Tim UGM Beri Bantuan ke Asmat, Nginap di Pulau Tak Berpenghuni

Reporter : Maulana Kautsar
Selasa, 6 Februari 2018 17:00
Tim UGM Beri Bantuan ke Asmat, Nginap di Pulau Tak Berpenghuni
Sebelum akhirnya sampai ke Agats, mereka sempat terombang-ambing di laut lepas selama empat jam.

Dream - Tim Disaster Response Unit Universitas Gadjah Mada (Deru UGM) akhir Januari 2018 menjalani misi bantuan penanganan kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk dan campak di Agats, Kabupaten Asmat, Papua.

Perjalanan buruk mereka tempuh. Dikutip dari laman resmi UGM, sebelum akhirnya sampai ke Agats, mereka sempat terombang-ambing di laut lepas selama empat jam. Akibat kondisi buruk tersebut, tujuh orang tim Deru akhirnya memilih menginap di pulau tak berpenghuni.

Di pulau yang masih terdapat hutan bakau tersebut, tim UGM yang terdiri para dokter, perawat dan peneliti ini mendirikan tenda. Sebab, di sungai-sungai yang mereka susuri masih banyak buaya. Tentu demi alasan keamanan dan keselamatan.

Esok paginya, setelah cuaca dirasa sudah membaik, kapal nelayan yang mereka tumpangi akhirnya berangkat kembali menuju Agats. “ Terhitung kami menempuh 22 jam hingga sampai ke Agats,” kata Sekretaris Direktorat Pengabdian Masyarakat UGM, Rachmawan Budiarto.

Sesampainya di Agats, Jumat, 26 Januari 2018, tim Deru berpencar menangani KLB gizi buruk dan campak, serta memetakan persoalan lain yang dihadapi warga Suku Asmat.

Pemetaan tersebut dilakukan dalam rangka pengiriman mahasiswa KKN UGM dalam waktu dekat. Di Agats, ibukota Asmat, para perawat dan dokter anggota tim ikut serta membantu penanganan pasien anak yang terkena kurang gizi.

Tim Deru UGM

Sementara itu, peneliti dari Pusat Studi Energi juga melakukan pemasangan panel surya di puskesmas distrik Sawaerma. “ Untuk distrik terdekat saja bisa ditempuh dengan kapal cepat sekitar 50 menit,” katanya.

Selain persoalan infrastruktur, minimnya moda trasportasi dan jauhnya akses layanan kesehatan yang bisa dijangkau juga masih menjadi kendala.

Menurut Racmawan, dari 23 distrik, sementara ini hanya ada 16 yang memiliki puskesmas. Dari 16 tersebut, baru 5 puskesmas yang memiliki tenaga dokter.

Persoalan lain yang dipetakan oleh tim UGM, kata Rachmawan, yakni kondisi tempat tinggal warga Asmat yang mayoritas berada di daerah rawa dan menggunakan sumber air minum dari air hujan.

Salah satu anggota tim medis yang ikut dalam tim UGM, dr. Hendro Wartatmo, Sp.BD, menuturkan anak-anak yang menjadi korban meningal akibat campak disebabkan karena menderita kurang gizi.

“ Kurang gizi menyebabkan infeksi campak dan infeksi lain, sebab saat kurang gizi akan menurunkan daya tahan tubuh,” kata dia.

Beri Komentar