Dream - Ketika menjalankan itikaf, seseorang harus berada di dalam masjid. Meninggalkan masjid tanpa hajat yang dibolehkan membatalkan itikaf itu.
Kita bisa mengisi waktu itikaf dengan ibadah sunah. Boleh dengan sholat malam, membaca Alquran, atau berzikir.
Tetapi, apakah kita harus terus menerus beribadah ketika itikaf?
Dikutip dari Rumah Fiqih Indonesia, sepanjang itikaf, tidak sepenuhnya kita menjalankan ibadah. Ada beberapa hal yang boleh dilakukan ketika itikaf.
Pertama, kita boleh makan dan minum di masjid. Apalagi jika untuk makan sahur, dibolehkan makan bagi orang beritikaf.
Mazhab Maliki bahkan memakruhkan orang beritikaf jika belum memiliki orang yang mengantarkan makanan kepadanya di dalam masjid. Hal ini menyebabkan orang harus keluar masjid untuk makan dan minum, sehingga mengurangi pahala itikaf.
Kedua, orang beritikaf dibolehkan tidur di dalam masjid. Tidur tidak membatalkan itikaf, juga tidak membatalkan puasa.
Mazhab Syafi'i tidak melarang tidur di masjid. Sebabnya, para sahabat Rasulullah dulu banyak yang tidur di masjid, bahkan sampai menetap.
Ketiga, berbicara atau diam. Itikaf tidak selalu harus membisu seperti semedi.
Berbicara dibolehkan selama bahan pembicaraannya tidak diharamkan seperti rafats (perkataan tidak senonoh atau cabul), fusuq (mencaci), jidal (berdebat). Juga bukan perkataan jual beli dan mengumumkan benda hilang.
Advertisement