Belajar Memerangi Hoax dari Pemilihan Presiden AS

Reporter : Maulana Kautsar
Selasa, 10 Januari 2017 17:45
Belajar Memerangi Hoax dari Pemilihan Presiden AS
Berita hoax tumbuh bagai jamur. Jangan sampai tertipu.

Dream - Berita palsu dan meme yang muncul dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah baru di media sosial. Apalagi pada masa pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah yang berlangsung selama ini.

Ternyata isu hoax tak hanya terjadi di Indonesia. Negara sekelas Amerika Serikat (AS) juga menghadapi masalah serupa. Kabar hoax bahkan menjadi isu besar dalam masa pemilihan presiden di nergeri Uncle Sam. Sejumlah berita hoax dan palsu beredar dari laman media sosial, semisal Facebook.

Saat hari pemilihan presiden AS, 8 November 2016, The New York Times meminta pembacanya untuk mengirimkan contoh informasi yang mereka ragukan kebenarannya. Dan inilah masukan-masukan yang diberikan oleh para pembaca itu:

1 dari 4 halaman

Kabar Hoax

Kabar Hoax © Dream

Hoax sering muncul dari Facebook, yang dishare dari situs yang berisi satire dan kebenaran. Sebagai contoh adalah The Rightist, atau situs lain yang hadir tanpa alasan khusus, kecuali membodohi masyarakat --The New York Times memberikan contoh The Denver Guardian.

Dan inilah yang bisa diamati saat berlangsungnya pemilihan presiden AS:

  • Orang-orang di balik akun Twitter hoax terlihat sangat sibuk.

Unggahan ini mengenai jumlah exit poll di Forida yang tidak berasal dari akun resmi CNN. Salah satu cara cepat membasminya yaitu memeriksa riwayat akun. Dengan melihat sekilas riwayat akun ini terdapat pesan yang menyatakan, " Ayo kita ban (cegah)."

Akun lain mengaku milik mantan Walikota New York, Rudolph W. Giuliani, yang mendukung Donald J. Trump. Akun @rudygiulianiGOP yang ternyata juga palsu ini pada 8 November itu membuat cuitan sebagai berikut:

" Kami tak dapat membiarkan orang-orang kulit hitam dan keturunan Amerika Latin memutuskan memilih Hillary. Semua orang berhak memilih. Untuk semuanya, mari memilih! #Trump16."

 

2 dari 4 halaman

Media Palsu dan Kesalahan Tokoh Ternama

Media Palsu dan Kesalahan Tokoh Ternama © Dream

  • Situs palsu berlebihan.

Berikut contoh terbaru dari The Denver Guardian. Pada hari Sabtu, laman ini mengklaim bahwa agen FBI yang mengungkap surat-surat elektronik Hillary Clinton dilaporkan telah membunuh istrinya dan bunuh diri. Kisah itu direkayasa, The Denver Post yang menelisik kabar tersebut mengungkap bahwa isi artikel The Denver Guardian adalah hoax.

Pada Selasa pekan berikutnya, beberapa pembaca memberi tahu The New York Times bahwa situs Conservative Daily Post telah menerbitkan berita palsu, termasuk yang menyebut Presiden Obama dan Hillary Clinton berjanji mengampuni imigran ilegal yang memilih Partai Demokrat. Situs ini juga memuat kisah bahwa terjadi Perang Kata III beberapa hari sebelumnya. Namun berdasarkan website Politifact.com, laman the Conservative Daily Post memiliki rating jauh dari situs dengan label " benar" .

  • Selebaran yang dibagikan untuk mengelabuhi mahasiswa.

The Bangor Daily News melaporkan adanya selebaran yang tersisa di kampus Bates College, di Maine, Amerika Serikat. Selebaran tersebut mengatakan, bagi siswa yang hendak memberikan suaranya, mereka di Lewiston, harus mengubah SIM dan mendaftarkan ulang kendaraan yang mereka miliki. Hoax seperti ini sudah lazim di kampus.

  • Seorang walikota mengunggah pesan berisi tanggal pemilihan yang salah

Walikota Mansfield, Jefferson Riley, yang berasal dari Republik, dia mengunggah pesan di Facebook: " Ingatlah hari pemungutan suara. Partai Republik memberikan suara pada Selasa, 8 November dan Demokrat memberikan suara pada Rabu, 9 November."

Dia segera menghapus posting tersebut.

Jeana Hyde, petugas kota di Mansfield, menegaskan, Walikota Riley telah membuat posting di akun pribadinya. Dia mengatakan, unggahan tersebut merupakan lelucon, " Tapi aku benar-benar tidak tahu."

" Dia orang yang baik; dia seorang walikota yang baik. Dan orang-orang yang baik melakukan hal-hal gila kadang-kadang."

3 dari 4 halaman

Informasi yang Keliru

Informasi yang Keliru © Dream

Kepalsuan lainnya disebarkan dengan maksud baik. Tetapi, klaim yang dibuat ternyata tidak benar. Berikut contoh yang terjadi saat pemilu AS lalu:

  • Sebuah panduan tidak akurat dibagikan kepada pemilih.

Urban Outfitters, pada hari Senin mencuit panduan hari pemilihan yang berisi informasi yang salah. Cuitan tersebut mengatakan pemilih membutuhkan " kartu pendaftaran pemilih" bersama dengan identifikasi mereka untuk memilih. Padahal, tidak ada satu negara bagian yang membutuhkan kartu tersebut.

  • Informasi yang salah menyelimuti jajak pendapat.

Anni O'Connor, 53, dari Paradise Valley, Arizona., melaporkan pada halaman Facebook The New York Times bahwa dia mendengar seorang wanita dalam antrean di tempat pemungutan suara telah mengatakan kepada semua teman-temannya pemilihan secara online sudah dibuka. O'Connor, yang mendukung Hillary Clinton di primary tahun ini, mengingatkan teman-temannya mereka agar tidak memilih.

Tidak ada negara bagian yang memilih secara online, meskipun beberapa negara membuat pengecualian untuk pemilih militer dan luar negeri.

4 dari 4 halaman

Beberapa Tips untuk mengetahui berita palsu

Beberapa Tips untuk mengetahui berita palsu © Dream

Pada hari pemilihan, laman berita resmi akan berguna untuk membantu pembaca. Catatan pertama, tumbuhkan rasa penasaran untuk menyelami berita-berita yang berkembang di sosial media. Berita yang tidak membuat Anda tidak setuju bukan berarti palsu atau tidak akurat.

Untuk memeriksa laman tersebut memuat berita palsu atau tidak, periksa riwayat sumber tersebut, rinci melihat foto yang sering digunakan kembali untuk menipu orang, dan memeriksa konteks berita sebab beberapa laman mengunakan distorsi untuk menyesatkan publik.

Beri Komentar