Kamp Pengungsi Kutupalong, Cox's Bazar, Bangladesh (Foto: Shuterstock)
Dream - Walaupun hanya 10 menit berkunjung ke kamp pengungsi Kutupalong, Cox's Bazar, Bangladesh, siapa pun akan menangis. Sebab, siapapun yang datang akan melihat penderitaan penduduk.
Mereka hidup dalam kondisi serba kekurangan akibat badai Topan Mora yang melanda wilayah itu pada 25-30 Mei 2017.
Anak kecil berlari tanpa pakaian. Ada yang hanya bercelana pendek, ada yang dalam kondisi kurang sehat dan ada yang terpaksa memakai pakaian basah.
Para pria dewasa tampak sibuk mengais sampah. Mengais tempat kotor untuk mencari plastik sampah yang masih bisa digunakan kembali, untuk membangun rumah mereka yang hancur.
Menurut laporan Harian Metro Malaysia, cobaan yang datang di saat bulan Ramadan ini tidak sedikit pun melemahkan semangat mereka. Mereka tetap menjalankan ibadah seperti biasanya.
Tanpa menghiraukan perasaan lelah dan lapar, mereka memeras keringat dan tetap berusaha membersihkan kembali perkampungan yang luluh lantak akibat topan.
Mereka terlihat sangat bersemangat meskipun hanya mengisi perut dengan sebiji kurma dan segelas air hujan.
Dream - Menurut salah satu warga sekitar, Muhammad Rauf, 30 tahun, angin kuat beserta hujan lebat menghancurkan segala yang ada di kamp pengungsi itu.
" Semua tempat berlindung kami yang terbuat dari plastik sampah musnah akibat topan ini. Keadaan menjadi tidak terkendali dan kami hanya berusaha menyelamatkan diri sendiri," kata Rauf.
Menurut Rauf, meskipun segalanya musnah, namun dia tetap bersyukur karena selamat dalam bencana alam itu.
" Ini adalah cobaan untuk kami. Memang sedih dengan apa yang terjadi. Tetapi kami harus hidup terutama dengan memperbanyak ibadah di bulan mulia ini, di samping berusaha membangun kembali pemukiman. Di balik cobaan ini pasti ada rahmat Allah. InsyaAllah suatu hari nanti," kata dia.
Dream - Sementara itu, Imam Surau di kamp pengungsi tersebut Muhammad Alam, 49 tahun, mengatakan, sebanyak 5.000 keluarga tidak memiliki tempat tinggal akibat Topan Mora.
" Dalam waktu lima hari mereka menumpang di rumah penduduk lain dan dalam waktu sama membangun kembali rumah mereka yang hancur.
" Sampai sekarang, tidak ada lagi bantuan dari luar yang diterima termasuk plastik sampah," kata dia.
Alam mengatakan keadaan tersebut memang mempersulit penduduk kamp pengungsi untuk membangun kembali tempat tinggal untuk berbuka dan bersahur.
" Tapi ibadah tetap harus dijalankan. Kami tetap menunaikan sholat Tarawih setiap malam agar dimudahkan Allah," ucap dia.
Kepada penduduk kamp pengungsi, Alam selalu mengingatkan agar mereka terus berdoa dan beribadah walau apa pun keadaannya. (ism)
Advertisement
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
75 Ucapan Hari Santri Nasional 2025 yang Penuh Makna dan Bisa Jadi Caption Media Sosial
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Clara Shinta Ungkap Rumah Tangganya di Ujung Tanduk, Akui Sulit Bertahan karena Komunikasi Buruk