Ketua Dewan Wakaf M Nuh (Foto: Dream.co.id/ Muhammad Ilman Nafi'an)
Dream - Ketua Dewan Wakaf Indonesia, Muhammad Nuh, berharap pengetahuan tentang wakaf dikenalkan sejak dini. Dia ingin wakaf bisa masuk dalam kurikulum pendidikan agama tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah.
" Tolong anak SD/MI, pelajaran wakaf itu bukan hanya pengetahuan tapi praktik," kata Nuh dalam acara FGD di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Kamis 5 Juli 2018.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini menjelaskan, selama ini terjadi kesalahpahaman pengertian terkait wakaf. Menurut dia, masyarakat kerap menyamakan antara wakaf dengan infaq dan sedekah.
" Setelah kita renungkan coba apa sih bedanya infaq, sedekah dengan wakaf. Di situ ada kekuatan yang sangat dahsyat," kata Nuh.
Nuh mengatakan letak perbedaan ada pada pola penyaluran aset. Aset induk wakaf tidak bisa dibagikan, sementara untuk infaq dan sedekah dapat dibagikan kepada delapan asnaf.
" Kalau wakaf, tahan induknya, bagi anaknya. Artinya nadzir (pengelola) harus entrepreneur, orang businessman. Karena kalau nggak bisa mutar modal, wakaf enggak bisa dibagi," ucap dia.
Nuh berharap jumlah nadzir dapat bertumbuh. Hal ini dapat dicapai lewat pendidikan sejak usia dini.
" Setiap hari Jumat infaq, sedekah wakaf. Kalau ini jadi modal untuk kantin, ada hasilnya baru dibagi. Dapat dari itu untuk modal koperasi, sehingga kita sudah terbiasa mengelola aset wakaf," kata dia.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur