Pemusnakan Obat Palsu Hasil Penggerebekan BPOM Di Balaraja, Tangerang (Dream.co.id/Maulana Kautsar)
Dream – Obat palsu banyak beredar di masyarakat karena adanya permintaan pasar. Para produsen obat palsu memanfaatkan izin edar produk lain yang sebenarnya sudah dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“ Para pengedar obat palsu melihat kebutuhan pasar," kata Kepala Pusat Penyidikan Obat dan Makanan BPOM, Hendri Siswandi, di Balajara, Tangerang, Banten, Kamis 6 Oktober 2016.
Menurut Hendri, pola yang digunakan produsen obat palsu itu sulit terdeteksi. Mereka kerap berpindah-pindah lokasi operasi.
“ Saat dalam pengejaran, mereka lompat sana lompat sini. Sebab, usai mengerjakan permintaan pasar mereka bisa istirahat, kemudian berproduksi lagi,” tutur dia.
Yang cukup unik, kata Hendri, peredaran obat palsu ini disinyalir didorong penyalahgunaan obat-obatan. Indikasi paling banyak ditemukan di wilayah Jabodetabek, ketimbang daerah lain.
“ Kemungkian harga narkoba lebih mahal, kalau obat-obatan semacam ini kan lima butir sudah bisa fly,” ujar Hendri.
Temuan obat ilegal di Balaraja didominasi oleh golongan Obat-Obat Tertentu (OOT) seperti Trihexyphenydyl, Tramadol, Karisoprodol, dan Dekstrometorfan yang dapat menimbulkan efek halusinasi. Dalam penggrebekan itu, BPOM mencatat kerugian negara mencapai Rp30 miliar.
Advertisement
Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu

Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini

Kasus Influenza A di Indonesia Meningkat, Gejalanya Mirip Covid-19
