Detik-detik Fotografer Jepret Aylan Kurdi

Reporter : Sandy Mahaputra
Minggu, 6 September 2015 10:07
Detik-detik Fotografer Jepret Aylan Kurdi
Dia tidak punya pilihan lain selain melakukan tugasnya sebagai seorang jurnalis. "Saya gagal membendung air mata. Jemari saya bergetar ketika menekan tombol kamera".

Dream - Hasil jepretan kamera wartawan foto Turki Nilufer Demir mengungkapkan pemandangan yang akan mengiris-iris hati siapa saja yang melihatnya.

Foto Demir menunjukkan seorang anak Suriah yang sudah tidak bernyawa terdampar di pantai Aegean, Turki.

Foto itu seakan memberitahu, krisis migran di Eropa' tidak diragukan lagi menjadi masalah besar bagi dunia dalam beberapa tahun terakhir.

" Pada saat itu, saat melihat jasad Aylan Kurdi yang masih tiga tahun, aku tak bisa berkata-kata," kata Demir, wartawan foto yang meliput krisis migran di kota Bodrum, sebuah kota yang terletak di tepi Laut Aegea, selama bertahun-tahun untuk harian Turki, Dogan News Agency (DHA).

Demir menambahkan dia tidak punya pilihan lain selain melakukan tugasnya sebagai seorang jurnalis.

Dia langsung mengarahkan kameranya ke deretan jasad di pantai Akyarlar, distrik Bodrum, Provinsi Mugla pada 2 September sekitar pukul 6 pagi waktu setempat.

Jasad-jasad itu adalah migran Suriah yang terdampar setelah dua perahu karet tujuan Yunani yang ditumpangi mereka tenggelam di Laut Aegea.

" Saya gagal membendung air mata. Saya memilih yang pertama, meski jemari saya bergetar ketika menekan tombol kamera," kenangnya," kenangnya.

Ia lalu mebidik tubuh Aylan yang bercelana pendek biru tua, t-shirt merah, dengan setengah wajah terbenam di pasir pantai.

Demir kemudian mengisahkan saat dia melihat anak lain, adik Aylan Kurdi yang bernama Galip yang juga terbujur kaku di atas tanah tanpa mengenakan pelampung seperti migran lain yang tewas di lokasi yang sama.

" Galip terbaring 100 meter di depan kakaknya. Saya mendekatinya. Saya melihat mereka tidak memakai pelampung atau apa pun untuk membantu mereka untuk mengapung di air. Gambar ini menunjukkan bagaimana dramatisnya insiden tesebut," tambah dia.

Demir mengatakan, sebagai wartawan DHA, ia dan rekan-rekannya di wilayah tersebut telah meyoroti masalah migran ilegal dalam 15 tahun terakhir.

Dia melihat kedatangan migran telah meningkat dalam 2-3 bulan terakhir, khususnya di Turgutreis dan Akyarlar.

Sebagai wanita, Demir merasa sakit dan sedih. Apalagi telah menyaksikan banyak insiden migran sejak tahun 2003 di wilayah itu.

" Kematian mereka, drama mereka. Saya berharap suatu saat akan berubah. Ratusan, bahkan ribuan migran telah berbondong-bondong ke Bodrum, karena Pulau Kos hanya berjarak 4 mil dari pulau tersebut. Migran mencoba untuk menyeberang ke Yunani dan kemudian negara-negara Eropa lain dengan perahu, biasanya perahu karet." (Ism) 

Beri Komentar