Dream - Seorang pengguna Facebook dengan nama akun Eka Pras membuat unggahan seolah menjadi ramalan. Dia membuat status pada 31 Desember 2016 pukul 15.22 WIB.
Pria yang mengaku sebagai santri di Pondok Pesantren Mahir Arriyadl Ringinagung, Pare, Kediri, itu seolah bisa meramal wabah virus corona.
" Awal tahun 2020 nanti akan ada virus dari China, menyerang hampir 1/3 manusia di bumi. Percaya silahkan, tidak juga gapapa," Status yang diklaim ditulis akun Eka Pras pada 31 Desember 2016 alias empat tahun lalu itu.
Unggahan yang disunting
Usut punya usut, unggahan itu merupakan status editan alias penyuntingan dari status lamanya.
Status lama atau status sebenarnya yakni, " Jenenge tulisan i tergantung seng moco.. kari temu nalare po ra di kenekne (Namanya tulisan itu tergantung siapa yang baca. Tergantung nalarnya tepat atau tidak)."
Dream - Tim dari Universitas Sun Yat-sen, Guangzhou, Guangdong, China, meneliti proses sebaran virus corona, Covid-19. Tim tersebut menyebut, virus 2019-nCoV sangat sensitif terhadap suhu tinggi.
Meski demikian, para ahli menyarankan orang-orang harus menghindari logika berpikir bahwa suhu panas bisa menangkal 2019-nCoV. Studi ini berusaha menentukan bagaimana penyebaran virus corona baru mungkin dipengaruhi perubahan musim dan suhu.
Meskipun belum ditinjau, laporan tersebut menyarankan bahwa panas memiliki peran yang signifikan untuk menilai bagaimana virus berperilaku.
" Virus ini sangat sensitif terhadap suhu tinggi," kata tim peneliti, dilaporkan South China Morning Post (SCMP), Senin,9 Maret 2020.
Kondisi ini membuat virus 2019-nCov cenderung menghindari negara-negara yang lebih hangat. Sebaliknya, Covid-19 malah tumbuh subur di kawasan dengan iklim yang lebih dingin.
Sebagai hasilnya, disarankan bahwa " negara dan wilayah dengan suhu yang lebih rendah mengadopsi langkah-langkah kontrol yang paling ketat" .
Banyak pemerintah suatu negara dan otoritas kesehatan mengandalkan virus corona yang kehilangan sebagian potensinya ketika cuaca mulai menghangat. Seperti umumnya terjadi pada virus serupa yang menyebabkan flu biasa dan influenza.
Namun negara beriklim lebih panas tak sepenuhnya bisa bernapa lega.
Dari sebuah studi terpisah, sekelompok peneliti termasuk ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari T.H. Harvard. Chan School of Public Health, menemukan bahwa penularan berkelanjutan dari virus corona dan pertumbuhan infeksi yang cepat dimungkinkan dalam berbagai kondisi kelembaban. Misalnya, provinsi dingin dan kering di Cina ke lokasi tropis, seperti daerah otonom Guangxi Zhuang di ujung selatan dan Singapura.
" Cuaca saja, (seperti) peningkatan suhu dan kelembaban saat bulan-bulan musim semi dan musim panas tiba di belahan bumi utara, tidak akan serta merta menyebabkan penurunan dalam jumlah kasus tanpa penerapan intervensi kesehatan masyarakat yang luas," kata studi tersebut.
Tim Guangzhou mendasarkan penelitian mereka pada setiap kasus baru coronavirus yang dikonfirmasi di seluruh dunia antara 20 Januari dan 4 Februari 2019. Termasuk di lebih dari 400 kota dan wilayah Cina.
Dari survei ini kemudian dimodelkan terhadap data meteorologi resmi saat Januari dari seluruh China dan ibu kota masing-masing negara yang terkena dampak.
Analisis menunjukkan bahwa jumlah kasus naik sejalan dengan suhu rata-rata hingga puncak 8,72 derajat Celcius dan kemudian menurun.
" Suhu ... memiliki dampak pada lingkungan kehidupan orang ... (dan) dapat memainkan peran penting dalam kesehatan masyarakat dalam hal pengembangan dan pengendalian epidemi," kata dia.
Dilaporkan SMCP, iklim mungkin berperan dalam penyebaran virus di kota Wuhan.
Pakar lain, seperti Hassan Zaraket, asisten direktur di Center for Infectious Diseases Research di American University of Beirut, mengatakan, ada kemungkinan bahwa cuaca yang lebih hangat dan lebih lembab akan membuat virus 2019-nCoV lebih stabil dan dengan demikian kurang menular.
" Ketika suhu memanas, stabilitas virus dapat menurun ... jika cuaca membantu kita mengurangi transmisi dan stabilitas lingkungan dari virus, maka mungkin kita dapat memutus rantai penularan," kata dia.(Sah)
Dream - Seorang remaja berusia 17 tahun yang tinggal di negara bagian Washington, Amerika Serikat membuat website berisi informasi penyebaran virus corona di dunia
Situs itu menjadi salah satu yang banyak digunakan masyarakat untuk memonitor penyebaran corona dan mencari tahu fakta-fakta dan informasi mengenai virus tersebut.
Seperti dilansir dari boredpanda.com, remaja itu telah mendedikasikan hari-harinya dengan proyek tersebut.
Ia bahkan menghabiskan seluruh akhir pekan di kamar dan begadang hingga pagi hari demi membuat website yang kini telah dikunjungi hingga jutaan kali.
Remaja itu bernama Avi Schiffmann, seorang siswa di Mercer Island High School. Ia pertama kali membuat situs itu sejak desember 2019.
Sejak saat itu ia terus memperbaharui situsnya setiap 10 menit dengan mengambil data dari sumber-sumber seperti Organisasi Kesehatan Dunia, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, serta departemen kesehatan setempat.
Asosiasi Dokter di Inggris menjelaskan bahwa mempelajari lebih banyak tentang virus berarti kita dapat lebih akurat memahami teknik mana yang paling efektif dalam mencegah penyebaran penyakit.
" Karena itu, sangat penting bagi kita untuk mencari berbagai informasi mengenai coronavirus. Kami memiliki tanggung jawab bersama untuk mendengarkan saran yang diberikan untuk melindungi dan memastikan bahwa sumber daya yang kami miliki digunakan dengan cara yang paling efektif."
Websitenya bisa dilihat disini
Advertisement
Doodle Art Indonesia, Tempat Ngumpul para Seniman Doodle
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Mantan Ketum PSSI Usulkan STY Kembali Latih Timnas, Ini Alasannya
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Mentereng! Penampakan Jam Tangan Suami Nikita Willy Senilai Rp9 Miliar
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025