Shutterstock
Dream- Penyakit tulang belakang melengkung atau biasa disebut skoliosis, pada beberapa kasus baru terdeteksi ketika usia dewasa. Sebenarnya jika dilihat lebih ke belakang, seseorang yang mengalami skoliosis, bisa karena faktor genetik.
Hal ini dijelaskan oleh dr. Widyastuti Srie Utami, Spesialis Ortopedi konsultan Tulang Belakang dari Rumah Sakit Pondok Indah. Menurutnya, jika ada keluarga yang lebih tua mengalami skoliosis, keturunan selanjutnya juga berisiko.
" Pada jenis tertentu jika di dalam keluarga ada riwayat skoliosis, pada generasi berikutnya kemungkinan terkena skoliosis, secara statistik lebih besar hingga memerlukan perawatan," ujar dr. Widyastuti.
Ada perbedaan mengenai tingkat pengobatan yang diperlukan antara orang yang terkena skoliosis secara individu dengan orang yang terkena skoliosis berdasarkan riwayat keluarga.
" Anak dengan riwayat keluarga skoliosis kemungkinan memerlukan treatment 50% lebih besar dibandingkan dengan anak yang tidak ada riwayat keluarga skoliosis," ujar dr. Widyastuti.
Skoliosis memiliki banyak jenisnya, salah satunya skoliosis idiopatik yang merupakan kelainan pada tulang belakang, yang menyebabkan kelengkungan ke samping. Dengan mengetahui hal ini, banyak orang yang mengira bahwa tidur miring dapat menyebabkan skoliosis idiopatik. Hal tersebut adalah mitos.
" Mayoritas jenis skoliosis idiopatik belum diketahui penyebabnya, secara umum pasien yang mengidap penyakit ini terlihat sehat-sehat saja. Kebiasaan seperti mengangkat beban dengan hanya satu sisi atau cara duduknya salah tidak dapat membuat tulang belakang yang awalnya lurus menjadi bengkok. Hal seperti ini hanya akan membuat keluhan pegal otot menjadi lebih berat. Skoliosis dapat terjadi karena kemauan tulang belakang sendiri untuk meliuknya seperti apa," ujar dr. Widyastuti.
Meskipun begitu, penyakit ini tetap dapat disembuhkan melalui rangkaian perawatan medis dan diagnosis yang diberikan dokter kepada pasien. Setelah mendapatkan diagnosis yang tepat dari dokter lalu pasien dapat menjalani perawatan medis sesuai dengan yang disarankan.
" Sebelum melakunan pengobatan, hal yang perlu dilakukan yaitu diagnosis pasien terlebih dahulu. Mulai dari mengetahui jenis skoliosis, derajat skoliosis, usia pasien, hingga skoliosis yang diderita progresif atau tidak. Setelah pengumpulan data ini barulah dokter dapat memberikan saran pengobatan terbaik untuk pasien," kata dr. Widyastuti.
Biasanya jika orang terdekat mengalami penyakit seperti ini, tak jarang orang menjadi waspada agar tidak ikut terkena penyakit yang sama. Cara yang biasa dilakukan yaitu dengan tes genetik, namun sayangnya cara ini tidak direkomendasikan oleh dokter.
" Tes screening genetik saat ini tidak disarankan untuk dilakukan secara rutin, terutama untuk pasien yang tidak menunjukkan gejala penyakit. Hal yang mungkin dapat dilakukan dengan pasien dugaan skoliosis seperti terlihat adanya asimetri tulang belakang adalah periksa ke dokter untuk dilakukan foto rontgen skoliosis," ujar dr. Widyastuti.
Laporan: Aisyah Cryshanty
Dream - Kondisi skoliosis pada anak-anak seringkali dianggap karena kebiasaan sehari-hari. Biasanya postur duduk yang tidak tegak, jadi kambing hitam. Bagaimana faktanya?
Skoliosis merupakan kondisi di mana terjadi lengkungan lateral pada tulang belakang yang melebihi 10 derajat, sering kali disertai dengan rotasi tulang belakang. Kondisi ini dapat dikategorikan sebagai bawaan, neuromuskuler, atau idiopatik. Sekitar 85% dari kasus skoliosis bersifat idiopatik, yang artinya penyebabnya tidak diketahui secara pasti.
Dalam banyak kasus, skoliosis tidak menimbulkan masalah yang serius. Pada beberapa orang kadang dapat menyebabkan perubahan bentuk tubuh yang terlihat, tekanan emosional, dan masalah pernapasan akibat kelainan bentuk tulang rusuk.
Skoliosis dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan memiliki kemungkinan 5-10 kali lebih tinggi untuk mengembangkan bentuk skoliosis yang lebih parah yang mungkin memerlukan pengobatan.
" Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan skoliosis, mulai dari kondisi neuromuskular, seperti cerebral palsy atau distrofi otot, lalu cacat lahir yang mempengaruhi perkembangan tulang belakang, riwayat operasi pada dinding dada pada masa bayi dan cedera atau infeksi pada tulang belakang," ujar dr. Widyastuti Srie Utami, Dokter Spesialis Ortopedi Konsultan Tulang Belakang Jakarta Spine Clinic, RS Pondok Indah pada acara Media Discussion RS Pondok Indah Group Deteksi dan Penanganan Skoliosis, Senin 21 Agustus 2023.
Terdapat beberapa tanda yang dapat mengindikasikan adanya skoliosis mulai dari bahu yang tidak sejajar atau pinggang yang tidak sejajar. Tanda ini bisa terlihat pada anak-anak.
" Bisa memeriksa ketinggian punggung anak, apakah ada perbedaan yang mencolok di antara sisi kiri dan kanan. Mengamati jarak antara siku kanan dan kiri saat anak membungkuk, apakah terdapat perbedaan yang signifikan. Mengenali apakah postur saat duduk atau berdiri anak tidak simetris, yang dapat mengindikasikan adanya kelainan," ujar dr. Widyastuti.
Dalam menghadapi skoliosis, terdapat beberapa hal yang dapat membantu meringankan rasa tidak nyaman karena skoliosis. Salah satunya olahraga yang menggunakan kinerja otot.
" Olahraga yang paling bagus untuk skoliosis yang paling banyak mengolah otot contohnya berenang. Kalau tidak bisa, masih banyak olahraga lain otot punggung, yoga, pilates dan bulu tangkis. Yang tidak boleh mengangkat beban," ujar dr. Widyastuti.
Ia menambahkan bahwa skoliosis bukanlah kesalahan anak, dan penting untuk memberikan dukungan dan pemahaman. Konsultasikan kondisi anak pada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mendukung anak dalam menjalani hidup dengan lebih nyaman.