Mulai `Ramah` Modernitas, Saudi Berbenah

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 26 Oktober 2017 17:02
Mulai `Ramah` Modernitas, Saudi Berbenah
Saudi ingin menghapus citra sebagai negara pendukung kekerasan.

Dream - Sejak kepemimpinan berada di tangan Raja Salman bin Abdulaziz, terjadi banyak perubahan pada Arab Saudi. Yang paling jelas terlihat, negara berbasis kerajaan ini mulai 'ramah' dengan modernitas. Salah satunya, mulai terbuka dengan keberadaan paham-paham lain.

Selama ini, Saudi kerap dikenal sebagai negara yang menganut paham konservatif. Banyak yang menilai Saudi sangat tidak ramah dengan isu Hak Asasi Manusia (HAM).

Tak hanya itu, demokrasi sama sekali tidak dikenal di negara penghasil minyak terbesar di dunia itu.

Tetapi, paham itu ternyata kontraproduktif terhadap masa depan Saudi sendiri. Negara ini kerap menjadi sasaran tudingan isu terorisme. Meski sebenarnya para pelaku teror tidak memiliki hubungan dengan pemerintah Saudi sendiri.

Keterlibatan dalam sejumlah konflik di Timur Tengah semakin memperburuk citra Saudi. Dampaknya, investasi enggan masuk ke negeri kaya itu. Alhasil, Saudi cukup dirugikan.

Tidak punya pengaruh di dunia, malah menghadapi ancaman kebangkrutan setelah harga minyak terjun bebas.

Beruntung, Raja Salman tanggap akan situasi ini dan segera membuat perubahan. Segala aturan bersifat informal dihapus secara perlahan. Paham ekstrem mulai ditekan dan negara ini akan berubah menjadi moderat.

Berikut sejumlah pembenahan yang dijalankan Saudi.

1. Izinkan wanita mengemudi

Selama ini, Saudi merupakan satu-satunya negara yang melarang kaum wanita mengemudikan mobil di jalanan. Tetapi, larangan ini berlaku bukan sebagai kebijakan negara, melainkan hanya tradisi masyarakat setempat.

Raja Salman pun mencabut larangan itu melalui perintah yang dikeluarkan pada Selasa, 26 September 2017. Perintah itu membolehkan kaum wanita mengemudi dan memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Perintah ini baru resmi berlaku pada Juni 2018. Sebelum diberlakukan, Raja Salman juga memerintahkan Dewan Menteri membentuk sebuah badan untuk mengawal persiapan pelaksanaan perintah itu.

2. Pemecatan Imam Diduga Berpaham Ekstrem

Saudi ternyata resah dengan keberadaan paham ekstrem yang disebarkan sejumlah imam masjid dan ulama. Karena paham itu, Saudi mendapat cap sebagai negara yang mendukung kekerasan. Citra tersebut merugikan Saudi.

Untuk menghapus stigma itu, Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al Jubeir membuat pernyataan sangat tegas, modernisasi pendidikan. Caranya, memecat para imam masjid dan ulama yang terbukti menyebarkan paham kekerasan.

" Kami memodernisasi sistem pendidikan untuk menghindari salah tafsir atas teks," kata Al Jubeir, dalam lawatan ke Moskow, Rusia, awal Oktober lalu.

Saudi pun menjalin kerja sama dengan Rusia untuk memerangi kelompok teroris ISIS. Penyebabnya, banyak militan ISIS ternyata berasal dari dua negara itu.

" Mereka menimbulkan ancaman bagi negara kami dan negara-negara lain, yang menjadi asal mereka. Jadi kami memiliki minat yang kuat untuk bekerja sama," ucap dia.

3. Pendirian Pusat Pengkajian Hadis Nabi Melibatkan Ulama Seluruh Dunia

Paham kekerasan muncul karena penafsiran hadis Nabi yang disalahgunakan. Hal itu melahirkan sejumlah gerakan ekstrem dan teror yang merusak citra Islam di mata dunia.

Mencegah meluasnya penyalahgunaan tafsir hadis, Raja Salman memerintahkan dibentuknya badan khusus yang bertindak sebagai otoritas pengkajian hadis. Badan ini melibatkan para ulama dari seluruh dunia dalam posisi sebagai Dewan Ulama. Sementara presiden dan staf badan itu ditunjuk atas perintah raja.

Lembaga ini akan mengeliminasi teks palsu dan ektrem dan setiap teks yang bertentangan dengan ajaran Islam dan membenarkan kejahatan, pembunuhan, dan aksi teror," demikian pernyataan Kementerian Kebudayaan dan Informasi Saudi

4. Kembali Anut Paham Islam Moderat

Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz gerah dengan fenomena berkembangnya estremisme. Padahal, dulu Saudi menganut paham Islam moderat. Mohammed pun menegaskan negaranya akan kembali menganut paham Islam moderat.

" Kami kembali seperti sebelumnya, sebuah negara Islam moderat yang terbuka pada semua agama dan dunia," ujar Mohammed.

Sayangnya, kata Mohammed, negaranya masih punya pekerjaan rumah sangat besar yaitu memerangi ekstremisme.

Dia menyadari upaya tersebut bakal selesai dalam waktu yang lama. Tetapi, Mohammed berkomitmen tidak akan ada lagi paham ekstrem yang mendukung kekerasan di Saudi di masa depan. (ism)  

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More