Isolasi Diri Saat Sakit Agar Tak Menular (Foto: Shutterstock)
Dream - Achmad Yurianto, juru bicara yang ditunjuk pemerintah untuk menjelaskan soal detail kasus corona virus (Covid-19) pada Selasa 17 Maret 2020, mengungkap tak semua pasien positif corona harus dirawat di rumah sakit.
Pada mereka yang kondisinya tidak parah bisa melakukan isolasi di rumah. Yurianto juga menjelaskan detail cara mengisolasi diri di rumah bagi penderita Covid-19.
" Isolasi di rumah bukan sesuatu yang sulit namun membutuhkan komitmen yang kuat dari pasien dan keluarganya. Pasien ini harus memakai masker selama menjalani isolasi rumah," ungkapnya.
Hal yang juga sangat penting adalah pasien harus menjaga jarak dengan seluruh anggota keluarga lain di rumah. Termasuk tidak menggunakan alat makan dan minum bersama.
" Pastikan cukup istirahat, asupan gizinya cukup, dan kemudian juga menjaga betul untuk tidak kontak dekat tanpa perlindungan dengan anggota keluarga," pesan Yurianto.
Tidur di kamar sendirian dan tak ada orang lain di ruangan tersebut akan sangat baik. Hal terpenting adalah tidak menularkan orang lain dan menjaga sistem kekebalan tubuh bekerja optimal.
Dream - Tubuh sudah dibuat sedemikian rupa oleh Allah SWT memiliki sistem imunitasnya sendiri. Sel tubuh bakal mengenali virus dan bakteri, dan menjadi modal penting untuk melawan penyakit.
Pada beberapa orang ada yang mudah jatuh sakit, sementara ada juga yang tidak. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan atau imunitas yang dimiliki. Hal ini juga berlaku pada virus corona (Covid-19).
Mungkin Sahabat Dream penasaran, mengapa beberapa pasien bisa jadi kritis dan sebagian lagi tidak? Dikutip dari New York Times, sekitar 80 persen orang terinfeksi virus Covid-19 memiliki gejala yang relatif ringan.
Sementara sekitar 20 persen pasien dalam kondisi yang berat. Para ahli mengatakan efeknya tergantung pada seberapa kuat atau melemahnya sistem kekebalan seseorang. Orang yang lebih tua di atas 50 tahun atau mereka yang memiliki masalah kesehatan seperti diabetes atau penyakit kronis lainnya lebih cenderung mengembangkan gejala yang parah.
" Salah satu pasien, seorang wanita berusia 84 tahun dengan diabetes, meninggal karena pneumonia yang disebabkan oleh coronavirus," kata Dr. Shu-Yuan Xiao, seorang profesor patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Chicago, Amerika Serikat.
Bisa juga setelah terserang virus Covid-19, pasien stabil selama beberapa hari. Namun setelah mengalami penurunan kondisi signifikan, karena daya tahan tubuhnya tak dijaga dengan baik.
" Beberapa pasien dapat tetap stabil selama lebih dari seminggu dan kemudian tiba-tiba terserang pneumonia," kata Dr. Xiao.
Beberapa pasien di China yang sembuh dari Corona juga diketahui kembali mengalami keluhan setelahnya. Hal ini karena virus Covid-19 telah merusak jaringan paru-paru yang rentan diserang oleh bakteri. Beberapa pasien bahkan akhirnya meninggal karena infeksi bakteri, bukan karena virus.
Laporan Cindy Azari
Dream - Beberapa pasien yang pulih dari virus corona baru, Covid-19 menderita penurunan fungsi paru-paru. Tidak itu saja, mereka juga mengalami masalah seperti cepat lelah ketika berjalan cepat.
Temuan itu diungkapkan otoritas Rumah Sakit Hong Kong pada Kamis, 12 Maret 2020, setelah melakukan observasi terhadap kelompok pertama pasien positif virus corona baru yang dinyatakan sembuh.
Kota Hong Kong sejauh ini mencatat 131 kasus positif COVID-19 dengan jumlah yang meninggal tiga orang. Dari 131 kasus, 74 pasien telah dipulangkan sementara satu orang yang kemungkinan positif corona juga telah pulih.
Dr Owen Tsang Tak-yin, direktur medis dari Pusat Penyakit Menular di Rumah Sakit Princess Margaret di Kwai Chung, mengatakan tim dokter telah memeriksa sekitar puluhan pasien yang dipulangkan melalui rawat jalan.
Dua hingga tiga orang yang dinyatakan sembuh dari corona itu tidak dapat melakukan aktivitas seperti sedia kala dengan baik.
" Mereka terengah-engah jika berjalan sedikit lebih cepat. Beberapa pasien mengalami penurunan sekitar 20 hingga 30 persen fungsi paru (setelah pemulihan)," kata Dr Tsang.
Namun Dr Tsang mengatakan efek jangka panjang pada pasien yang sembuh ini belum bisa dipastikan secara klinis.
Menurut Dr Tsang, efek jangka panjang tersebut biasanya berupa fibrosis paru, sebuah kondisi di mana jaringan paru mengeras dan organ tidak dapat berfungsi dengan baik.
Dia mengatakan pasien COVID-19 yang sudah dinyatakan sembuh dan bisa pulang ke rumahnya bisa melakukan latihan kardiovaskular seperti berenang untuk membantu memulihkan fungsi paru-paru mereka secara bertahap.
Sementara itu, Dr Tsang akan melakukan uji klinis pada remdesivir untuk melihat efektivitasnya terhadap Covid-19. Remdesivir adalah obat yang awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola.
" Obat itu sudah dikirim ke beberapa rumah sakit. Dokter akan mulai mengidentifikasi pasien corona yang cocok untuk bergabung dalam uji coba, yang diharapkan akan dimulai pada pertengahan bulan ini," katanya.
Dia menekankan bahwa obat itu dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti memengaruhi fungsi hati dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah.
Selama ini, pasien COVID-19 dirawat dengan Kaletra, obat yang awalnya untuk HIV/AIDS; Ribavirin, yang juga digunakan untuk hepatitis C; dan interferon.
(Sah, Sumber: Asia One)
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik