Kasus Gagal Ginjal Anak/ Foto: Shutterstock
Dream - Kasus gagal ginjal pada anak di Indonesia meningkat drastis pada tiga bulan terakhir. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM) sampai menerjunkan tim untuk menganalisis hal tersebut.
Obat sirup yang tercemar diduga kuat jadi pemicu utamanya. Efeknya, sejumlah perusahaan mendapat teguran, dikenai sanksi dan dilarang untuk memproduksi lagi obat sirup.
Terkait kasus gagal ginjal pada anak yang cukup banyak memakan korban jiwa, tentunya menarik perhatian banyak pihak. Salah satunya Prodia, yang menggelar workshop “ Kenali Gagal Ginjal Akut” pada 8 November 2022 kemarin.

Hadir dr. Henny Adriani, Sp. A(K) dokter konsultan nefrologi anak, yang memberikan penjelasan detail soal gangguan ginjal anak. Terutama soal penyebab utama gangguan ginjal akut. Menurutnya, terdapat 3 penyebab utama gagal ginjal akut pada anak, yaitu pra-renal, renal, dan post-renal.
Pre-renal berarti kondisi yang terjadi sebelum ginjal. Kondisi ini menyebabkan menurunnya jumlah aliran darah ke ginjal.
“ Kalau ada kondisi dimana yang menyebabkan aliran darah ke ginjal turun, misalnya diare, muntah-muntah sampai dehidrasi maka akan mengalami penurunan darah yang mencapai ke ginjal. Sehingga jumlah urine menjadi sedikit,” ungkap dr. Henny di Laboratorium Prodia, Jakarta Pusat, 8 November 2022
Sementara, renal terjadi kerusakan pada organ ginjal itu sendiri. Kondisi rusak pada ginjal ini bisa terjadi karena infeksi berat, peradangan pada ginjal sendiri, atau adanya toxin (racun) dalam tubuh anak. Untuk toxin, ini yang terjadi pada sejumlah kasus gagal ginjal anak setelah mengonsumsi obat sirup yang tercemar.

Penyebab yang ketiga adalah penyebab post-renal, yang terjadi karena adanya obstruksi/sumbatan pada jalur pengeluaran urin. Akibatnya, fungsi ginjalnya menurun. Ia juga mengungkapkan gejala-gejala gangguan ginjal akut yang perlu orangtua waspadai.
Penurunan jumlah urine, merupakan gejala umum yang sering terjadi. Dokter Henny juga mengungkap bahwa anak yang mungkin mengidap gangguan ginjal akut sulit berkomunikasi atau kesadarannya menurun.
“ Biasanya kalau anak mengalami penurunan fungsi ginjal, dia tidak bisa mengeluarkan racun dalam tubuhnya. Maka racun itu akan berputar terus di dalam tubuh, dan bisa mengendap di otak menyebabkan penurunan kesadaran,” ujarnya.
Adapun gejala-gejala lainnya dapat meliputi tanda-tanda berikut.
- Jumlah urine yang semakin sedikit
- Terdapat darah/kemerahan pada urin
- Bengkak, terutama pada kedua kaki
- Diare
- Mual, muntah, penurunan nafsu makan
- Demam, batuk pilek
Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita
Dream - Kementerian Kesehatan hingga saat ini masih terus berusaha menekan kasus gagal ginjal anak akut. Gangguan kesehatan ini memiliki tingkatan keparahan, ada tanda khas ketika sudah stadium berat.
Pasien anak yang gagal ginjal stadium 3 atau berat, tubuhnya tidak akan memproduksi urine atau disebut anuria. Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa kebanyakan pasien gagal ginjal akut sendiri sudah berada pada stadium berat. Artinya, anak sudah tidak lagi memproduksi urine sama sekali.
" Ada stadium yang kita dapatkan pada pasien, yang terbanyak memang stadium 3 itu 61 persen. Inilah yang stadium 3 terjadinya anuria, tidak keluar urine sama sekali karena ginjalnya sudah gagal melakukan metabolisme," kata Syahril, dikutip dari Liputan6.com, 27 Oktober 2022.
Ia juga mengungkap ada sekitar 11 persen anak berada pada stadium 1. Serta, 7 persen yang berada pada stadium 2, dan sisanya sebanyak 20 persen belum teridentifikasi berada pada stadium mana.
Menurut Syahril, setidaknya 143 anak atau sekitar 53 persen mengalami gejala anuria. Sebanyak 58 anak atau 22 persen mengalami gejala oliguria (sedikit urine), dan 68 anak atau sekitar 25 persen tidak mengalami anuria maupun oliguria.
" Kalau dia sudah sama sekali tidak buang air kecil disebut dengan anuri. Ini berarti stadiumnya sudah stadium 3, stadium berat. Dari data yang ada itu 143 atau 53 persen itu dia anuri," kata Syahril.

Sebelum munculnya gejala khas yang berkaitan dengan produksi urine, anak-anak ikut mengalami gejala prodromal (perubahan kebiasaan) selama 1-5 hari yang cukup beragam. Demam menjadi gejala yang paling banyak dialami.
" Di sini terlihat ada demam, nafsu makan turun, kemudian anaknya tidak begitu bergairah, ada diare, mual-mual, dan ada gangguan saluran pernapasan. Jadi ada dua gejalanya, yang khas dan gejala awalnya."
Menyoroti kasus gagal ginjal akut, Syahril menjelaskan bahwa pihak Kemenkes telah bekerja sama dengan berbagai pihak. Seperti dinas kesehatan, rumah sakit, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk mengatasinya.
" Sebanyak 30 antidotum fomepizole ke Indonesia secara bertahap dari Singapura, 20 vial tiba pada tanggal 10 dan 18 Oktober di mana digunakan untuk pengobatan pasien yang ada di RSCM, 10 vial lagi akan datang pada hari ini," ujar Syahril.
Advertisement
Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu

Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini


Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics

IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan Tubuh

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu