Digugat Mesir, Tiongkok Hancurkan Sphinx Palsu

Reporter : Eko Huda S
Selasa, 5 April 2016 15:01
Digugat Mesir, Tiongkok Hancurkan Sphinx Palsu
Tiongkok membangun replika arsitektur bersejarah dari berbagai negara.

Dream - Menara Eiffel, Patung Liberty, Arch de Triomphe, hingga Sphinx Piramida Giza, ada di Tiongkok. Tapi semua tiruan. Palsu. Negeri Tirai Bambu ini memang membangun replika arsitektur bersejarah dari berbagai negara.

Tapi, bukan berarti tanpa risiko. Baru-baru ini, Tiongkok harus menghancurkan replika Sphinx yang mereka bangun di luar Kota Shijiazhuang, Provinsi Hebei. Patung itu merupakan tiruan dari Sphinx di Piramida Giza, Mesir.

Penghancuran dilakukan karena Mesir mengajukan protes ke Unesco, lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menaungi masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Kementerian Kepurbakalaan Mesir menyebut, Sphinx palsu itu tidak akurat dan berbahaya bagi industri pariwisata negaranya.

Sphinx palsu di Tiongkok dibangun dari batang baja dan semen. Tingginya 30 meter, sementara panjangnya 60 meter. Patung itu dibangun sebagai bagian dari latar film yang dibuat oleh rumah produksi lokal China.

Sedangkan, Sphinx asli terbuat dari batu kapur, diyakini mewakili wajah Firaun Khafre, raja Mesir yang berkuasa dari tahun 2650 SM sampai 2480 SM. Untuk saat ini, sphinx merupakan patung monumental tertua dan patung monolit terbesar di dunia, yang memiliki tinggi 73,5 meter dan lebar 19,3 meter.

Dan keberatan Mesir atas Sphinx palsu Tiongkok itu diajukan pada 2014. Sementara, penghancuran Sphinx palsu itu dimulai pada 2 Apil yang lalu. Selain di Shijiazhuang, China juga membangun Sphinx palsu di Provinsi Anhui. (Ism) 

1 dari 2 halaman

China Palsukan Tembok Besar

China Palsukan Tembok Besar © Dream

Dream - China kini memiliki dua Tembok Besar. Negeri Tirai Bambu itu telah membangun tiruan ikon arsitektur mereka di kawasan Nanchang, Provinsi Jiangxi.

Dikutip Dream dari Daily Mail, Jumat 9 Oktober 2015, Tembok Besar palsu itu dibangun sepanjang 2,5 mile atau sekitar 4 kilometer. Atau 2.000 kilometer lebih pendek dari Tembok Besar yang asli.

Replika Tembok Besar China itu pertama kali diekspose pada April silam. Sebenarnya, replika ini belum selesai sepenuhnya. Namun ikon palsu itu telah menyedot banyak wisatawan lokal.

Seperti Tembok Besar yang asli, bangunan palsu ini juga dibuat dari tumpukan batu di atas pegunungan. Media China bahkan menulis bangunan ini sama persis. Pengunjung pun sulit membedakan bangunan palsu ini dengan Tembok Besar asli.

Tiruan Tembok Besar China di Nanchang

Bangunan di Nanchang ini bukan Tembok Besar palsu pertama di China. Sebelumnya, replika Tembok Besar juga dibangun di Wuhan, China bagian tengah. Namun, tiruan di Wuhan hanya sepanjang satu mile dan dihiasi dengan menara.

Tiruan Patung Liberty di Shenyang (kiri) dan Sphinx di Chuzhou (kanan)

Belakangan ini, replika arsitektur memang tengah populer di China. Selain Tembok Besar, Menara Eifl, Arch de Triomphe, Sphinx, hingga Patung Liberty, juga ditiru di China. Bangunan-bangunan palsu itu juga menarik para wisatawan. (Ism) 

2 dari 2 halaman

Heboh `Fatwa` Penghancuran Piramida dan Spinx

Heboh `Fatwa` Penghancuran Piramida dan Spinx © Dream

Dream - Sebuah fatwa yang dikeluarkan oleh sebuah portal Islam asal Qatar telah beredar luas di kalangan pers Mesir pekan ini.

Fatwa dari Islam Web itu memerintahkan penghancuran piramida dan patung Spinx. Alasannya, karena tidak sesuai dengan Islam.

Fatwa yang terlanjur dilansir beberapa situs berita independen Mesir, seperti Youm 7 dan al-Fagr, mengatakan penghancuran bangunan bersejarah adalah 'kewajiban agama’.

Dalam laporan Al Arabiya dikutip Dream.co.id, Rabu 4 Maret 2015, fatwa itu diketahui terbit pertama kali pada bulan Desember 2012.

Namun, karena memicu kontroversi, fatwa itu telah dihapus dari Islam Web. Dan pada tahun yang sama, ilmuwan Mesir telah mengecam setiap fatwa yang menyerukan penghancuran bangunan bersejarah.

Meski pun begitu, media-media Mesir berhasil melakukan screengrab terhadap dokumen fatwa kontroversial itu. Namun tetap saja berita tentang fatwa itu memicu perdebatan besar di Mesir pekan ini.

Fatwa itu sebenarnya merupakan jawaban dari pertanyaan yang diajukan seorang pengunjung situs Islam Web yang berafiliasi dengan Kementerian Wakaf Qatar di Doha.

Pemerintah Qatar memang menganjurkan warganya untuk bertanya tentang fatwa secara online, dengan masuk kanal Fatwa Center di situs portal Islam Web.

Dalam jawaban tentang pertanyaan monumen sebagai berhala, Islam Web mengatakan bahwa pembongkaran piramida dan patung Sphinx adalah kewajiban agama.

Portal ini sebelumnya pernah membuat heboh setelah mengeluarkan fatwa pada 2006 yang mengizinkan hukuman dibakar sampai mati. Fatwa itu didasarkan pada peristiwa pembakaran Ias bin Abdul Yalil oleh Abu Bakar.

Tapi bulan lalu, fatwa itu dilaporkan dihapus dari situs itu dan ditarik beberapa jam setelah ISIS membakar pilot Yordania Moaz al-Kasasbeh hidup-hidup.

Islam Web juga telah menuai kontroversi karena mengeluarkan fatwa yang melegitimasi penghinaan terhadap agama lain. 

Hubungan antara Qatar dan Mesir tegang sejak 2013 ketika mantan Presiden Mohammad Mursi yang berhaluan Islam konservatif digulingkan. Mohammad Mursi adalah tokoh pemimpin kelompok Ikhwanul Muslimin yang didukung Doha. (Ism) 

Beri Komentar