(Foto: Newscientist.com)
Dream - Mungkin makhluk ini menjadi makhluk hidup paling istimewa sejagat raya. Cacing pipih (flatworm) planarian namanya.
Apa istimewanya? Selain tidak suka di tempat terang, hewan ini dikenal memiliki kemampuan luar biasa untuk meregenerasi bagian tubuhnya yang hilang.
Namun ada kemampuan lainnya yang sangat menakjubkan dari cacing pipih ini. Bagian tubuh yang hilang dari cacing pipih ini ternyata juga sama-sama tidak suka dengan cahaya.
Cacing pipih planarian kerap hidup di lingkungan yang gelap dan berair. Mereka selalu berusaha menghindar dari cahaya langsung, meski tidak memiliki mata yang kompleks seperti manusia.
Tapi cacing pipih planarian memiliki dua 'mata primitif' tanpa lensa yang disebut eyespot. Letaknya ada di kepala yang bisa mendeteksi intensitas cahaya.
Akash Gulyani di Institute for Stem Cell Biology and Regenerative Medicine di Bangalore, India, dan rekan-rekannya tertarik mempelajari tentang penglihatan dari cacing pipih planarian ini.
Karena itu, mereka mempelajari cacing pipih planarian dari spesies Schmidtea mediterranea. Hasilnya, eyespot telah mendorong hewan itu untuk menghindar dari cahaya.
Namun, tanpa diduga, spesies. S. mediterranea juga punya kemampuan untuk membedakan warna.
Meskipun eyespot-nya tidak memiliki fotoreseptor panjang gelombang tertentu, Gulyani menemukan hewan itu cenderung bergerak menjauh dari cahaya biru dibandingkan dengan cahaya merah.
© Dream
Dream - Gulyani dan timnya menduga, cacing pipih planarian membedakan warna dengan membandingkan jumlah cahaya yang diserap oleh dua eyespotnya.
Tapi masih ada lagi hal menarik dari cacing pipih planarian ini. Gulyani dan rekan-rekannya selanjutnya menemukan fakta, cacing pipih planarian bisa tetap hidup meski kepalanya terpenggal.
Dari tubuh yang terpenggal itu, cacing pipih planarian bahkan bisa menumbuhkan kepala baru. Tidak itu saja, tubuh yang tanpa kepala itu ternyata juga sensitif terhadap cahaya.
Namun reaksi terhadap cahaya itu hanya sebatas pada sinar ultarviolet. Bukan pada cahaya yang nampak oleh mata kita. (ism)
© Dream
Dream - Cacing pipih butuh waktu seminggu untuk menumbuhkan kembali kepala mereka. Gulyani dan timnya kemudian memantau seberapa cepat otak dan eyespot mereka tumbuh kembali, dan saat mereka mulai merespons cahaya yang terlihat oleh mata.
Setelah empat hari, eyespot telah tumbuh kembali, tapi cacing pipih tetap bereaksi lebih kuat terhadap sinar UV daripada cahaya yang tampak.
Baru setelah tujuh hari mereka mendapatkan kembali reaksi mereka terhadap cahaya tampak. Hal ini menunjukkan bahwa mata dan otak yang mengendalikan mereka.
Pada hari ke-12 sensitivitas mereka terhadap cahaya semakin meningkat. Saat itu mereka bereaksi lebih kuat terhadap cahaya biru seperti sebelum kepala mereka terpenggal.
" Ini adalah kebetulan yang menakjubkan bahwa percobaan pemenggalan dan regenerasi cacing pipih memperlihatkan secara kronologis tentang apa yang mungkin terjadi dalam evolusi," kata Gulyani.
(ism, Sumber: newscientist.com)
Advertisement
Perlindungan Rambut Maksimal yang Ringan dan Praktis Lewat Ellips Hair Serum Ultra Treatment

Temukan Pengalaman Liburan Akhir Tahun yang Hangat di Archipelago Hotels

Kolaborasi Strategis KEC dan Archipelago Hadirkan Perusahaan Manajemen Hotel Baru di Madinah

Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari
