanita Umoja (Sumber: Media.museumofnewmexico.org)
Dream - Aneh tapi nyata. Di Kenya, Afrika, terdapat sebuah desa yang tak satu pun warganya berjenis kelamin pria. Desa itu bernama Umoja.
Umoja merupakan perkampungan matriarki yang melarang keberadaan pria. Desa ini didirikan 25 tahun lalu oleh seorang wanita Suku Samburu, Kenya, bernama Rebecca Lolosoli.
Aturan hidup tanpa pria ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan para perempuan dan anak-anak yang hidup di sana dari dominasi para pria Suku Samburu yang terkadang bertindak kasar.
Rebecca sendiri saat ini berperan sebagai kepala atau pemimpin desa perempuan Umoja. Wanita ini dahulu pernah menjadi saksi langsung terjadinya berbagai macam kekerasan dan penyimpangan yang dilakukan oleh pria-pria Samburu. Sampai akhirnya ia berani angkat bicara menentang tindakan para pria dan mulai mendukung secara terang-terangan para janda, anak yatim, korban pemerkosaan serta para korban kawin paksa.
Keberanian Rebecca pada awalnya banyak mendapat perlawanan. Namun ia terus berupaya, mengumpulkan para perempuan yang menjadi korban kekerasan dan berbicara dengan mereka. Kemudian, pada tahun 1990, dia memimpin eksodus besar-besaran para perempuan dan membangun desanya sendiri.
" Kekerasan tak hanya dilakukan pria di sini, selama lebih dari 50 tahun tentara-tentara Inggris yang ada di daerah ini juga memperlakukan kami dengan tidak manusiawi," ujar Rebecca seperti dikutip dari Oddity Central, Selasa 15 September 2015.
Tentara-tentara Inggris kerap menculik para perempuan yang tengah mencari kayu bakar. Lalu mereka memperkosa, tertawa, dan memperlakukannya seperti mainan.
Umoja awalnya hanya berupa kelompok kecil yang terdiri atas 16 orang wanita yang menjadi korban kekerasan. Namun seiring waktu, kini desa tersebut telah berkembang menjadi sebuah wilayah dengan penduduk wanita yang cukup banyak.
Di desa ini para wanita hidup mandiri bersama anak-anak mereka. Mereka bekerja membuat dan menjual barang-barang kerajinan serta membuka desanya sebagai kawasan objek wisata.
Dengan bahu-membahu mengumpulkan dana dan sumber daya, para wanita di desa ini bahkan telah mampu mendirikan rumah sakit, pusat penyandang disabilitas, pusat komunitas dan sekolah-sekolah.
Meski Umoja telah mengalami banyak kemajuan, hingga kini aturan yang melarang para pria menginjakkan kaki di desa ini tetap tak berubah.
" Para pria dilarang tinggal di desa ini. Namun, dapat sesekali mengunjungi desa ini selama mereka berperilaku baik dan mau mematuhi aturan para perempuan," kata Rebecca.
Advertisement
Influencer Perlihatkan Menu Tahu Crispy 2 Buah Rp500 Ribuan, Komentar Netizen Bikin Ngakak

Nikah Sambil Cari Cuan, Spot di Jas Dijual untuk Promo Brand

10 Event di Jakarta Sepanjang November 2025 yang Seru Abis untuk Didatangi

Wardah Luncurkan Hijab Studio AI, Bisa Pilih Warna Hijab yang Pas dengan Tone Wajah

Komunitas Teens Go Green Sebarkan Virus Cinta Lingkungan Bagi Anak Muda


Dua Kali dalam Setahun, Oh Beauty Festival 2.0 Hadir Jawab Antusiasme Pecinta Kecantikan
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6

Cewek Gabut Jual Online Plastik Isi Udara Bandung, Terdengar Iseng tapi Laku Keras

Kocaknya Komunitas Pengangguran Kumpul: Ngapain Kerja Gak Kaya?

Menikmati Liburan Santai, 5 Rekomendasi Hotel Pinggir Pantai di Anyer

Influencer Perlihatkan Menu Tahu Crispy 2 Buah Rp500 Ribuan, Komentar Netizen Bikin Ngakak

Nikah Sambil Cari Cuan, Spot di Jas Dijual untuk Promo Brand

10 Event di Jakarta Sepanjang November 2025 yang Seru Abis untuk Didatangi