Detik-detik Kak Lim Wafat (Youtube- Mynewshub Channel)
Dream - Innalillahi wa innailaihi raji'uun. Seorang pemimpin pengajian bernama Halimah Ramli wafat saat memimpin pembacaan Surat Yasin di sebuah Masjid Al Muttaqin, Changlung, Jitra, Malaysia, Sabtu pekan lalu. Ustazah 58 tahun itu tiba-tiba roboh saat memimpin pembacaan Yasin di atas podium.
Dikutip Dream dari laman Sinar Harian, Kamis 12 Mei 2016, perempuan yang karib disapa dengan nama Kak Lim ini tiba-tiba roboh saat membaca separuh dari Surat Yasin. Detik-detik robohnya Kak Lim direkam oleh salah satu jemaah.
Video berdurasi 2 menit 51 detik itu diunggah ke laman media Sosial Facebook. Dengan cepat tersebar dan menuai simpati. Banyak pengguna media sosial yang mendoakan almarhumah Kak Lim.
Suami Kak Lim, Ismail Long (66), sangat bersedih dengan kepergian istrinya itu. " Dia bukan guru, bukan ustazah, cuma dia membantu masyarakat setempat mengenal huruf dan baca Alquran," kata Ismail.
" Dia mengajar secara sukarela, tak mengharapkan bayaran apa-apa. Dia bekerja dengan ikhlas."
Ismail mengatakan, Lim merupakan istri yang baik, sentiasa taat pada perintah Allah dan memperjuangkan Islam.
" Sebelum ini, dia tak menunjukkan perubahan sikap. Cuma sehari sebelum dia meninggal, dia saat hadir satu majlis di masjid, tapi dia pakai serba putih dari kerudung sampai ke kaos kaki, semua putih."
Saat itu, Ismail bertanya kenapa memakai busana serba putih? " Dia jawab saja akan buat perubahan. Itu saja. Setelah itu dia tak berkata apa-apa lagi dengan saya, sampai dia menghembuskan nafas terakhir pada keesokan harinya," tutur Ismail.
(Ism)
Dream - Ini kisah lelaki yak tak pernah melewatkan salat. Pria itu meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dan mayatnya ditemukan dalam keadaan bersujud menghadap kiblat.
Arifin Che Long. Demikian nama pria 74 tahun itu. Pada hari Minggu kemarin, warga Gua Musang, Kelantan, Malaysia, ini ditemukan tewas, tubuhnya penuh luka. Beberapa meter dari jasad itu, ditemukan motor Arifin.
Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 12.30 siang waktu setempat. Kala itu, Arifin menunggang motor sendirian dari kebun, hendak pulang ke rumah yang beralamat di Chiku Satu.
Namun sayang, saat sampai di Kilometer 30, Jalan Gua Musang-Kuala Krai, dia ditabrak dari belakang. Tubuh dan motornya terpelanting hingga jatuh ke semak-semak.
Dikutip Dream dari laman Harian Metro, Senin 1 Februari 2016, sesaat setelah kecelakaan, Arifin masih bisa bergerak. Dia merangkak, keluar dari semak-semaak menuju ke bahu jalan.
Beberapa menit kemudian, Arifin tewas. Jasadnya ditemukan bersujud, menghadap ke arah kiblat. " Mungkin almarhum ingat belum salat Zuhur atau mungkin dia merasakan kesakitan di kepalanya," ujar istri Arifin, Che Zahrah Awang Kecil.
Menurut Che Zahrah, suaminya sering pergi ke kebun mereka di Jalan FELDA Perasu. Jaraknya tiga kilometer dari rumah mereka. " Setidakya tiga kali dalam seminggu, suami ke kebun melihat tanaman dan pulang ke rumah sebelum jam satu tengah hari untuk salat Zuhur di surau dekat rumah."
" Itu rutin setiap hari dilakukan sejak dulu dan kami sekeluarga turut serta salat berjamaan di surau. Kadang jika imam tidak ada, suami saya yang menggantikan jadi imam," tutur Che Zahrah.
Dan seperti hari yang sudah-sudah, siang kemarin Arifin pulang dari kebun. Dia melaju dengan motor menuju rumah. Untuk menunaikan salat Zuhur.
" Maklum jika almahum ditemukan dalam keadaan sujud, saya anggap dia teringat dia perlu solat Zuhur," tambah Che Zahrah.
