(Foto: MIT/Youngsoo Joung)
Dream - Banyak orang yang suka dengan aroma hujan ketika menyentuh tanah. Terutama hujan yang turun pertama kali setelah musim kemarau panjang.
Aroma tersebut dinamakan Petrichor yang pertama kali diperkenalkan oleh peneliti asal Australia, Isabel Joy Bear dan R.G. Thomas, pada tahun 1964.
Petrichor sebenarnya adalah uap hasil kombinasi antara minyak tumbuhan dan senyawa kimia dari bakteri yang dilepaskan oleh tanah saat turun hujan.
Beberapa tumbuhan mengeluarkan minyak selama periode kemarau, dan ketika hujan, minyak tersebut terlepas ke udara. Sementara itu, zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri tanah Actinomycetes juga terlepas ke udara.
Kombinasi kedua senyawa tersebut akhirnya menghasilkan Petrichor yang baunya menyegarkan ketika hujan menyentuh tanah.
Namun, sampai sekarang, mekanisme bagaimana aroma itu dilepas di udara masih belum diketahui. Hingga akhirnya peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), percaya bahwa mereka sekarang telah berhasil merekam mekanisme tersebut dan memperlihatkan bagaimana bau tersebut dilepas di udara.
Dengan menggunakan kamera berkecepatan tinggi, para peneliti mengamati bagaimana tetesan air hujan menjebak gelembung udara kecil saat menyentuh tanah.
Gelembung itu kemudian naik ke atas menembus tetesan hujan dan meletus di udara. Letusan itu menghasilkan tetesan cairan yang sangat halus atau partikel padat yang tetap tersuspensi di udara seperti kabut atau asap, yang dikenal sebagai aerosol.
Para peneliti di MIT menduga bahwa partikel kecil yang dilepaskan di udara itu tidak hanya menyebarkan Petrichor tetapi juga bakteri dan virus yang tersimpan di dalamnya.
Mereka juga menemukan bahwa partikel akan dihasilkan lebih banyak oleh curah hujan ringan atau sedang, dibandingkan dengan hujan deras. Partikel itu kemudian terbawa oleh angin hingga tercium oleh kita.
" Ini adalah fenomena yang sangat umum, dan sangat menarik bagi kita bahwa tidak ada orang yang pernah mengamati mekanisme ini sebelumnya," kata Cullen Buie, asisten profesor teknik mesin di MIT.
Para peneliti mengatakan mereka sudah mengetahui bahwa tetesan air hujan dapat menjebak dan melepaskan aerosol saat jatuh di air, namun ini adalah pertama kalinya proses tersebut terlihat di tanah.
Menurut mereka, hasil pengamatan ini dapat membantu menjelaskan bagaimana beberapa penyakit berbasis tanah bisa menyebar.
Saat ini, para peneliti sedang mempelajari apakah kontaminan seperti E. coli dapat menyebar secara signifikan melalui hujan.
Hasil penelitian para peneliti di MIT ini telah ditulis dan dipublikasikan di jurnal Nature Communications.
(Sumber: bbc.com)
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Diterpa Isu Cerai, Ini Perjalanan Cinta Raisa dan Hamish Daud
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media