Pulse Oximeter/ Foto: Shutterstock
Dream - Pasien Covid-19 dengan gejala ringan, dianjurkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Selama di rumah, pasien harus menjaga imunitas tetap baik agar bisa 'mengalahkan' virus.
Mengonsumsi vitamin C, suplemen zinc, berjemur dan cukup istirahat adalah yang selalu dianjurkan demi sembuh dari Covid-19. Salah satu yang juga direkomendasikan untuk mereka yang melakukan isolasi mandiri adalah mengukur saturasi oksigen dalam darah menggunakan Pulse Oximeter.
Hal ini disampaikan oleh dr. Adam, PhD Candidate Medical Science di Kobe University lewat akun Instagramnya. Ia menjelaskan, kalau Pulse oximeter digunakan untuk memantau pasien Covid-19 dengan kriteria tertentu.
Antara lain yang usianya 65 tahun ke atas, yang memiliki komorbid atau yang kondisinya lemah. Tentunya penggunaan Pulse Oximeter di rumah harus disertai pengetahuan tentang cara penggunaannya agar hasilnya akurat.
" Pertama pasang di jari, kedua baca hasil pengukuran, yang tersiti dari saturasi oksigen dan denyut nadi," ungkap dr Adam.
Saturasi oksigen yang normal yaitu angkanya 95 ke atas. Bila angka menunjukkan 94 atau 93 terus menerus segera lakukan konsultasi online.
Lalu jika angka menunjukkan 92 ke bawah, pasien harus segera ke IGD. Berikut grafik panduan yang digambarkan oleh dr. Adam.
Sumber: Instagram @adamprabata
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Memakai masker saat keluar rumah merupakan hal kini tak bisa ditawar. Bukan hanya untuk melindungi diri dari penularan virus Covid-19, tapi juga melindungi orang lain.
Sayangnya masih banyak orang yang malas atau bahkan menolak mengenakan masker dengan alasan bisa berdampak buruk pada pernapasan. Ada juga berpendapat memakai masker mengurangi pasokan oksigen dalam darah, menyebabkan " keracunan" karbondioksida dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Faktanya tak demikian. Simak saja penelitian tim dari McMaster University di Kanada. Mereka menguji 25 manula (rata-rata usia: 76,5) dengan oksimeter alat pengukur kadar oksigen dalam darah saat memakai masker, serta sebelum dan sesudah.
Para peneliti tidak menemukan tanda-tanda hipoksia, atau berkurangnya level oksigen salam darah. Jadi, pakai masker tak mengurangi sedikit pun level oksigen dalam darah. Awalnya memang terasa sedikit tak nyaman atau sesak.
" Saya melihat masker seperti sabuk pengaman. Memang belum tentu nyaman, tapi melindungi," kata dr. Aaron Glatt, seorang spesialis penyakit menular, dikutip dari WebMD.
Beberapa orang mungkin merasa tidak nyaman memakai masker, tapi itu bukan alasan untuk tidak melakukannya. Secara keseluruhan hasil dari uji oksimeter adalah tidak ada penurunan yang mengkhawatirkan dalam saturasi oksigen darah. Rata-rata, saturasi oksigen adalah 96,1% sebelum bermasker, dan kemudian sedikit lebih tinggi saat mereka mengenakan masker dan setelahnya, masing-masing 96,5% dan 96,3%.
Penemuan ini dipublikasikan secara online sebagai surat penelitian dalam Journal of American Medical Association edisi 30 Oktober. Penelitian ini dilakukan pada mereka yang berusia lanjut yang mungkin akan lebih rentan terhadap penurunan kadar oksigen dari pemakaian masker.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Membawa masker cadangan merupakan hal yang penting dilakukan selama masa pandemik Covid-19 ini. Penutup mulut dan hidung ini terutama penting dibawa lebih banyak jika kamu tengah berolahraga.
Dokter Muliadi Limanjaya, Dokter Umum di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya mengingatkan masker cadangan harus selalu dibawa saat berolahraga karena banyaknya keringat yang mengucur. Belum lagi masker akan menjadi basah sehingga mempersulit pemakai saat bernapas.a
" Bahkan untuk udara biasa sendiri akan terhambat untuk lewat, sehingga menyebabkan fungsi dari masker menjadi terganggu," kata Muliadi dikutip dari Merdeka.com, Kamis 5 November 2020.
Masker basah bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan dan sirkulasi. Dr Muliadi menyarankan untuk senantiasa membawa cadangan dan segera menggantinya bila masker yang dipakai sudah basah.
Masker wajib dipakai untuk olahraga dengan intensitas ringan hingga sedang.
Untuk membiasakan diri, Dr Muliadi menyarankan berlatih secara rutin dan bertahap, sehingga fungsi sistem pernapasan semakin meningkat. Juga bisa mengkompensasi kondisi olahraga dengan fungsi pertukaran udara yang tertutup oleh masker.
Sebaiknya juga jika akan melakukan olahraga dengan intensitas tinggi, pilih tempat yang sepi atau gunakan masker khusus untuk olahraga.
Dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto, Sp.KO menuturkan hal senada. Ia mengatakan masker yang basah akan melekat di hidung dan mulut, jadi proses bernapas justru lebih sulit.
" Harus bawa masker lebih dari satu. jadi pas basah cepat diganti kalo tidak akan menghalangi proses bernapas," ujar Michael.
Lebih lanjut, penggunaan masker saat berolahraga dengan intensitas ringan hingga sedang takkan mempersulit sistem pernapasan.
Dia menjelaskan olahraga untuk menjaga kesehatan dilakukan dengan intensitas ringan hingga sedang, sementara olahraga dengan intensitas berat diperuntukkan bagi atlet yang akan bertanding.
Saat mengganti masker setiap empat jam sekali atau ketika sudah basah, ada juga beberapa hal yang harus dilakukan bila tidak ingin ada jerawat yang muncul akibat penggunaan masker (maskne).
Sebisa mungkin cuci muka dengan air dingin sebelum ganti masker. Jika tidak bisa, kamu disarankan untuk menyeka wajah untuk membersihkan sisa keringat dan uap air yang menempel.
Sumber: Merdeka.com