Dream - Kerusuhan berlatar belakang agama kembali terjadi. Kali ini berlangsung di Tanjung Balai, Sumatera Utara pada Jumat malam, 29 Juli 2016.
Kerusuhan itu bermula saat seorang warga Tionghoa mengeluhkan suara adzan yang terlalu keras. Dia menyampaikan keluhan itu kepada seorang takmir masjid di dekat rumahnya.
Terkait dengan persoalan ini, Kementerian Agama melalui Dirjen Bimas Islam pernah mengeluarkan edaran. Dalam Surat Edaran (SE) Nomor Kep/D/101/1978 tentang Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar, dan Mushola yang ditandatangani Dirjen Bimas Islam saat itu, Kafrawi, terdapat sejumlah aturan mengenai penggunaan speaker.
Dikutip dari bimasislam.kemenag.go.id, Berikut aturan yang dimaksud dalam SE tersebut.
1. Perawatan penggunaan pengeras suara yang oleh orang-orang yang terampil dan bukan yang mencoba-coba atau masih belajar. Dengan demikian tidak ada suara bising, berdengung yang dapat menimbulkan antipati atau anggapan tidak teraturnya suatu masjid, langgar, atau mushola
2. Mereka yang menggunakan pengeras suara (muazin, imam salat, pembaca Alquran, dan lain-lain) hendaknya memiliki suara yang fasih, merdu, enak tidak cempreng, sumbang, atau terlalu kecil. Hal ini untuk menghindarkan anggapan orang luar tentang tidak tertibnya suatu masjid dan bahkan jauh daripada menimbulkan rasa cinta dan simpati yang mendengar selain menjengkelkan.
3. Dipenuhinya syarat-syarat yang ditentukan. Seperti tidak bolehnya terlalu meninggikan suara doa, dzikir, dan salat. Karena pelanggaran itu bukan menimbulkan simpati melainkan keheranan umat beragama sendiri tidak menaati ajaran agamanya
4. Dipenuhinya syarat-syarat di mana orang yang mendengarkan dalam keadaan siap untuk mendengarnya, bukan dalam keadaan tidur, istirahat, sedang beribadah atau dalam sedang upacara.
Dalam keadaan demikian (kecuali azan) tidak akan menimbulkan kecintaan orang bahkan sebaliknya. Berbeda dengan di kampung-kampung yang kesibukan masyarakatnya masih terbatas, maka suara keagamaan dari dalam masjid, langgar, atau mushola selain berarti seruan takwa juga dapat dianggap hiburan mengisi kesepian sekitarnya.
5. Dari tuntunan Nabi, suara azan sebagai tanda masuknya salat memang harus ditinggikan. Dan karena itu penggunaan pengeras suara untuknya adalah tidak diperdebatkan. Yang perlu diperhatikan adalah agar suara muazin tidak sumbang dan sebaliknya enak, merdu, dan syahdu. Instruksi tersebut juga mengatur tata cara pemasangan pengeras suara baik suara saat sholat lima waktu, shalat Jumat, juga saat takbir, tarhim, dan Ramadan.
(Ism)
DIY Cara Mencegah Bulu Mata Rontok Sehabis Memakai Maskara
Bacaan Doa Takbir Idul Adha Lengkap Arab, Latin dan Artinya
Doa Memperlancar Segala Urusan, Tenangkan Hati Saat Hadapi Masalah Bertubi-tubi
Lafal Doa Puasa Dzulhijjah serta Keutamaan Mengerjakannya
Resmi! Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah Jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022
8 Potret Kondisi Rumah Julia Perez Usai 5 Tahun Ditinggal, Banyak Wig Rambut & Barang Mewah
Menilik Lagi Perseteruan Cak Imin & Yenny Wahid Hingga Perang Twit - DreamID
10 Potret Masjid Mewah Pedangdut Sisca Dewi Seharga Rp 6 Miliar, Megah di Tengah Sawah!
10 Potret Kamar Tidur Atta Halilintar Saat Masih Susah, Penuh Barang Dagangan!
Biasa Sederhana, 10 Potret Selvi Ananda Mantu Jokowi Pakai Tas Branded Super Mahal, Saingi Syahrini?
Bikin Terenyuh, Karyawan Restoran Hanya Makan Nasi Putih Tanpa Lauk
Rafathar Belanja Mainan sampai Rp48 Juta, Nagita Slavina Cuma Bisa Melongo