Dream - Berita duka datang dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya. Salah satu dosen, Kiai Muhammad Dahlan Bisri, wafat saat mengajar di dalam kelas.
Dikutip Dream dari laman nu.or.id, kiai yang juga pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang Jawa Timur, ini wafat dalam keadaan duduk. Saat hendak membuka materi kuliah, Kamis 3 Maret 2016.
Menurut Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UINSA, Sahid Mantri, Kiai Dahlan mengajar mata kuliah Metodologi Kajian Teks Arab. Kiai Dahlan wafat saat akan mengajar di kelas Jurusan Hukum Keluarga. " Beliau masuk kelas sekitar pukul 09.30 WIB," tutur Sahid.
Begitu masuk kelas, kata dia, Kiai Dahlan duduk di kursi depan. Dia menyapa mahasiswanya, lalu mengucapkan salam. Kiai Dahlan lalu membaca basmalah untuk membuka materi mata kuliah yang akan disampaikan.
" Setelah baca basmalah, kepala beliau tertunduk dalam kondisi duduk seperti tertidur," tambah Sahid.
Antara percaya dan tidak, sejumlah mahasiswa terlihat gelisah ketika dosennya tidak melanjutkan mata kuliah. Karena itu, sebagian mahasiswa memberitahukan kejadian ini ke dosen lain.
" Dosen kemudian membawa almarhum ke ruang dosen dan sempat diperiksa. Ternyata sudah meninggal dunia. Sekarang almarhum sudah berada di rumah duka di Pesantren Darul Ulum Peterongan, Jombang," ucap Sahid.
(Ism)
Dream - Tak ada yang tahu kapan ajal datang. Tapi, banyak orang berusaha bersiap. Seperti yang dilakukan oleh Nyai Khotibatul Ummah binti KH A Warits Ilyas, putri pengasuh Pondok Pesantren Annuqqayah, Sumenep, Madura.
Neng Oot --demikian Nyai Khotibatul Ummah karib disapa-- wafat pada Sabtu 6 Februari silam, akibat mengalami pendarahan setelah melahirkan.
Setelah Neng Oot meninggal, keluarga menemukan kain kafan dan wasiat yang ditulis tangan. Dalam wasiat itu tertulis kain kafan itu telah dicuci dengan air Zamzam. Tertulis pula sejumlah ayat Alquran tentang kematian dalam wasiat itu. Seolah telah bersiap.
Keponakan Neng Oot, Muhammad Al-Faiz, mengatakan, kisah saudaranya itu mirip dengan Salahuddin al-Ayyubi, sultan Dinasti Ayyubiah. Dalam satu versi sejarah dikisahkan, Salahuddin al-Ayyubi selalu membawa peti-peti terkunci ke tengah medan perang.
Peti-peti itu dijaga, hingga orang-orang terdekatnya mengira bahwa di dalamnya terdapat harta dan permata berharga. Namun, setelah Salahuddin mengembuskan nafas terakhir dan peti-peti itu dibuka, ketika itulah orang-orang sadar bahwa dugaan mereka selama ini salah.
Peti-peti itu hanya berisi sepucuk wasiat, kain kafan, dan setumpuk tanah. Dalam wasiat itu tertulis: " Aku mau dikafani dengan kain kafan ini, yang telah harum oleh air Zamzam dan juga telah mengunjungi Kabah serta pusara Rasulullah. Sedangkan tanah ini, berasal dari bekas perang. Buatlah batu bata darinya dan jadikan bantalku di dalam kuburanku."
Konon, sesuai wasiatnya, dari tanah itu dibuatlah 12 batu besar yang kini bersemayam di bawah kepala Salahuddin di dalam kuburannya.
" Demikianlah, kesadaran seseorang untuk mempersiapkan kematiannya, baik persiapan lahir maupun batin, tidak lain merupakan rahmat Tuhan yang amat besar," kata Muhammad Al-Faiz.
" Sangat boleh jadi rahmat itu adalah rangkaian awal dari rahmat selanjutnya dalam dimensi yang lebih kekal. Kafa bil mauti wa'idhan. Cukuplah kematian memberi kita pelajaran, meniscayakan sebuah pertanyaan, ‘Apa yang sudah saya persiapkan?’" tambah dia. (Ism, Sumber: NU Online)
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik