Arya Permana (rshs.or.id)
Dream - Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung membentuk tim medis untuk menangani Arya Permana, pasien anak yang mengalami obesitas. Tim tersebut merupakan para ahli dari berbagai bidang ilmu.
“ Tim berjumlah 13 orang,” demikian keterangan yang dirilis Rumah Sakit Hasan Sadikin, sebagaimana dikutip Dream dari laman rshs.or.id, Rabu 13 Juli 2016.
Tim itu antara lain merupakan ahli gizi anak, endokrin anak, tumbuh kembang anak, patologi klinik, radiologi, bedah anak, ortopedi, psikiatri anak, gizi, dan rehabilitasi medik.
Bocah asal Pasir Pining Desa, Cipurwasari, Karawang, Jawa Barat, ini berobat ke RSHS pada 2 Juli 2016. Dan pada 11 Juli, Arya kembali dibawa ke RSHS dengan didampingi orangtua, Bupati Karawang, Direktur RSUD Karawang, dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Baberapa hari sebelum kedatangan Arya, RSHS telah berkomunikasi dengan keluarga dan instansi terkait berkenaan dengan rencana perawatan bocah berusia 10 tahun itu.
Saat datang ke RSHS pada 2 Juli 2016, Arya semula menjalani rawat jalan. Saat datang, dia mengeluhkan berat badan yang terus meningkat. Berat badan Arya terus meningkat sejak 5 tahun terakhir.
“ Pada saat usia 5 tahun berat badan Arya 90 kilogram. Saat ini berat badan Arya mencapai 190 kilogram.”
Keluhan tersebut disertai dengan sesak nafas yang dirasakan sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini dirasakan terutama ketika berjalan. “ Arya hanya mampu berjalan sejauh 30 meter.”
Selain itu, Arya juga sulit berdiri, berjalan, dan berpakaian. “ Arya hanya bisa tidur dengan posisi telungkup.”
Karena keluhan ini, Arya sempat dibawa berobat ke puskesmas setempat dan disarankan untuk diet. Tapi karena kondisinya tak kunjung membaik, Arya kemudian dirujuk ke RSHS oleh Kadinkes Kabupaten Karawang untuk perawatan lebih lanjut.
Arya pernah berobat ke poli gizi RSHS pada 11 dan 18 Juni 2015. Setelah menjalani seluruh pemeriksaan di RSHS, keluarga Arya meminta pulang untuk mengurus BPJS dan baru kembali pada 2 Juli 2016.
Sebuah fakta tentang pola makan Arya terungkap saat menjalani wawancara dengan dokter saat berobat ke RSHS. Bocah ini makan 4 hingga 5 kali sehari, masing-masing dua porsi, lauk 1 potong, dan sayur 1 porsi.
Selain itu, Arya juga masih makan mie instan setiap hari, sekali makan 2 bungkus. Arya juga gemar mengkonsumsi minuman kemasan manis sebanyak 20 kotak sehari dan hobi mengonsumsi eskrim.
Menurut dietary recall yang dilakukan ahli gizi RSHS, sebelum menjalani diet tiga bulan terakhir, total kalori yang dikonsumsi Arya dalam sehari mencapai 6000 Kkal. Setelah diet kalori yang masuk turun menjadi 3000 KKal.
“ Sejak 4 bulan yang lalu penderita disarankan diet dan berat badan penderita turun 4 kg setelah menjalani diet.”
Menurut Direktur Medik dan Keperawatan RSHS, Nucki Nursjamsi Hidayat, rencana program untuk Arya adalah mengatur program diet, mencari salah satu penyebab kegemukannya dan mengedukasi keluarga.
“ Karena sebagus apapun program di rumah sakit kalau tidak dilanjutkan di keluarga maka hasilnya tidak akan berhasil,” kata Nucki.
Dream - Sejumlah media asing mengangkat kisah Arya Permana, bocah asal Cipurwasari, Karawang, Jawa Barat. Media-media luar negeri itu menjuluki bocah 10 tahun ini sebagai " anak tergemuk" .
Laman Metro.co.uk misalnya, mereka menulis laporan berjudul " World’s fattest child, 10, put on crash diet to save his life." Dan laman asal Malaysia, Siakap Keli menulis judul " (Video) Budak 'Tergemuk di Dunia' Dipaksa Berdiet Untuk Selamatkan Nyawanya" .
Sementara, The Telegraph, menulis laporan tentang Arya dengan judul " Fears for morbidly obese boy, aged 10" . Selain itu, masih banyak media luar negeri yang memberitakan kisah Arya.
Arya memang memilki badan yang jauh lebih besar dari anak-anak seusianya. Bobotnya saja mencapai 192 kilogram. Ukuran ini merupakan kategori gemuk yang tidak sehat.
Karena berat tubuhnya itu, Arya keluar dari sekolah. " Tak ada penderitaan selain melihat anak Anda menderita. Putra saya tidak bersekolah karena tidak bisa berjalan sendiri dan memerlukan bantuan saya siang dan malam," tutur ibunda Arya, Rokayah Somantri, dikutip Metro.co.uk.
Rokayah berharap melihat sang putra tetap bisa berlajar dan bermain dengan anak-anak lain di lingkungannya. " Dia hanya bisa sedikit berjalan sebelum kehilangan keseimbangan," tambah perempuan berusia 35 tahun ini.
Setidaknya, Arya makan lima kali dalam sehari. Badannya terus membesar. Orangtuanya tak lagi menemukan baju yang pas dengan putranya itu. Sehingga, saban hari Arya hanya mengenakan kain sarung.
Semula, orangtua Arya melihat badan gemuk sebagai pertanda putra mereka sehat. Apalagi, anak pasangan Rokayah dan Ade Somantri ini lahir dengan bobot normal, yaitu sekitar 3 kilogram. Saat berusia 2 tahun, tubuh Arya mulai tidak normal. Namun masih dianggap sehat.
" Kami gembira melihatnya gemuk dan mengira dia anak yang bahagia dan sehat," ujar Rokaya.
Tapi, beberapa tahun kemudian Rokayah dan suaminya melihat ada yang aneh dengan pertumbuhan badan sang putra yang mulai tidak terkontrol. " Kami sadar dia menderita kelainan dan memerlukan pengobatan," kata Rokaya.
Rokaya dan Ade membawa Arya ke beberapa dokter di kampungnya. Namun hasilnya sangat mengejutkan, dokter bilang anak mereka tak mengidap kelainan apapun.
" Saya tak punya cukup uang untuk membeli makanan untuk memenuhi selera makan yang besar itu. Saya meminjam uang sehingga ia bisa makan. Tentu saja, saya tidak bisa membiarkan dia kelaparan," tutur Ade.
" Saya lelah sekarang dan saya tidak mampu membayar biaya rumah sakit yang mahal. Tapi saya berharap melihat anak saya normal satu hari nanti," tambah Ade.
Advertisement
Cucu Mahfud MD Jadi Korban Keracunan MBG di Yogyakarta
Alasan Orang Korea Sangat Percaya MBTI Bisa Ungkap Kepribadian
Presiden Prabowo Bertemu Marc Marquez dan Pebalap Tanah Air Bahas Sport Tourism
Ponpes Al-Khoziny Ambruk, Menag Tanggapi Isu Pelibatan Santri dalam Pengecoran Gedung
Cara Mudah Bikin Parfum Bareng Casablanca di Campus Beauty Fair
Momen Prabowo Singgung Duit Negara Dicolong Koruptor Ratusan Triliun
3 Tempat Makan Milik Artis di Luar Negeri, Ada Warkop di New York
3 Komunitas Seru di Bawah Naungan BNI, Mulai dari Bisnis hingga Olahraga
Ibunda Tasya Kamila Jalani Operasi Bariatrik Usai Gagal Diet Selama 25 Tahun
Alasan Orang Korea Sangat Percaya MBTI Bisa Ungkap Kepribadian