Tentara China (Shutterstock.com)
Dream - Perlombaan senjata militer dunia tidak pernah berhenti. Negara-negara maju terus berinovasi menciptakan senjata paling mutakhir.
Terbaru, Amerika Serikat mengklaim China telah membawa teknologi pada tingkat yang sama sekali baru. Negeri Tirai Bambu itu disebut tengah membuat senjata yang mampu " melumpuhkan dan mengendalikan" pikiran tentara musuh.
Menurut laman Daily Star, Presiden Joe Biden telah memberikan sanksi kepada akademi Ilmu Kedokteran Militer China, bersama sebelas lembaga penelitian yang berafiliasi pada pengembangan senjata itu karena menggunakan " bioteknologi" yang mencakup " persenjataan pengontrol otak" .
Memang belum ada rincian spesifik bagaimana senjata itu bekerja, namun sebuah sumber mengklaim bahwa China tidak ingin " menghancurkan tubuh" tentara musuh, melainkan " menyerang keinginan musuh untuk melawan" dengan melumpuhkan dan mengendalikan mereka.
Klaim itu berasal dari dokumen yang diperoleh Departemen Perdagangan Amerika pada 2019. Dukumen itu kemudian dibocorkan ke Washington Times.
Laporan tersebut menyatakan bahwa para ilmuwan China sedang berupaya untuk mengambil kendali atas " lingkup kesadaran manusia" yang menyebabkan otak menjadi target utama penyerangan dan pertahanan senjata konsep baru.
Laporan tersebut diterbitkan di surat kabar resmi militer China, PLA Daily, yang juga mengklaim bahwa negara itu menggabungkan empat bidang teknologi utama, yaitu nano, bio, informasi, dan kognisi.
Laporan tersebut menyatakan: " Penggabungan manusia-mesin di masa depan akan berkisar pada kontes otak."
" Kedua belah pihak akan menggunakan berbagai jenis teknologi kontrol otak dan desain yang efektif untuk fokus mengambil alih cara berpikir dan kesadaran musuh, dan bahkan secara langsung campur tangan dalam pemikiran para pemimpin dan staf musuh, dan dengan itu menghasilkan perang untuk mengendalikan kesadaran dan pemikiran."
Ada dua laporan lain, yang juga menjelaskan salah satu cara yang mungkin untuk mencapai metode pengendalian pikiran dengan menggunakan peralatan yang dapat dipakai untuk " merangsang atau memanipulasi" aktivitas listrik otak.
AS mengumumkan sanksi, mengklaim bahwa itu karena kebijakan baru China yang " bertentangan dengan keamanan nasional dan kebijakan luar negeri AS."
Sanksi itu juga diterapkan pada sejumlah badan, di antaranya Institute of Radiation and Radiation Medicine, the Institute of Basic Medicine, serta the Institute of Hygiene and Environmental Medicine.
Kemudian juga the Military Veterinary Research Institute yang dianggap sebagai upaya China untuk menguji teknologi pada hewan terlebih dahulu.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah