(Foto: Shutterstock)
Dream - Perselisihan seputar proses akuisisi Twitter oleh miiarder Elon Musk makin memanas. Twitter memaksa pemilik Tesla tersebut untuk menindaklanjuti kesepakatannya membeli perusahaan media sosial tersebut.
Upaya memaksa Elon Musk ditempuh dengan melayangkan gugatan ke Delaware Court of Chancery pada hari Selasa, 12 Juli 2022 waktu setempat. Gugatan dari perusahaan berlogo burung putih itu muncul setelah Musk menyampaikan keputusannya untuk mengakhiri proses pembelian dalam surat kepada pengacara Twitter pada Jumat, 8 Juli 20222 malam.
Dalam surat tersebut seperti dikutip CNN Business, Rabu, 13 Juli 2022, Musk mengatakan bahwa ingin mengakhiri perjanjian akuisisi Twitter senilai US$44 miliar atau sekitar Rp659 triliun.
Pengacara Musk mengatakan dalam surat itu bahwa Twitter telah " melanggar beberapa ketentuan" dari kesepakatan tersebut. Dia mengklaim perusahaan telah menahan data yang diminta Musk untuk mengevaluasi jumlah BOT dan akun spam di platform. BOT adalah singkatan dari robot yang digunakan untuk menggambarkan pemilik akun Twitter bukan orang asli.
Tim hukum Twitter membalas dalam sebuah surat pada hari Senin, 11 Juli 2022, menyebut upaya penghentian Musk " tidak valid dan salah."
Mereka mengklaim bahwa Musk sendiri yang telah melanggar perjanjian dan menuntut agar dia menindaklanjuti kesepakatan itu.
Dalam pengaduan yang diajukan Selasa, pengacara Twitter mengatakan mereka berusaha untuk mencegah Musk dari pelanggaran lebih lanjut dari perjanjian, dan untuk memaksa penyempurnaan merger setelah memenuhi beberapa " kondisi yang luar biasa."
" Pada April 2022, Elon Musk menandatangani perjanjian merger yang mengikat dengan Twitter, berjanji untuk menggunakan upaya terbaiknya untuk menyelesaikan kesepakatan," tulis pengaduan tersebut.
" Sekarang, kurang dari tiga bulan kemudian, Musk menolak untuk mematuhi kewajibannya kepada Twitter dan pemegang sahamnya karena kesepakatan yang dia tandatangani tidak lagi melayani kepentingan pribadinya," tambah pengaduan tersebut.
Namun, beberapa analis menilai bahwa Musk hanya mencari alasan untuk keluar dari kesepakatan tersebut. Nilai akuisisi sebesar US$44 miliar itu juga tampak mahal sekarang, jika melihat penurunan saham Twitter dan pasar teknologi secara keseluruhan.
Saham Tesla yang sebagian Musk andalkan untuk membiayai kesepakatan, juga telah menurun tajam sejak dia menyetujui kesepakatan akuisisi.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib