Menguak Mitos Kanker Darah yang Mematikan

Reporter : Mutia Nugraheni
Jumat, 7 September 2018 12:16
Menguak Mitos Kanker Darah yang Mematikan
Adanya peningkatan jumlah kasus baru dan kematian akibat leukemia secara menahun.

Dream - Kanker jadi penyebab kematian terbesar kedua di dunia, dan ketujuh di Indonesia. Salah satu tipe kanker yang paling ganas yaitu leukemia.

Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat adanya peningkatan jumlah kasus baru dan kematian akibat leukemia secara menahun antara 2010-2013.

Walaupun banyak orang telah mengenal namanya, masih banyak pula mitos yang beredar di publik terkait tipe kanker ini.

Sebagai bagian dari komitmennya untuk membantu pasien, Parkway Cancer Centre (PCC), salah satu perawatan kanker swasta terkemuka Singapura, menyelenggarakan edukasi terkait kanker darah.

Salah satunya adalah memaparkan fakta dari mitos yang kerap dipercaya masyarakat banyak soal kanker darah. Penasaran seperti apa mitos dan faktanya?

Mitos: Leukemia sama dengan kanker darah
Fakta: Di Indonesia, kata 'leukemia' sering digunakan untuk menyebut 'kanker darah'. Padahal, faktanya kanker darah adalah sebuah terminologi dengan cakupan yang lebih luas

" Leukemia hanya salah satu tipe kanker darah, dan bukan satu-satunya kanker darah itu sendiri," kata konsultan senior hematologi PCC, dr. Lim ZiYi.

Ia juga menambahkan, kesalahpahaman ini muncul karena leukemia adalah tipe yang paling banyak didengar publik. Selain leukemia, ada dua tipe kanker darah lainnya, yaitu limfoma dan myeloma. Secara umum, kanker darah merujuk pada tipe kanker yang mengganggu produksi dan fungsi sel darah.

Leukemia sendiri merupakan tipe kanker darah yang mengganggu fungsi sel darah putih, akibat pertumbuhan sel darah putih abnormal yang terlalu cepat. Sementara, limfoma mempengaruhi kerja kelenjar getah bening dan sistem limfatik yang berfungsi mengurangi kelebihan cairan dalam tubuh mempengaruhi sumsum tulang.

Putri Denada Idap Kanker Darah, Kenali 6 Faktor Penyebabnya

(Putri Denada juga menderita leukimia, Foto: Instagram @denadaindonesia)

Mitos: Kanker darah baru bisa terdeteksi pada stadium akhir
Fakta: Salah satu penyebabnya adalah rendahnya pemahaman tentang kanker darah dan gejalanya, serta pentingnya melakukan pemeriksaan medis rutin yang mencakup pula pengecekan jumlah sel darah.

Kanker darah bisa saja ditemui di pasien yang tidak mengalami gejala apapun. Namun ada juga sejumlah pasien menunjukkan gejala-gejala seperti demam berkepanjangan, keringat dingin di malam hari, kelelahan yang tak kunjung hilang penurunan berat badan secara drastis yang tak direncanakan dan terkadang pembengkakan kelenjar getah bening.

" Jika hasil cek darah Anda menunjukkan ketidaknormalan, dan Anda mengalami gejala-gejala yang saya sebutkan, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter," kata dr. Lim

1 dari 1 halaman

Kanker Darah Seperti Vonis Mati

Mitos: Kanker darah sama dengan hukuman mati
Fakta : Saat ini, kanker darah termasuk ke dalam penyakit yang memiliki kemungkinan besar untuk disembuhkan.

" Tingkat kesuksesannya telah meningkat pesat, didukung oleh kemajuan di bidang kemoterapi dan pengobatan lainnya," kata dr. Colin Phipps Diong, yang juga konsultan di PCC.

Menurutnya, semua ini tergantung pada apakah pasien mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kondisi spesifik dirinya atau tidak. Hal ini adalah faktor utama selain mendapatkan diagnosis awal yang tepat.

Wabah Demam Berdarah Membludak, Stok Darah Menipis

Mitos: Hanya keluarga yang dapat menyumbangkan sumsum tulang belakang dan prosesmya amat menyakitkan
Fakta: Proses tranplantasi sumsum tulang belang merupakan prosedur bedah yang menempatkan donor di bawah kondisi bius total, dan biasanya hanya membutuhkan waktu satu hari. Mungkin pendonor akan merasakan sakit atau kelelahan karena efek dari obat, namun itu tidaklah membahayakan.

Transplantasi sumsum tulang belakang yang dikenal juga dengan transplantasi sel punca (stem cell) alogenik, adalah salah satu perawatan yang paling efektif untuk mengobati kanker darah. Sel sumsum tulang belakang yang sehat akan diambil dari donor, dan kemudian ditanamkan pada pasien.

(ism, Laporan Erisa Riyana)

Beri Komentar