Angka Kehamilan Tidak Direncanakan Naik Selama Pandemi, Bisa Tingkatkan Risiko Stunting Pada Bayi

Reporter : Ferdike Yunuri Nadya
Selasa, 15 Februari 2022 08:45
Angka Kehamilan Tidak Direncanakan Naik Selama Pandemi, Bisa Tingkatkan Risiko Stunting Pada Bayi
Penurunan penggunaan alat kontrasepsi di kalangan masyarakat telah berdampak pada terjadinya 500.000 angka kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada 2021

Dream - Pandemi Covid-19 memang membatasi akses masyarakat untuk datang ke fasilitas kesehatan. Jika tidak mendesak, sebaiknya tidak perlu ke rumah sakit mengingat banyaknya pasien yang terpapar Covid-19 berkonsultasi dan dirawat di rumah sakit.

Konsultasi seputar kesehatan reproduksi dan kontrasepsi menjadi prioritas nomer kesekian di tengah maraknya virus Covid-19 yang semakin mengganas ini. Alhasil, proporsi perempuan yang sudah menikah dan tidak menjalankan program Keluarga Berencana meningkat di masa pandemi ini.

Tangkapan Layar Ferdike Yunuri Nadya/ Dream

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020, angka perempuan menikah yang tidak berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana naik menjadi 31,2% atau sejumlah 15,37 juta perempuan. Hal tersebut memunculkan fenomena kehamilan tak diinginkan atau tidak direncanakan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat, penurunan penggunaan alat kontrasepsi di kalangan masyarakat telah berdampak pada terjadinya 500.000 angka kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada 2021.

1 dari 4 halaman

Risiko Belum Siap Hamil Secara Psikologi

Tingginya angka KTD dapat mengakibatkan berbagai risiko pada perempuan hamil. Seperti depresi karena belum siap menghadapi kehamilan kembali, gangguan kecemasan, tingkat stes.

Tangkapan Layar Ferdike Yunuri Nadya/ Dream

" Saat terjadi (kehamilan yang tak direncanakan) wajar ada emosi yang kurang menyenangkan, lalu ada perasaan sedih, khawatir misal karena secara ekonomi kurang siap," jelas psikolog Inez Kristanti pada konferensi virtual Pentingnya Peran Kontrasepsi Modern untuk Menyukseskan Program Keluarga Berencana dan Meningkatkan Kesehatan Reproduksi, Senin 14 Februari 2022.

Lalu saat melahirkan akan timbul rasa stress pada beberapa ibu, Jadi jika sering mengalami sedih tanpa sebab sebaiknya harus berhati-hati dan konsultasikan hal ini.

2 dari 4 halaman

Risiko Stunting dan Kematian pada Bayi

Kehamilan yang tidak direncanakan ini juga memicu terjadinya stunting atau gagal tumbuh pada bayi, bahkan berkontribusi pada angka kematian ibu dan bayi.

Tangkapan Layar Ferdike Yunuri Nadya/ Dream

“ Setiap kehamilan harus direncanakan dengan baik dan matang. Kehamilan yang tidak dipersiapkan dengan baik beresiko tinggi terhadap berkontribusinya angka stunting, karena kurangnya asupan gizi dan nutrisi pada ibu hamil dan terlalu dekatnya jarak antar kehamilan," jelas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Hasto Wardoyo.

Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah angka kematian ibu (AKI) meningkat dari 4.197 jiwa (2019) menjadi 4.627 jiwa pada tahun 2020.

Dr. Hasto menambahkan bahwa saat ini prevalensi stunting pada bayi lahir sudah mencapai angka 23%. Oleh karena itu, pasangan usia subur diharapkan mendapatkan informasi dan sosialisasi yang cukup akan manfaat dan pentingnya penggunaan KB untuk perencanaan kehamilan.

 

3 dari 4 halaman

Hindari Risiko dengan Rencanakan Kehamilan

Untuk menghindari risiko buruk saat kehamilan. Sebaiknya setiap kehamilan direncanakan sebaik-baiknya.

“ Setiap pasangan perlu mempersiapkan dengan matang kerkait perencanaan keluarga. Misalnya, apakah ingin memiliki anak, berapa jumlah anak yang diinginkan, kapan, bagaimana persiapan psikologis dan finansial sebagai orang tua, serta bagaimana menyikapi jika tidak terjadi sesuai yang diharapkan. Di sini kemampuan komunikasi dan kerjasama di dalam hubungan sangat dibutuhkan,” tambah Inez Kristanti.

Persiapan keluarga merupakan tanggung jawab suami dan istri, banyak yang mengira kehamilan hanya tanggung jawab istri. Padahal itu adalah tanggung jawab bersama.

" Jadi pasangan harus mengerti makna memiliki anak juga peran orangtua. Juga punya pemahaman yang setara antara ayah dan ibu dalam mengurus anak nantinya," tambah Inez.

 

4 dari 4 halaman

Gunakan Alat Kontrasepsi

Mendukung para pasangan merencanakan kehamilan, BKKBN, IBI, dan Klikdokter berkolaborasi dengan Durex menjawab kebutuhan masyarakat akan kebutuhan akses kontrasepsi dengan menyukseskan program Keluarga Berencana dan meningkatkan kesehatan reproduksi masyarakat.

Melalui sosialisasi kepada lebih dari 1.000 bidan dan 200 pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi modern, dan pemberian donasi 5.000 produk kontrasepsi modern kepada klinik Praktik Mandiri Bidan (PMB) modern, selama dan setelah pandemi.

Tangkapan Layar Ferdike Yunuri Nadya/ Dream

" Reckitt melalui merek kontrasepsi Durex ingin hadir untuk mendukung akses kesehatan berkualitas di masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pada perencanaan keluarga dan menekan angka kematian Ibu dan angka kematian bayi dengan menggunakan alat kontrasepsi modern kondom dan turut meningkatkan kesehatan reproduksi masyarakat di Indonesia,” jelas Donny Wahyudi, Head of External Communications and Community Affairs Reckitt Indonesia.

Beri Komentar