Ilustrasi (Foto: Shutterstock.com)
Dream - Transaksi utang piutang membutuhkan kepercayaan yang besar. Sebab, aktivitas ini menyangkut hajat hidup tidak hanya pengutang, namun juga pemberi utang.
Terdapat sebuah hikayat menarik disimak terkait utang piutang. Hikayat tersebut terdapat dalam hadis shahih yang kemudian dinukil oleh Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Bukhari.
Hikayat tersebut mengisahkan dua pria yang terlibat utang piutang. Perilaku keduanya sungguh mulia sehingga patut kita contoh dalam persoalan utang.
Pria pertama dalam kisah itu mendatangi temannya untuk meminjam uang. Besarnya 1000 dinar.
Pria kedua selaku pemilik uang kemudian mengajukan syarat. Dia meminta pria pertama untuk mendatangkan saksi atas transaksi utang yang akan terjadi.
" Cukup Allah saja sebagai saksi," ucap pria pertama.
" Kalau begitu, berikan aku penjamin," kata pria kedua.
" Cukup Allah sebagai penjamin," jawab pria pertama.
Pria kedua kemudian bersedia meminjamkan uangnya sebesar 1000 dinar kepada pria pertama. Pemberi utang itu menetapkan syarat uang tersebut harus kembali dalam waktu tertentu.
Si peminjam merasa lega dan akan mengembalikan uang tersebut sesuai batas waktu yang ditetapkan. Pria itu kemudian pergi menyeberang laut untuk menunaikan keperluannya.
Ketika waktu pelunasan sudah tiba, si pengutang bergegas mencari perahu. Dia ingin menyeberang laut menemui pemberi utang untuk mengembalikan pinjamannya.
Sayangnya, tidak ada satupun perahu dia temukan. Pria tersebut kemudian mengambil sebongkah kayu, memasukkan uang 1000 dinar dan surat ke dalamnya.
Sembari berpasrah diri, dia berdoa kepada Allah SWT.
" Duhai Allah, sungguh Engkau mengetahui aku berutang kepada fulan seribu dinar. Dia meminta seorang penjamin kepadaku, lalu aku menjawabnya, 'Cukuplah Allah sebagai Penjamin'. Dia rela dengan-Mu. Dia meminta seorang saksi kepadaku, maka aku menjawabnya, 'Cukuplah Allah sebagai saksi'. Lalu dia pun rela dengan-Mu. Dan aku telah berusaha mendapatkan perahu untuk memberikan haknya namun aku tidak mendapatkannya. Dan sekarang aku menitipkannya kepada-Mu."
Dia lalu melemparkan kayu itu ke laut. Lalu, pria pengutang itu pergi dengan penuh kepasrahan. Meski begitu, dia terus berusaha mendapatkan perahu agar bisa menemui temannya yang telah berjasa meminjamkan uang.
Dengan pertolongan Allah SWT, kayu tersebut akhirnya sampai kepada orang yang dituju tepat waktu. Awalnya, si pemberi utang hanya keluar rumah untuk memastikan ada tidaknya perahu datang.
Tiba-tiba, dia melihat sepotong kayu mengapung di laut. Dia ambil kayu itu dan membukanya. Di dalamnya ada uang 1000 dinar dan sepucuk surat.
Si pengutang akhirnya bisa menemui temannya beberapa waktu kemudian. Dia datang dengan membawa perasaan bersalah.
" Demi Allah, aku terus berusaha keras mencari perahu untuk membayar utangku, tapi tidak kunjung dapat. Hingga baru sekarang aku bisa menemuimu," kata pengutang.
" Apa kau mengirimkan sesuatu untukku?" kata pemberi utang.
" Aku tidak kunjung dapat perahu kala itu," ucap pengutang.
" Sesungguhnya Alalh telah mengantarkan untukmu uang pinjaman melalui perantara kayu yang kau kirim. Sekarang, ambillah 1000 dinarmu," ucap si pemberi utang menolak uangnya dikembalikan.
Terdapat beberapa pelajaran dalam hikayat ini. Selengkapnya, baca pada tautan ini.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN