Gaya Urban Wear Hijab Deden Siswanto dan Rani Hatta

Reporter : Maulana Kautsar
Senin, 10 April 2017 14:29
Gaya Urban Wear Hijab Deden Siswanto dan Rani Hatta
Gaya tampilan urban diaplikasikan dalam dua tema berbeda.

Dream - Fesyen urban merupakan keputusan sikap. Dua desainer yang berani menampilkan gaya fesyen urban diantaranya Rani Hatta dan Deden Siswanto yang digandeng Wardah dengan tema YoUniverse.

Deden menamai tema karyanya Bolivarymen. Menyuguhkan gaya berpakaian urban siap pakai, Deden terinspirasi Bolivary, pejuang Venezuela abad ke-19 yang menjadi pemimpin perjuangan masyarakat Amerika Selatan melawan monarki Spanyol, Simon Bolivar.

Dalam pemahamannya, gaya urban dan perlawanan kerap digunakan para orang jalanan yang tinggal berpindah-pindah, nomaden, dan penduduk pegunungan.

Koleksi Deden Siswanto

Ciri khas itu ditampilkan dalam 12 gaya pakaian dengan kain bertumpuk dan terkesan kumal. Deden tak segan menggunakan material kain yang sengaja dibiarkan kusut.

Deden masih menampilkan gaya berpakaian quirky. Sentuhan gaya pakaian anak-anak sekolah, yang khas di masyarakat Jepang itu, dipadu dengan setelan blouse panjang dan terusan midi.

Dia juga menambahkan sentuhan unik pada headpiece yang digunakan para model. Deden mengenakan sumbu kompor.

Koleksi Deden Siswanto

Aplikasi model busana Deden sangat tepat berpadu dengan tampilan make up serene (ledakan) yang disuguhkan Wardah.

1 dari 1 halaman

The New Modest Wear ala Rani Hatta

The New Modest Wear ala Rani Hatta © Dream

Tak berbeda dengan Deden, desainer Rani Hatta memainkan gubahan berani dalam tampilan karyanya. Perempuan asli Yogyakarta itu memadupadankan kain lurik dalam aksi fesyen yang ditampilkan.

Rani memadupadankan gaya feminim dan maskulin dalam satu rancangan busana. Dia mengambil tema menyilangkan, Crossing. Terinspirasi dari make up Wardah bertema Brave.

Saat konferensi pers, Rani menunjukkan gaya pakaian yang akan ditampilkannya pada busana yang dikenakan penyanyi Dewi Sandra.

Koleksi Rani Hatta

" Saya memadupadankan jaket bomber, yang kesannya maskulin dengan rok tutu, yang sangat feminim," kata Rani, di gelaran Muffest 2017, JCC, Jakarta Pusat, Sabtu, 9 April 2017.

Dalam Crossing, Rani memanfaatkan kain lurik putih hitam. Menghilangkan kesan lurik yang berwarna hijau, biru, atau ungu tua.

Saat diwawancarai Dream, Rani menceritakan kesulitan membuat lurik untuk tampilan adi busananya. Sebab, dia harus memutihkan kain lurik dari warna awalnya.

" Jadi warna putih (lurik) yang ini memang lumayan lama karena masih bergantung pada sinar matahari," kata Rani.

Saat pementasan, kesan lux-sporty yang dibawa Rani langsung terasa. Rani tak banyak menampilkan headpiece ber-multilayer untuk karyanya. Dia menggunakan hijab bergaya topi.(Sah)

Beri Komentar