Parade Pasukan Iran (sumber: Vosizneias)
Dream - Iran bergolak. Demonstrasi merebak ke penjuru negeri yang mendeklarasikan diri sebagai Negara Republik Islam itu. Sejak meletus hingga kini, setidaknya 24 orang tewas akibat kerusuhan di berbagai wilayah.
Demonstrasi dimulai di Mashad, kota terbesar ke dua di Iran, pada Kamis 28 Desember 2017. Unjuk rasa kecil kala itu dengan cepat menyebar ke kota-kota di sekitarnya.
Sehari berselang, demonstrasi muncul di sejumlah kota, antara lain Qom, Isfahan, dan Zahedan. Akhirnya, unjuk rasa itu merebak hingga ke Teheran. Tanggal 30 Desember, dua orang tewas di wilayah barat Iran, 200 pengunjuk rasa di Teheran ditangkap.
Unjuk rasa ini menjadi yang terbesar setelah terjadi pada 2009, yang menuding adanya kecurangan dalam pemilihan presiden yang dimenangkan Mahmoud Ahmadinejad. Kala itu, setidaknya 20 orang tewas, 450 lainnya ditangkap.
Namun kali ini beda. Para pengunjuk rasa meyerukan rezim Hassan Rouhani melakukan perbaikan ekonomi. Negeri para Mullah ini memang lama hidup dalam kungkungan embargo ekonomi dari dunia internasional karena program nuklir mereka. Tapi, sanksi itu sudah dicabut sejak Januari 2016.
Bagaimana sebenarnya kondisi ekonomi Iran? Sebenarnya tidak jelek-jelek amat. Laman CNN Money bahkan menulis perekonomian mereka meningkat dalam beberapa tahun belakangan. Pertumbuhan ekonomi mereka lumayan dan inflasi bisa ditekan sejak Rouhani berkuasa pada 2013.
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) bahkan memproyeksikan ekonomi Iran akan meningkat sebesar 4,2 persen hingga Maret 2018, ini kontrak lima tahun lalu. Selain itu, inflasi tahunan bisa dipangkas dari 34 persen menjadi 10 persen. Iran juga mampu mendulang jutaan dolar setelah kembali bisa mengekspor minyak mereka.
Tapi rupanya banyak warga Iran yang merasa tidak ikut menikmati pertumbuhan ekonomi itu. Inilah yang disebut-sebut sebagai " bahan bakar" kerusuhan yang menjalar ke penuru negeri itu.
Pertumbuhan itu dinilai terlalu lamban bagi kaum muda, yang lebih tertarik pada lapangan kerja daripada idealisme Islam dan republikanisme anti-Shah yang didengungkan para penguasa tua sejak revolusi 1979.
Berdasarkan badan statistik negara, sebagaimana dikutip CNBC, tingkat pengangguran di Iran pada 2017 mencapai 12,4 persen. Angka itu 1,4 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Sementara, pengangguran kaum muda mencapai 28,8 persen.
Selain pertumbuhan ekonomi, warga Iran juga menyorot pengeluaran negara untuk Garda Revolusi yang ambil bagian dalam perang di Suriah, Yaman, Lebanon. Iran memang disebut-sebut menjadi penyokong Basar Al Assad di Suriah dan kelompok Houti di Yaman. Mereka berseberangan dengan Arab Saudi.
" Demonstran juga memprotes biaya perjalanan luar negeri Iran: yang salah satunya melontarkan yel, " Kita bukan Gaza, bukan Lebanon, khidupanku adalah Iran'," demikian laporan laman Foreign Policy.
Dan rupanya, demonstrasi yang sudah berlangsung tujuh hari itu tidak hanya menyoal masalah ekonomi. Isu yang dikumandangkan para demonstran beralih pada masalah politik.
Kecaman-kecaman demonstran langsung dilontarkan kepada para ulama yang memegang kendali negeri itu sejak revolusi 1979, termasuk kepada Imam Besar Iran Ayatullah Ali Khamenei.
Para demonstran bahkan meneriakkan " Reza Shah, jiwamu diberkati." Seruan ini untuk raja mereka yang berkuasa sejak 1925 hingga 1941 dan dinasti Pahlevi yang digulingkan Ayatollah Ruhollah Khomeini, pemimpin Republik Islam pertama.
Sehingga, banyak media-media Barat yang menulis kerusuhan kali ini bakal sulit ditangani oleh Iran. Pada kerusuhan 2009, Iran bisa mengatasinya dengan menahan pemimpin oposisi.
Namun kali ini beda. Laman CNBC menulis kerusuhan ini bisa saja seperti tahun 1979 yang menggambarkan pemberontakan kaum miskin melawan eksploitasi dan penindasan. " Penyelesaian masalah ekonomi sangat sulit karena alasan itu," demikian tulis CNBC.
Sementara, Ayatullah Ali Khamanei yang pertama kali muncul pada Selasa kemarin, sejak meletusnya protes, menyebut kerusuhan ini digalang oleh musuh negara yang bersatu. " Musuh sedang menunggu kesempatan, untuk sebuah kekurangan, di mana mereka bisa masuk," kata Khamenei, dikutip Dream dari CNN.com.
" Lihatlah kejadian ini dalam beberapa hari terakhir. Semua orang yang melawan Republik Islam - mereka yang memiliki uang, mereka yang memiliki politik, mereka yang memiliki senjata, mereka yang memiliki kecerdasan - mereka semua bergabung untuk menciptakan masalah bagi Republik Islam dan Revolusi Islam," tambah dia.
Dan, kerusuhan di Iran ini juga menarik perhatian dunia internasional. Amerika Serikat bahkan turut campur. Negeri adidaya ini meminta PBB menggelar sidang darurat. Lalu, apakah Republik Islam Iran segera berakhir? Mungkin terlalu dini untuk menyimpulkannya.
(Sah)
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik