Kemenyan dalam Sudut Pandang Islam

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 31 Januari 2018 20:02
Kemenyan dalam Sudut Pandang Islam
Kemenyan sering dipakai oleh pengurus Masjidil Haram, salah satunya ketika mencuci Kabah.

Dream - Bagi sebagian masyarakat di Indonesia, kemenyan dikaitkan dengan kegiatan berbau mistik. Ada anggapan kemenyan adalah alat untuk memanggil makhluk halus.

Ada pula sebagian umat Islam yang menilai kemenyan identik dengan kesyirikan. Sehingga mereka berusaha untuk tidak menaruh benda wangi di rumahnya.

Tetapi, apakah ini sepenuhnya benar?

Kemenyan sebenarnya hanyalah sebuah benda yang mengeluarkan wewangian ketika dibakar. Karena bau wangi yang dihasilkan, kemenyan dipakai di beberapa pesantren untuk mengharumkan ruangan.

Bahkan di acara-acara tertentu seperti walimahan, majelis ta'lim, tasyakuran, kemenyan juga digunakan. Tujuannya agar orang yang berada di acara tersebut merasa nyaman.

Tidak hanya itu, kemenyan juga sering dipakai dalam seremonial di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Yang paling sering adalah ketika prosesi pencucian Kabah.

Sebenarnya, Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat begitu menyukai wangi-wangian, baik dari minyak maupun kemenyan. Hal ini tertuang dalam beberapa riwayat seperti riwayat Muslim.

Dari Nafi', ia berkata, " Apabila Ibnu Umar mengukup mayat (membakar kemenyan), maka beliau mengukupnya dengan kayu gaharu yang tidak dihaluskan, dan dengan kapur barus yang dicampurkan dengan kapur barus. Kemudian beliau berkata, 'Beginilah cara Rasulullah SAW ketika mengukup jenazah (membakar kemenyan untuk mayat)'."

Juga dalam riwayat Bukhari.

Dari Abi Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, " Golongan penghuni surga yang pertama kali masuk surga adalah berbentuk rupa bulan pada malam bulan purnama, … (sampai ucapan beliau) …, nyala perdupaan mereka adalah gaharu, Imam Abul Yaman berkata, maksudnya adalah kayu gaharu."

Selengkapnya baca di tautan berikut ini...

Beri Komentar