Foto: Ilustrasi/Shutterstock
Dream – Industri fesyen cukup banyak menyumbang limbah pada lingkungan. Oleh karena itu, semua pelaku bisnis fesyen diharapkan menerapkan konsep “ sustainable”.
“ Seperti yang diketahui, fashion jadi penyumbang limbah ke dua setelah minyak, saya sebagai pelaku dan pengguna dan produk fashion merasa bertanggung jawab untuk menghasilkan produk yang bisa lebih ramah lingkungan dan nantinya bisa mengurangi dampak pencemaran lingkungan,” tutur Ali Charisma pada konferensi pers 'Sustainability & Charity Event' Ali Charisma, Kamis 18 Februari 2021.
Dalam hal ini, konsep terus dibangun dan diregenerasi agar semakin meluas dan besar, supaya lingkungan di bumi ini tetap dapat terus terjaga.
Konsep sustainable fasionable sendiri, memiliki tiga elemen yang tidak bisa dipisahkan, yaitu people, planet, dan profit. Sehingga pembuatannya tidak hanya memikirkan lingkungan tetapi tetap akan memikirkan sisi pengguna serta profit untuk para pembisnis.
Beberapa cara penerapan sustainable fashion pada industri fesyen yang sudah mulai dilakukan di beberapa sekolah fesyen Indonesia, di antaranya adalah:
Perubahan tren fesyen yang sangat cepat, kuantitas prduksi yang tinggi, dan harga produk yang semakin lama semakin rendah yang memengaruhi jadi penyebab industri fesyen menyumbang limbah kedua terbanyak dan terus bertambah.
Menyadari hal tersebut, beberapa sekolah fesyen sudah mulai memberikan edukasi mengenai pentingnya menggunakan bahan-bahan alami dalam pembuatan produk.
“ Harus selalu mengedukasi mahasiswa tentang konsep dan praktik sustainable fashion, karena betapa pentingnya generasi muda untuk menyadari dan melakukan sesuatu, supaya masa dengan bumi dan umat mendatang akan lebih baik,” tutur Marini Yunita Tanzil ketua program studi FPD Universitas Ciputra di kesempatan yang sama.
Setiap tahun, desainer baru muncul untuk membuat produk fesyen baru. Bertambahnya desainer juga membuat limbah yang dihasilkan bertambah, sehingga diperlukannya recycle atau pemakaian kembali bahan-bahan yang dapat dipakai untuk pembuatan suatu produk fesyen.
“ ESMOD pertama memulai dengan recycle, kemudian me-reduce semua penggunaan submition yang dari tadinya kertas jadi pakai online, lalu melakukan partnership dengan perusahaan yang memakai bahan-bahan alami atau recycle fiber,” ujar Chika Herningtias Event Manager ESMOD Jakarta pada kesempatan sama.
Zero Waste Pattern
Hal ini dilakukan pada pembuatan produk fesyen baru, menghasilkan produk dengan seminimal mungkin limbah yang dihasilkan. Misalnya dengan bahan-bahan alami, seperti cat warna alami, memakai bahan natural fiber dan sebagainya.
“ Banyak mahasiswa kami yang sudah mengeksplorasi bahan alternatif jadi bahan pengganti, mislanya bahan sintetik, bahan pengganti plastik dengan bio-plastik yang 100 persen memakai material alami dan tidak akan merugikan lingkungan nantinya,” tutur Marini.
Merekonstuksi barang yang sudah lama tidak terpakai atau terjual, diberika 'soul' baru agar dapat disukai masyarakat kembali.
Sehingga barang yang tadinya hanya dipajang di toko, dapat terjual atau terpakai dan menumbuhkan banyak minat pembeli, jadi tidak terbuang sia-sia.
“ ESMOD beberapa barang kemudian kita rekonstruksi, yang bahkan kompetisi tahunan kita membawa konsep ini dan banyak sekali yang ikut berpartisipasi, terutama dari non fashion background, mereka punya ide yang luar biasa untuk merekontruksi baju-baju yang mereka punya,” tutur Chika.
“ Mahasiswa kami melakukan teknik upcycling dengan memakai sampah-sampah plastik yang sudah dieksplorasi untuk menciptakan barang baru sehingga memperpanjang lifestainable dari produk tersebut,” tutup Marini.
Laporan: Josephine Widya
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN