Berjemur di Bawah Matahari Diklaim Percepat Penyembuhan Pasien Corona

Reporter : Sugiono
Rabu, 18 Maret 2020 07:48
Berjemur di Bawah Matahari Diklaim Percepat Penyembuhan Pasien Corona
Berjemur di bawah matahari pernah menjadi cara yang efektif melawan virus flu saat terjadi pandemi influenza terbesar dalam sejarah pada 1918.

Dream - Kasus pasien terjangkit virus corona baru, Covid-19, pertama kali diidentifikasi lebih dari tiga bulan yang lalu. Sejauh ini virus yang menyerang saluran pernapasan manusia itu telah menewaskan ribuan orang.

Sejumlah negara telah melakukan berbagai kebijakan untuk memperlambat penyebarannya, mulai dari isolasi hingga lockdown atau penutupan total daerah yang kasus virus coronannya dianggap parah.

Sementara itu warga dunia terus mencari informasi tentang cara yang mungkin bisa dilakukan untuk melawan virus corona ini.

Bulan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump meyakinkan publik bahwa virus corona akan " hilang pada bulan April" . Hal itu karena suhu udara di belahan Bumi utara yang lebih hangat sebab datangnya musim panas.

Beberapa pakar kesehatan menyangsikan prediksi Trump tersebut. Mereka menyatakan tidak ada bukti bahwa sinar matahari bisa membunuh virus corona.

1 dari 5 halaman

Pandemi Flu Terbesar dalam Sejarah

Namun ada banyak kasus yang mengindikasikan bahwa virus, termasuk Covid-19, bisa mati karena sinar matahari.

Richard Hobday, seorang peneliti independen di bidang pengendalian infeksi, kesehatan masyarakat, dan desain bangunan, termasuk yang percaya bahwa sinar matahari mungkin bisa membantu mengatasi virus corona.

Klaim Hobday didasarkan pada kasus pandemi terbesar dalam sejarah yang disebut dengan Flu Spanyol pada 1918. Pandemi yang terjadi di akhir masa Perang Dunia Pertama ini menewaskan sekitar sepertiga populasi dunia pada lebih dari 100 tahun yang lalu.

2 dari 5 halaman

Panas Matahari dan Udara Segar

Hobday menjelaskan mengapa virus Flu Spanyol menjadi kurang aktif dan kecil kemungkinannya menyebar selama musim panas.

Dia berpendapat bahwa sinar matahari, udara segar, dan masker wajah yang dimodifikasi sangat membantu para pasien di masa lalu.

Pada saat itu, ketika influenza menyebar ke seluruh dunia, banyak negara memberlakukan isolasi, karantina, dan social distancing.

Namun, pengalaman menunjukkan bahwa pasien yang dirawat di luar rumah sakit pulih lebih baik daripada mereka yang dirawat di dalam ruangan.

Dia menulis bahwa kematian di antara pasien dan infeksi di antara staf medis dapat dicegah dengan kombinasi udara segar dan sinar matahari. Dan itu terbukti secara ilmiah.

3 dari 5 halaman

Bertindak Sebagai Disinfektan Alami

Hobday menjelaskan bahwa udara luar bertindak sebagai disinfektan alami. Bersama dengan sinar matahari, keduanya dapat membunuh virus dan kuman berbahaya lainnya.

" Justru tempat terburuk selama pandemi adalah barak militer dan kapal perang. Sehingga tentara dan pelaut pada saat itu memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap influenza dan infeksi lain yang mengikutinya," tulis Hobday.

Di rumah sakit darurat di kota Boston, staf medis rumah sakit menyadari bahwa pelaut yang sakit parah berada di ruang dengan ventilasi yang buruk. Jadi mereka memutuskan untuk menempatkan mereka di luar tenda. Ketika cuaca cerah, mereka terpapar sinar matahari.

 

4 dari 5 halaman

Terbukti Secara Ilmiah

Hobday menjelaskan, ketika berada di luar ruangan, pasien menjadi kebal terhadap kuman yang ada di bangsal rumah sakit, karena udara bersih menciptakan lingkungan yang steril.

Pada 1960-an, para ilmuwan di Kementerian Pertahanan AS membuktikan bahwa udara segar adalah disinfektan alami.

Mereka menemukan sesuatu di dalamnya, bernama Faktor Udara Terbuka, yang bisa membunuh bakteri di udara dan flu lebih efisien daripada udara di dalam ruangan.

Mereka juga menemukan bahwa kekuatan disinfektan ini dapat dipertahankan di dalam ruangan juga, jika ruangan memiliki ventilasi yang baik.

5 dari 5 halaman

Digantikan Antibiotik

Namun, perawatan pasien flue dengan menjemur mereka di udara terbuka sudah tidak dilakukan lagi sejak ditemukannya antibiotik pada tahun 1950an.

" Menjemur pasien yang terinfeksi di bawah sinar matahari mungkin akan membantu karena bisa menonaktifkan virus influenza. Cara ini juga membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi paru-paru dan lainnya di rumah sakit," tulis Hobday.

" Selama Perang Dunia Pertama, ahli bedah militer secara rutin menggunakan sinar matahari untuk menyembuhkan luka yang terinfeksi. Mereka hanya tahu sinar matahari adalah disinfektan. Padahal satu keuntungan menempatkan pasien di luar di bawah sinar matahari adalah mereka dapat mensintesis vitamin D di kulit mereka jika sinar matahari cukup kuat. Ini tidak ditemukan sampai tahun 1920-an. Kadar vitamin D yang rendah sekarang dikaitkan dengan infeksi pernapasan dan dapat meningkatkan kerentanan terhadap influenza," kata Hobday.

Sumber: Healthy Food House

Beri Komentar