Gunung Agung (merdeka.com)
Dream - Gunung Agung, salah satu dari gunung berapi aktif di Indonesia menunjukkan tanda-tanda erupsi. Ribuan warga Bali harus mengungsi untuk menghindari dampak erupsi.
Sejak era kolonial hingga sekarang, Gunung Agung tercatat beberapa kali mengalami erupsi. Tetapi, erupsi terparah terjadi pada Februari 1963, yang menewaskan lebih dari 1.500 orang.
Dilaporkan BBC, sejumlah saksi yang mengalami peristiwa itu menceritakan bagaimana mengerikannya suasana ketika erupsi Gunung Agung. Mereka mengatakan langit Bali sampai gelap seperti malam karena tertutup debu vulkanik.
" Malam seolah terjadi dua kali. Jam dua sudah gelap tak kelihatan apa-apa. Gelap gulita. Anak-anak dipulangkan," ujar Ida Peranda Kania.
Saat itu, Peranda Kania merupakan Kepala Sekolah Dasar SD Sangeh, Badung Utara. Letak SD itu sekitar 50 kilometer dari lokasi erupsi Gunung Agung.
Pengalaman serupa juga dialami oleh Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika. Saat itu, dia baru saja lulus dari Sekolah Rakyat, yang saat ini disebut Sekolah Dasar.
" Tiba-tiba seluruh Bali gelap," kata Pastika.
Padahal, saat itu dia berada di Buleleng, yang berjarak sekitar 110 kilometer dari Gunung Agung. Meski begitu, dampak erupsi tetap terasa.
" Saya di Buleleng yang ikut gelap, hujan pasir, rumah-rumah penuh pasir, padi-padi terpuruk, air keruh," ucap Pastika.
Kepanikan terjadi di mana-mana. Sejumlah warga berlarian mencari perlindungan.
" Panik sekali waktu itu, gelap sekali. Dan ternyata bukan hanya di Bali, sampai Singapura katanya abunya. Dahsyat," ucap Pastika.
Erupsi yang terjadi pada 1963 merupakan peristiwa besar yang diabadikan oleh sejumlah peneliti. Abu vulkanik Gunung Agung tersebar hingga radius 14 ribu kilometer, bahkan sampai membuat suhu di bumi turun 0,4 derajat Celsius.
Hal yang sama juga dialami oleh Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, yang menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama Indonesia. Kala erupsi terjadi, dia sedang berada di rumah orangtuanya di Klungkung.
" Pertama kali meletus, kami di Klungkung, di rumah. Beberapa hari kemudian, kami diajak oleh orangtua untuk 'ngayah' (bantu-bantu) ke Pura Besakih," kata dia.
Saat itu, Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung akan menggelar upacara Eka Dasa Rudra. Masyarakat pun berkumpul di pura.
" Kami sedang di Besakih beserta para pendeta dan ribuan umat. Kami diminta orangtua pakai topi supaya tak kena debu dan kerikil dari letusan itu," kata dia.
(ism, Sumber: BBC)
Advertisement
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi