Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi (bbc.com)
Dream - Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi akhirnya berbicara mengenai konflik yang dialami etnis Rohingya di Rakhine State. Ini disampaikan dalam pidato nasional pertamanya yang disiarkan sejumlah televisi dunia sejak konflik kembali meletus awal bulan lalu pada Selasa kemarin.
Dalam pidatonya seperti dilaporkan BBC, Suu Kyi mengaku ingin berbicara dengan etnis Rohingya dan bertanya alasan mereka melarikan diri ke Bangladesh. Dia berkilah sebagian besar Muslim Rohingya memilih tinggal.
" Kami siap dengan proses repatriasi pengungsi secepatnya, kapanpun. Dan siapapun yang diverifikasi sebagai pengungsi dari negeri ini akan diterima kembali tanpa masalah, dan akan mendapat keamanan penuh dan akses terhadap bantuan kemanusiaan," ucap Suu Kyi.
Dalam pidato yang baca di Naypyidaw, Ibu Kota Myanmar, Suu Kyi juga mengklaim kekerasan telah mereda terhitung sejak tanggal 5 September 2017. Dia juga mengklaim telah memerintahkan militer untuk patuh pada kode etik.
" Pasukan keamanan telah diperintahkan untuk patuh pada kode etik dalam menjalankan operasi keamanan, untuk mengambil tindakan sangat hati-hati untuk meminimalisir kerusakan dan kerugian warga sipil yang tidak bersalah," kata dia.
Selanjutnya, Suu Kyi pun mengutuk segala bentuk kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dia pun menjamin semua pihak yang terlibat dalam kejahatan di Rakhine State akan diadili.
" Saya paham kepedulian dan kecemasan sahabat-sahabat kami, masyarakat internasional mengenai laporan-laporan tentang kampung-kampung yang dibakar dan gelombang pengungsian besar-besaran. Ini juga merupakan kepedulian kami," ucap Suu Kyi.
Pidato Suu Kyi terdengar begitu manis. Tetapi dia tidak bisa meyakinkan dunia kekerasan yang dialami etnis Rohingya benar-benar selesai.
Jurnalis Al Jazeera, Scoot Heidler, menilai pidato Suu Kyi memperlihatkan 'niat baik' untuk mengembalikan warga Myanmar dari Bangladesh. Tetapi, dia menambahkan, " Mayoritas etnis Rohingya tidak diperlakukan laiknya warga negara di Myanmar dan tidak memiliki dokumen sebagai prasyarat."
Pidato Suu Kyi pun ditanggapi miring oleh sejumlah pihak. Beberapa di antaranya seperti dari orang Rohingya yang mengungsi di Bangladesh, diketahui menggunakan identitas Sanaullah.
" Saya ingin katakan sebelum Aung San Suu Kyi datang (dan berkuasa) kami hidup dalam kedamaian. Aung San Suu Kyi datang untuk berkuasa dan berbicara soal demokrasi. Ketika dia dalam penjara, kami damai. Ketika dia bebas, Aung San Suu Kyi menjadi bagian dari pemerintah, lalu mereka membentuk pemerintahan, setelah itu pembantaian terjadi," ucap Sanaullah.
Direktur Regional Asia Tenggara dan Pasifik Amnesti Internasional, James Gomez, menilai pidato Suu Kyi tidak lebih dari sekadar dalih. Menurut dia, pidato tersebut lebih banyak berisi kebohongan.
" Meski terdengar positif ketika Aung San Suu Kyi mengecam pelanggaran HAM di Rakhine State, dia tetap bungkam pada keterlibatan pasukan keamanan di sana," kata Gomez.
(ism, Sumber: BBC | Al Jazeera | The Washington Post)
Advertisement
Hobi Membaca? Ini 4 Komunitas Literasi yang Bisa Kamu Ikuti
Baru Dirilis ChatGPT Atlas, Browser dengan AI yang `Satset` Banget
Bikin Syok, Makan Bakso Saat Dibelah Ternyata Ada Uang Rp1000
Kemenkeu Siapkan Rp20 Triliun untuk Hapus Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan
5 Komunitas Olahraga di Decathlon Summarecon Bekasi, Yuk Gabung!
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Baru Dirilis ChatGPT Atlas, Browser dengan AI yang `Satset` Banget
Bikin Syok, Makan Bakso Saat Dibelah Ternyata Ada Uang Rp1000