Hati-Hati! 423 Juta Kali Serangan Siber Terjadi di Indonesia

Reporter : Syahid Latif
Rabu, 9 Desember 2020 12:45
Hati-Hati! 423 Juta Kali Serangan Siber Terjadi di Indonesia
Tak melulu oleh hacker, serangan juga bisa berupa upaya propaganda, perang politik, atau perang informasi.

Dream - Laman dunia maya Tanah Air mulai menjadi sasaran para peretas dunia atau mereka yang ingin melakukan serangan sosial. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bahkan melaporkan jumlah serangan siber pada tahun ini sudah meningkat tiga kali lipat.

Data BSSN sepanjang tahun ini hingga November 2020 mencatat ada sebanyak 423 juta kali serangan siber yang menyasar Indonesia. Serangan tersebut terbagi dalam dua sifat yaitu serangan sosial dan teknis.

Kepala BSSN Hinsa Siburian menjelaskan, serangan sosial berupa upaya mempengaruhi manusia pada dan melalui ruang siber dan cenderung berkaitan erat dengan perang politik, perang informasi, perang psikologi, dan propaganda.

Sementara serangan teknis lebih ditujukan menyerang jaringan logika melalui berbagi metode untuk mendapatkan akses ilegal, mencuri informasi, atau memasukkan malware yang bisa merusak jaringan fisik dan persona siber (pengguna internet).

Dalam diskusi virtual #CyberCorner bertajuk Ekosistem Ruang Siber Indonesia, Seperti Apa?" , yang digelar Cyberthreat.id, portal berita cybersecurity di Indonesia, melalui platform telekonferensi lokal Jumpa.id pada Selasa, 8 Desember 2020, Hinsa serangan teknis memiliki tiga subspektrum, yaitu intensitas tinggi, sedang, dan rendah.

Diskusi BSSN

1 dari 2 halaman

Doxing Termasuk Serangan Siber

Untuk serangan siber berintensitas tinggi, penyerang menggunakan metode-metode canggih seperti malware yang dirakit dengan kemampuan tingkat tinggi seperti logic bomb atau zero-day exploit. Serangan tipe ini menargetkan pada sistem kontrol industri (Supervisory Control And Data Acquisition/SCADA), seperti layanan listrik dan lainnya, sehingga dapat melumpuhkan infrastruktur informasi vital nasional sebuah negara.

Sementara serangan intensitas sedang mencakup akses ilegal ke dalam sistem informasi. " Contohnya, hacking, malware, trojan, virus, worms, atau rootkit, dengan tujuan untuk memanipulasi informasi atau tujuan lain termasuk pemerasan," ujarnya.

Dalam skala lebih rendah, serangan intensitas rendah berwujud propaganda, mempermalukan/mengganggu, dan atau menghilangkan kepercayaan publik terhadap target.

" Contohnya, web defacement, doxing (pengambilan informasi rahasia dari individu/organisasi/negara), Denial of Service (DoS), hacking akun media sosial, dan Distributed Denial of Service (DDoS)," ujar Hinsa.

Dengan karakteristik ruang siber yang terbuka dan terhubung luas melalu internet, otomatis pasar potensial penjahat siber lebih besar dibandingkan kejahatan di dunia nyata. Hinsa mengimbau pengguna internet untuk mengenali dan mencermati bentuk-bentuk serangan siber ini.

 

2 dari 2 halaman

Pengguna Internet Indonesia Rentan jadi Korban

Senada dengan Hinsa, Pakar Forensik Digital Ruby Alamsyah ekonomi digital di Indonesia yang mulai tumbuh memang rentan dimanfaatkan oleh penjahat siber. Hal ini dipicu kesadaran keamanan TI masih cukup rendah sehingga banyak pengguna yang menjadi target yang rentan,

“ Hal-hal inilah yang menyebabkan para kriminal melihat potensi mereka melakukan kejahatan di bidang siber begitu tinggi.”

Di balik manfaat besar internet bagi kehidupan sehari-hari, Ruby menginggatkan dunia maya juga memiliki celah keamanan.

“ Tren kejahatan siber itu akan selalu ada, mulai yang tadinya masih di lapisan paling bawah, hingga ke lapisan atasnya. Saat ini ruang siber itu semakin luas,” Ruby menambahkan.(Sah)

Beri Komentar