Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Pakar Penyakit Menular asal Amerika Serikat, Dr Anthony Fauchy, menegaskan, negaranya tidak akan melakukan lockdown kembali meski virus corona varian Delta memicu lonjakan kasus baru.
Pernyataan itui disampaikannya pada program " This Week" ABC. Faucy menyampaikan, banyak dari warga Amerika telah menerima vaksinasi dengan presentase tinggi sehingga bisa mencegah pemberlakuan lockdown.
" (vaksinasi) tidak cukup untuk mengatasi wabah, tapi saya yakin cukup agar kita tidak kembali lagi ke situasi pada musim dingin tahun lalu," jelasnya, dikutip dari Reuters, Senin 2 Juli 2021.
Berdasarkan analisis Reuters, rata-rata jumlah kasus baru virus Corona yang dilaporkan di seluruh negeri hampir dua kali lipat dalam 10 hari terakhir. Meski negara-negara bagian tidak memberlakukan lockdown, penyebaran varian Delta tetap memengaruhi perekonomian.
Belakangan lonjakan kasus di dunia terjadi akibat adanya varian Delta. Sebagian wilayah Asia yang sebelumnya berhasil mengendalikan pandemi seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam kembali menerapkan lockdown di sejumlah daerah.
Tak hanya itu, sejak Senin, tentara telah dikerahkan untuk mengawasi pemberlakuan lockdown di Sydney, Australia.
Di Prancis, dimana negara tersebut tengah melawan gelombang ke empat infeksi, ribuan orang malah berujuk rasa dalam tiga pekan terakhir untuk menentang pemberlakuan paspor vaksin sebagai syarat memasuki tempat-tempat ternetu.
Sementara itu, di sebagian besar negara di dunia, vaksin menjadi barang langka. Namun di Amerika Serikat, vaksin sudah tersedia bagi anak usia 12 tahun ke atas, adanya pemberian uang tunai, mobil baru, hingga insentif lain gagal mendorong masyarakat untuk menerima vaksin.
" Ada 100 juta orang di negara ini yang memenuhi syarat untuk divaksinasi tidak divaksinasi," kata Faucy.
Faucy menjelaskan, hingga hari ini sekitar 58 persen orang Amerika setidaknya telah menerima sedikitnya satu dosis vaksin.
Sumber: Reuters
Dream - Kasus aktif Covid-19 di dunia melonjak signifikan beberapa minggu terakhir setelah varian delta mulai menyebar ke Eropa dan AMerika Serikat. Pemerintah di dua kawasan itu bahkan mempertimbangkan untuk kembali mewajibkan pemakaian masker kepada warganya.
Varian Delta Covid-19 disebut sebagai turunan dari Sars-CoV2 yang menyebabkan kondisi pasien lebih parah dari virus asli. Bahkan banyak yang menyandingkannya penyebarannya seperti penyakit cacar air.
Fakta ini diungkapkan dalam dokumen internal oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Dalam informasi yang diurakan dalam bentuk presentasi slide namun tidak dipublikasikan itu, terungkap orang yang telah mendapat vaksinasi lengkap, tingkat penularannya sama dengan orang yang belum menerima vaksin jika tidak menggunakan masker.
Dilansir dari Al Jazeera, Direktur CDC Dr Rochelle Walensky mengkonfirmasi keaslian data tersebut yang pertama kali dibeberkan oleh harian The Washington Post. Ia juga mengingatkan bahwa varian Delta biasa menempel di bagian hidung dan tenggorokkan.
" Saya pikir masyarakat perlu memahami bahwa kami tidak berbohong dan ini hal serius. Ini salah satu varian paling menular yang kita ketahu. Campak, cacar air, ebola, flu, tidak sebanding dengan varian Delta," jelasnya.
Sebelumnya pada Selasa, 27 Juli 2021, CDC merekomendasikan bahwa warga yang sudah divaksin sepenuhnya pun harus tetap memakai masker di dalam ruangan ataupun di tempat-tempat terbuka dimana penularan virus sangat tinggi.
Ia juga mengingatkan hal ini bagi seluruh sekolah, siswa, pekerja, dan pengunjung di berbagai tempat untuk memakai masker setiap saat.
" Langkah-langkah yang kita perlukan untuk mengendalikan ini cukup ekstresm. Tindakan yang Anda butuhkan juga ekstrem," jelas Walensky pada CNN.
Keraguan warga Amerika Serikat lantaran beredarnya banyak hoaks, membuat negara tersebut sulit mengendalikan virus Corona. Oleh karenanya, pihak pemerintah sampai mewajibkan para pegawai negeri untuk melakukan vaksinasi dan tetap taat protokol kesehatan yang berlaku.
Tak hanya itu, pada Kamis minggu lalu, pemerintahan Biden meminta pemerintah negara bagian dan lokal untuk menawarkan bayaran sebesar USD100 atau setara Rp1,4 juta bagi warga yang ingin divaksin.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN