(Foto: FB Abdul Muhaimin)
Dream - Dalam hidup ini, Allah memberi bermacam jenis ujian. Ada orang menikah, tak dikaruniai anak. Ada juga yang masih mencari-cari pasangan, tak kurang juga yang bercerai karena alasan yang tak masuk akal.
Semua ujian itu ada penyebabnya, yaitu Allah ingin menguji sejauh mana kita sebagai hamba patuh dan ridha dengan kehidupan.
Kali ini kisah cobaan dari seorang ayah yang harus kehilangan anak. Cerita ini menjadi viral di dunia maya. Bayangkan, anak yang kita sayangi ditemukan mengidap penyakit kronis dan akhirnya meninggal dunia.
Kesabaran dan sikap positif yang dibangun oleh sang ayah dalam kisah ini, Abdul Muhaimin, memberikan pelajaran bahwa Allah tidak akan menguji manusia di luar kemampuannya.
Memandang anak kecil ini yang senantiasa terbaring dengan letih dan lesu merupakan saat yang menyedihkan bagi seorang ibu dan ayah. Apalagi, anak kecil ini mempunyai penyakit yang belum ditemukan obatnya.
Sungguhpun begitu, sebagai hamba Allah di muka bumi ini, kadangkala kita tidak menyadari bahwa Allah adalah sebaik-baik Pencipta dan Perancang. 'Akur' dengan ketentuan-Nya, ridha dengan ketetapan-Nya, dan sadar dengan kebesaran-Nya, itulah jalan yang perlu diambil saat diberi ujian oleh Allah.
Berikut ini kisah Abdul Muhaimin ketika harus memperjuangkan hidup anaknya, Zarifa, yang menderita penyakit kronis yang belum ada obatnya. Kisah kebersamaan Muhaimin dan Zarifa ini telah ditulis dalam bentuk buku berjudul 28 Hari di Ruang ICU:
Saya telah menulis banyak kisah dalam halaman Facebook mengenai perjuangan Zarifa selama 863 hari bernafas di muka bumi indah milik Allah ini. Banyak kisahnya, suka dan duka yang sesungguhnya mewarnai hidup saya, isteri dan keluarga.
Kisah ini bermula pada 7 Februari 2013, yaitu detik kelahiran Zarifa sehingga berada di ruang ICU selama 28 hari selepas itu.
Apakah yang akan Anda lakukan sekiranya anak Anda divonis mengidap sakit yang kronis atau memiliki sindrom abnormalitas seperti Sindrom Edward, Sindrom Down, dan penyakit lainnya. Semua tidak menginginkan hal itu berlaku. Namun, sekiranya hal itu benar-benar berlaku kepada kita, langkah apa yang harus diambil?
Begitu juga kami yang pada mulanya mengalami sindrom penafian (tidak mau menerima kenyataan). Namun detik getir 28 hari di ICU sesungguhnya banyak mengubah hidup kami. Zarifa hanya 28 hari di ruang ICU, namun persoalan yang menghantui kami ketika itu adalah apa selanjutnya?
Sungguh, kami pada mulanya bingung, resah, tidak tahu apa yang perlu dibuat. Ketidaktentuan itu sangat menyiksa.
Subhanallah. Akhirnya sedikit demi sedikit Allah membuka jalan bagi kami. Allah bukakan hati kami untuk bersedia membawa Zarifa pulang ke rumah. Itulah detik penting yang memacu kami meneruskan perjuangan hidup Zarifa.
Berada di rumah, sedikit demi sedikit Zarifa menunjukkan perkembangan yang baik. Kasih sayang kami kepadanya tidak pernah berubah, malah makin bertambah hari demi hari. Menjaga bayi serapuh Zarifa di usia awal tidaklah mudah. Setiap langkah yang disusun harus memikirkan Zarifa. Anak kami sering keluar masuk rumah sakit.
Walaupun demam, batuk, selsema menjadi masalah biasa bagi bayi tetapi jika terjadi pada Zarifa kesannya adalah buruk. Namun benarlah Allah yang senantiasa permudahkan urusan hambanya. Semua urusan keluar masuk rumah sakit dipermudahkan Allah.
Saat berada bersama Zarifa adalah saat-saat yang selalu kami nantikan. Terapi Alquran selalu kami lakukan dan ini juga merupakan sumber kekuatan kami berhadapan dengan ujian ini. Dua kali Idul Fitri kami sambut bersama dengan Zarifa - itulah detik kemenangan yang paling bermakna dalam hidup kami.
Walaupun Zarifa kerap sakit, namun Allah menganugerahkan juga detik-detik di mana Zarifa tersenyum gembira, ketika dia tertawa riang, dan menunjukkan reaksi yang lucu.
Namun, Allah menoktahkan takdir lain. Masa 863 hari yang dipinjamkan kepada kami untuk bersama Zarifa telah tiba waktunya untuk berakhir. Bermula dengan demam, batuk dan selsema hingga pneumonia dan seterusnya gagal jantung, detik akhir tanggal 19 Juni 2015 itu menjadi saat yang paling kami ingat sepanjang hayat.
Menjaga Zarifa hampir 3 minggu di 2 rumah sakit yang berbeda sambil isteri yang menjaga adik Zarifa, serta anak-anak lain di rumah adalah pengalaman yang mendalam.
Detik-detik akhir bersama Zarifa - melihat raut wajahnya yang keletihan, badannya yang kurus, jantung yang membengkak, bacaan oksigen yang turun-naik, minum obat setiap waktu - hati mana yang tidak gelisah, jiwa mana yang tidak menangis.
(Sumber: ohbulan.com)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR