Maisaroh, Mantan Pramuwisma Indonesia di Kancah Politik AS

Reporter : Ahmad Baiquni
Senin, 25 Juli 2016 13:13
Maisaroh, Mantan Pramuwisma Indonesia di Kancah Politik AS
Dia dipercaya sebagai anggota Dewan Penasehat Presiden Obama. Sebelumnya, perjalanan hidup Ima Marul Maisaroh sungguh menyedihkan....

Dream - Partai Demokrat Amerika Serikat (AS) akan menggelar Konvensi Nasional di Philadelphia, Penssylvania, pada Selasa, 26 Juli 2016 besok. Dalam konvensi ini, sejumlah senator dan pembicara bergengsi diundang untuk memberikan masukan kepada partai yang mendukung penuh pemerintahan Presiden Barrack Obama ini ke depan.

Di antara daftar nama senator dan pembicara, ada satu nama yang patut dibanggakan bangsa Indonesia. Satu nama itu adalah Ima Matul Maisaroh, wanita kelahiran Gondanglegi, Malang, Jawa Timur.

Ima akan berdiri dan berbicara di hadapan para hadirin konvensi itu di panggung utama Stadion Wells Fargo. Dia didaulat untuk menyampaikan pandangannya terkait isu perdagangan manusia, yang akan menjadi landasan kebijakan Hillary Clinton jika terpilih menjadi Presiden AS nanti.

Partai Demokrat AS telah memilih Hillary Clinton sebagai calon presiden AS pada pemilihan November nanti. Hillary akan maju didampingi Senator Tim Kaine sebagai calon wakil presiden.

" Surat undangan resmi yang dikirim Komite Nasional Partai Demokrat baru saja saya terima Sabtu sore," ujar Ima, dikutip dari indonesianlantern.com, Senin, 25 Juli 2016.

" Selain menyampaikan pidato mengenai pengalaman saya sebagai korban perbudakan manusia, saya juga menyampaikan program-program dan penanggulangan perbudakan dan perdagangan manusia yang telah dilakukan Hillary Clinton," kata dia.

Ima merupakan salah satu anggota Dewan Penasehat bidang Perdagangan Manusia Presiden Obama. Suaranya sangat dibutuhkan Obama untuk membuat kebijakan strategis dalam menangani kasus perdagangan manusia yang terjadi di Negeri Paman Sam tersebut dan dipercaya menangani dua dari lima persoalan utama.

" Yaitu, soal pendanaan dan sosialisasi para korban perdagangan manusia," kata Ima.

 

1 dari 2 halaman

Pengalaman Tragis Jadi Pramuwisma di AS

Pengalaman Tragis Jadi Pramuwisma di AS © Dream

Kepercayaan itu diembang Ima karena pengalamannya bekerja di lembaga nirlaba Coalition to Abolish Slavery and Trafficking (CAST) sejak 2012. CAST adalah lembaga yang menolong Ima setelah berhasil melarikan diri dari siksaan majikannya di Los Angeles.

Kisah Ima bermula pada 1997. Kala itu, dia yang masih berusia 17 tahun mendapat tawaran bekerja sebagai pramuwisma seorang pengusaha desain interior asal Indonesia Los Angeles.

" Sejak sampai di Bandara LAX paspor saya sudah ditahan oleh majikan saya," ucap Ima.

Selama tiga tahun, Ima harus bekerja 12 jam setiap hari. Dia juga kerap mendapat siksaan dari majikannya. Bahkan untuk kesalahan yang tergolong kecil.

" Sampai sekarang, bekas luka di kepala masih bisa dilihat," kata Ima, sembari mengenang kala itu dia tidak bisa berbahasa Inggris.

Lantaran sudah tidak tahan, pada 2000 Ima memutuskan menulis catatan kecil berisi pesan 'Permintaan Tolong' kepada penjaga bayi tetangganya. Pesan itu diterima baik dan penjaga bayi itu menolong Ima lari dari majikannya dan diantarkan ke kantor CAST. " Waktu itu saya tidak bawa paspor," tutur Ima.

Beberapa waktu kemudian, Ima berusaha agar paspornya kembali. Dia berpura-pura akan pulang ke Indonesia dan mengajak bekas majikannya bertemu.

Ditemani seorang agen FBI, Ima bertemu majikannya di Bandara LAX. Di bandara itu, Ima kemudian meminta paspornya.

" Saya juga dipasangi alat penyadap untuk merekam seluruh pembicaraan," ujar dia.

Pembicaraan itu selesai dan sang majikan bersedia memberikan paspor dan tiket sekali jalan menuju Indonesia. Sang majikan juga berjanji mengirim uang gajinya sesaat setelah Ima sampai di Malang.

" Saya hanya masuk ke ruang dalam bandara dan keluar lagi," kata Ima. Alhasil, gaji itu tidak pernah diterima Ima.

Meski kasus yang dia alami cukup berat, Ima memilih untuk tidak menuntut mantan majikannya. Karena keputusan itu, FBI pun tidak bisa menahan sang majikan.

" Prosesnya cukup berbelit dan membutuhkan saksi mata yang jelas. Dan aksi kekerasan itu terjadi di dalam rumah tanpa diketahui banyak orang," kata dia.

" Lagipula bekas-bekas luka saya dianggap kurang menunjukkan luka serius, meski terdapat bekas luka di kepala," tutur Ima.

Jalan hidup Ima kemudian mengarahkannya menjadi seorang aktivis. Bekerja sebagai bagian dari CAST, Ima berjuang keras membantu menyelamatkan para korban kejahatan perdagangan manusia.

2 dari 2 halaman

Bertemu Tokoh Penting AS

Bertemu Tokoh Penting AS © Dream

Karir itu pula yang mengantarkannya bertemu dengan sejumlah tokoh penting di dunia perpolitikan AS seperti Menteri Luar Negeri John Kerry. Tidak ketinggalan, dia pun punya kesempatan berbincang dengan orang nomor satu AS Presiden Obama.

Meski begitu, dia mengaku belum pernah bertemu dengan calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton. Dia berharap bisa bertemu dan berbincang langsung dengan sang calon presiden terkait hal-hal strategis di seputar isu perdagangan manusia.

" Dia satu-satunya pejabat tinggi AS yang punya program membantu para korban perbudakan dan perdagangan manusia, dengan menyumbang dana lewat Clinton Foundation," tutur Ima.

Untuk mengetahui kisah lengkap Ima, silakan baca pada tautan ini.

Beri Komentar