Sumber: Shutterstock
Dream - Tim riset Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Farmasi UI, Pusat Studi Biofarmaka Tropika (TropBRC), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB University dan Departemen Ilmu Komputer FMIPA IPB menggelar penelitian mengenai penangkal virus corona.
Hasilnya didapat temuan jus jeruk beserta kulitnya mengandung senyawa yang berpotensi dimanfaatkan untuk menangkal Covid-19.
" Senyawa tersebut adalah golongan flavonoid yaitu salah satunya hesperidin," kata Guru Besar IPB University yang juga Kepala Pusat Biofarmaka Tropika (TropBRC), Irmanida Batubara dalam keterangan tertulis.
Hesperidin diklaim bisa memberikan perlindungan terhadap mikroba dan virus. Senyawa ini banyak terdapat pada kulit jeruk.
" Selama berdiam di rumah, kita dapat membuat jus jeruk dan jangan lupa untuk ditambah sedikit kulit jeruk yang sudah dicuci bersih," kata Irma.
Dia mengakui akan ada rasa pahit dalam jus, yang berasal dari kulit jeruk. " Tahanlah sedikit rasa pahit ini karena ini menunjukkan hesperidin ada di dalamnya," kata Irma.
Jika tidak bisa mengonsumsi rasa pahit, Irma menyarankan agar jeruk dibuat infus water. Beberapa senyawa dalam jeruk dan kulitnya akan larut dalam air sehingga mudah dikonsumsi.
" Semua jenis jeruk mengandung hesperidin, jadi tidak harus jeruk buah, kita juga bisa memanfaatkan jeruk nipis, jeruk lemon, dan varietas jeruk lainnya," kata dia.
Dream - Hal apapun yang terkait penularan Covid-19, sebisa mungkin dihindari atau dihilangkan. Tentu saja karena virus tersebut sangat mudah menular. Virus ini menular melalui droplet atau percikan ludah.
Percikan tersebut bisa dengan mudah menempel di jenggot. Banyak yang penasaran apakah harus mencukur jenggot demi mengurangi risiko tertular Covid-19?
Thomas Russo, seorang dokter di State University of New York, Buffalo VA Medical Center, mengungkap sebenarnya keharusan mencukur jenggot untuk para petugas medis.
Terutama mereka yang bekerja di IGD atau kontak langsung dengan pasien Covid-19. Hal ini karena mereka wajib mengenakan masker N-95.
" Aku bisa membayangkan bahwa mungkin jenggot bisa mengumpulkan sedikit ludah atau sesuatu," kata Thomas.
Tentu saja, itu tidak memperhitungkan kemungkinan cara lain virus dapat menyebar atau tidak, meskipun bukti menunjukkan bahwa penularan melalui udara jauh lebih jarang terjadi. Hal ini dibandingkan dari droplet atau menyentuh permukaan yang sudah terkontaminasi virus Covid-19.
John Swartzberg, profesor di School of Public Health UC Berkeley yang mempelajari penyakit menular, juga tidak yakin kalau janggut bisa menularkan Covid-19. Belum ada bukti ilmiah terkait hal tersebut.
Lucy Wilson, profesor dari Department of Emergency Health Services di University of Maryland Baltimore County, mengungkap kalau penerapan hidup bersih lebih baik ditekankan, yaitu cuci tangan dengan sabun.
" Masuk akal untuk berasumsi bahwa droplet bisa menempel daat seseorang bersin atau batuk ke jenggot. Selalu mandi dan cuci tangan dengan sabun sehabis melakukan apapun, terutama setelah keluar rumah," kata Wilson.
Jika memang tak ingin mencukur jenggot, pastikan selalu mencuci tangan dengan sabun. Termasuk membersihkan jenggot secara teratur.
Sumber: Huffpost.com
Dream - Sebagian besar orang menganggap, virus corona menular dengan mudah melalui udara. Faktanya, tak demikian. Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), virus corona menular melalui percikan air liur (droplet) orang yang terinfeksi, saat batuk atau bersin.
Percikan tersebut dapat mendarat di mulut atau hidung orang yang berada di dekatnya atau mungkin terhirup ke dalam paru-paru. Bisa juga menular jika menyentuh permukaan atau benda yang terdapat percikan liur terinfeksi kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata.
Kondisi pasien corona yang paling menular adalah ketika sedang muncul gejala. Gejalanya antara lain batuk, pilek, dan disertai sesak napas.
Hal ini sangat bervariasi. Beberapa virus sangat menular (menyebar dengan mudah), seperti campak, sementara virus lain tidak menyebar dengan mudah. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah apakah penyebaran berkelanjutan.
Virus yang menyebabkan COVID-19 diperkirakan menyebar dengan mudah dan berkelanjutan saat pasien berada di beberapa wilayah geografis yang terkena dampak (community spread). Community spread berarti ada orang yang telah terinfeksi virus di suatu daerah, termasuk beberapa yang tidak yakin bagaimana atau di mana mereka terinfeksi.
Sumber: CDC
Advertisement
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi