Pahlawan Nasiona KHR As'ad Syamsul Arifin (nu.or.id)
Dream - Nama KHR As'ad Syamsul Arifin sangat lekat dengan sejarah bangsa Indonesia. Ulama berdarah Madura yang lahir di Mekah ini berperan besar terhadap perjuangan berdirinya Republik Indonesia.
Atas peran tersebut, Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada KHR As'ad Syamsul Arifin. Hal ini tertuang dalam Keputusan Presiden RI Nomor 90/TK/Tahun 2016 tanggal 3 November.
KHR As'ad mulai mendalami ilmu agama sejak usia 13 tahun. Kala itu dia menjadi santri di Banyuanyar di bawah asuhan Kiai Abdul Majid dan KH Abdul Hamid. Saat berusia 16 tahun, ayahnya mengirim As'ad kecil untuk belajar di Mekah.
Pada 1924, As'ad kembali ke Tanah Air. Meski sudah lama belajar di Mekah, As'ad masih saja merasa ilmu yang dia kuasai masih sangat kurang. Dia lalu memutuskan untuk menimba ilmu di sejumlah pesantren di Tanah Air.
Tetapi, kepribadian As'ad terbentuk saat berada di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Di bawah asuhan KH Hasyim Asy'ari, As'ad tumbuh di lingkungan santri pejuang. Dia berteman baik dengan para tokoh perjuangan seperti KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH Abbas Buntet, KH Wahid Hasyim, dan beberapa lainnya.
Di kalangan Nahdlatul Ulama, KH As'ad mendapat julukan sebagai mediator berdirinya NU. Ini karena dia mendapat perintah langsung dari Kiai Chalil Bangkalan untuk menyerahkan tongkat berisi ayat Alquran kepada KH Hasyim Asy'ari. Tongkat tersebut merupakan wujud restu Kiai Cholil kepada KH Hasyim untuk mendirikan NU.
Sementara dalam perjuangan kemerdekaan, KHR As'ad mengomando Laskar Sabilillah dan Hizbullah. Sosok Kiai As'ad sangat disegani oleh ketiga laskar di kawasan Tapal Kuda, yakni anggota Laskar Sabilillah, Hizbullah dan Pelopor.
Kharisma Kiai As'ad menjadikan para kiai yang tergabung dalam barisan Laskar Sabilillah mendengarkan seluruh nasihat, wejangan dan komando Kiai As'ad. Para santri dan pemuda yang tergabung dalam barisan Laskar Hizbullah juga setia pada strategi dan komando yang diberikan Kiai As'ad.
Bahkan, para bandit yang bergerak dalam Barisan Laskar Pelopor juga sendika dawuh (tunduk) dengan perintah Kiai As'ad. Kombinasi ketiga laskar inilah yang menjadi senjata ampuh untuk melawan penjajah di kawasan Tapal Kuda.
Advertisement
Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau
