Industri Halal Di Malaysia, Seperti Produk Kecantikan Halal, Berkembang Pesat Di Malaysia. (Foto: Shutterstock)
Dream – Bisnis halal di Malaysia benar-benar tengah menggeliat. Permohonan sertifikat halal di negeri jiran itu terus melonjak. Tak hanya terkait makanan, sertifikat halal juga jamak diminta oleh produk-produk perawatan diri, seperti kecantika.
Dikutip dari Arab News, Senin 4 Februari 2019, pada 2017, industri halal lokal Malaysia berkontribusi 7,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
“ Malaysia sekali lagi memimpin Indikator Ekonomi Syariah Global selama lima tahun berturut-turut,” kata Deputi Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi, dalam “ World Halal Week” pada akhir April 2018.
Hamidi mengatakan, capaian ini mencerminkan ekosistem ekonomi syariah yang kuat. “ Malaysia menikmati keunggulan substansial dalam keuangan syariah dan makanan halal,” kata dia.
Ekosistem ini, kata Hamidi, meliputi bank untuk menyediakan keuangan syariah, Departemen Kesehatan, dan Departemen Pengembangan Islam Malaysia (JAKIM) yang bertugas menetapkan standar sertifikasi halal, serta agen perdagangan seperti Matrade untuk menangani bisnis dan pemasaran.
Dalam praktiknya, produk halal harus bebas dari unsur-unsur halal. Misalnya, kosmetik bebas alkohol dan zat yang mengandung unsur haram.
Salah satu kosmetik halal yang diperdagangkan di Malaysia adalah SimplySiti. Produk yang mengantongi sertifikat halal ini menawarkan kosmetik, pewangi, dan perawatan kulit.
Pasar halal juga diikuti oleh perusahaan global, seperti Sunsilk. Perusahaan ini menawarkan perawatan rambut untuk wanita berhijab. Ada juga supermarket dan jaringan apotek halal seperti PrettySuci dan Aladdin Street.
Ada juga produk yang diklaim ramah wudhu. Air bisa menembus produk dan bisa membersihkannya.
Namun, ada beberapa perusahaan yang belum bisa masuk ke pasar halal. Tak semua konsumen Muslim mengetahui ketersediaan dan keragaman produk kecantikan halal dan perawatan pribadi.
“ Saya tak benar-benar memeriksa label halal karena di Malaysia saya menganggap semuanya halal,” kata seorang pria bernama Abir Abdul Rahman kepada Arab News.
Abdul Rahman mengatakan mayoritas temannya tak aktif memeriksa label halal ketika membeli make up atau item perawatan kulit.
Seorang pengacara, Siti Nurul Hidayah Ishak, mengatakan dia mendukung ide produk kecantikan halal. Namun, dia tak tahu bagian mana yang disertifikasi.
“ Saya tidak terlalu memperhatikan apakah suatu produk bersertifikat halal atau tidak. Meskipun demikian, saya memeriksa label untuk memastikan tidak ada bahan non-halal dalam produk yang saya beli,” kata Siti.
Sekadar informasi, dua pertiga dari populas Muslim global berada di kawasan Asia Pasifik. Penduduk Muslim yang muda, memiliki prospek sosial ekonomi yang baik, menurut Pew Research.
Thomson Reuters memperkirakan konsumen Muslim akan merogoh duit US$73 miliar (Rp1.021,57 triliun) pada 2019. Konsumsi ini naik 8,2 persen dari pengeluaran global.
Di Malaysia sendiri, total volume perdagangan untuk produk perawatan dan kosmetik sebesar US$2,24 miliar (Rp31,35 triliun) pada 2015. Setengah dari permintaan kosmetik dipenuhi dari impor.
Beberapa konsumen di Malaysia ragu tentang booming produk kecantikan bersertifikat halal. Mohani Niza, misalnya, dia lebih cemas produknya hanya gimmick dari produsen kosmetik.
“ Saya tak punya keluhan terhadap produk kecantikan halal. Tapi, kecurigaan saya adalah industri kecantikan halal adalah gimmick pemasaran. Ini memainkan ketidaktahuan dan keamanan beberapa Muslim yang dituntun untuk percaya bahwa produk yang tak berlabel halal adalah haram,” kata Niza.
Video Detik-detik Mobil Presiden Jokowi Terjang Banjir di Kalsel
Viral Genangan Air Banjir Jernih di Masjid Kalsel, Lantai Terlihat Jelas
Potret Lamaran Vicky Prasetyo dan Kalina Ocktaranny Penuh Haru
Wow! Lihat Penampilan Carissa Putri dengan Model Rambut Baru, Bikin Meleleh
Prahara Selingkuh Anggota DPRD: Istri Diseret Mobil, Da Kyung Versi Indonesia