Anak Berkata 'Hidup Menyebalkan', Peringatan Keras Bagi Orangtua

Reporter : Mutia Nugraheni
Kamis, 29 Desember 2022 14:13
Anak Berkata 'Hidup Menyebalkan', Peringatan Keras Bagi Orangtua
Saat bercerita ke orangtua, anak kerap mendapat respons "masalah kamu soal kecil, nanti kalau dewasa masalah kamu lebih besar, nih lihat ayah/ ibu, jangan drama".

Dream - Orangtua seringkali menganggap hal yang dialami anak adalah hal kecil, dibandingkan dengan masalah orang dewasa. Saat bercerita ke orangtua, anak juga kerap mendapat respons " masalah kamu soal kecil, nanti kalau dewasa masalah kamu lebih besar, nih lihat ayah/ ibu, jangan drama" .

Terdengar hal biasa, tapi efeknya bagi mental anak begitu luar biasa dan jangka panjang. Terutama jika anak sudah melontar kalimat " hidupku menyebalkan" . Charlotte Priatna MPd, ahli pengasuhan anak, lewat akun Instagram @tanam_benih, menjelaskan kalau saat anak mengungkapkan hal tersebut merupakan peringatan keras bagi orangtua.

" Kalau anak Anda sudah bicara 'my life is sucks', itu wake up call, ayo bangun, bangun. Ada masalah lho anakmu. Jangan santai, jangan menganggap itu biasa, jangan melihatnya ini sih mengada-ada, cari perhatian saja," kata Charlotte.

 

1 dari 4 halaman

Jangan Membuat Masalah Semakin Besar

Ia juga menjelaskan, saat anak melontarkan hal tersebut, mungkin memunculkan rasa bersalah. Jangan sampai rasa bersalah malah membuat orangtua meresponsnya dengan negatif.

" Kita sendiri jadi mungkin merasa bersalah, tapi rasa bersalah yang bukan membuat kita bangkit tapi justru menuding anak. Kamu ya, jangan bikin mama susah lagi, sudah cukup repot kita dengan begini, bukannya kamu menolong, malah kamu tambah beban," ungkap Charlotte.

Ibu dan anak

Bila respons orangtua demikian, permasalahan akan jadi semakin besar. Kesehatan mental anak jadi taruhannya. Ia akan menjauh dan menganggap orangtuanya, tak bisa membuatnya aman dan nyaman.

" Kalau orangtua sudah memandangnya begini, ya berarti kita lihat masalah itu akan menjadi double, menjadi triple. Ayo aware, ini ada masalah, perubahan itu harus dilakukan dimulai dari mana? Dari saya. Dari saya itu yang artinya sayalah orang pertama yang bisa sadar, yang bisa aware, bangun," ujar Charlotte.

 

2 dari 4 halaman

Minta Bantuan

Menurut Charlotte, orangtua harus lebih dulu menerima keluhan anak, membantunya, serta berempati dan tidak merendahkan/ mengabaikan perasaan anak. Mencari cara agar bisa menghadapi kondisi anak yang sedang stabil dengan bijak, yaitu dengan menyadari kalau orangtua juga butuh pertolongan.

Konselor

Bisa dengan mengajak anak ke konselor, psikolog untuk berusaha memahaminya dengan baik. Anak mengeluh kepada orangtua soal hidupnya, sebenarnya merupakan pertanda baik kalau ia ingin terbuka. Harapannya bukan segera ada solusi, tapi setidaknya orangtua bisa membantu menenangkan, bukan malah mengabaikan perasaannya.

3 dari 4 halaman

Psikiater Ingatkan Orangtua Soal Otak Remaja

Dream - Banyak orangtua yang beranggapan kalau anak-anak yang sudah menginjak usia remaja yaitu 17 hingga 19 tahun mulai berpikir kritis. Bisa membuat keputusan besar untuk dirinya sendiri dan melakukan pertimbangan yang rumit.

Faktanya ternyata tak demikian. Di sekolah mungkin anak merupakan sosok yang pintar secara akademis, tapi secara pemikiran dan psikologis mereka masih dalam tahap perkembangan. Menurut dr. Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ dalam akun Instagramnya @dr.vivisyarif, otak remaja masih belum sempurna.

" Otak remaja itu masih dalam proses perkembangan, proses developmental stage. Kita harus berhenti berpikiran bahwa remaja itu adalah orang dewasa dalam versi mini, no. Mereka adalah anak-anak yang masih dalam fase transisi menuju fase dewasa," kata dr. Vivi.

 

4 dari 4 halaman

Perkembangan Otaknya Masih Belum Sempurna

Menurutnya, otak remaja masih mengalami perkembangan khususnya di prefrontal cortex, area yang paling akhir berkembang. Ini adalah area otak yang bertanggung jawab untuk pembuatan keputusan, penilaian dan perencanaan.

" Jadi pada remaja mereka sedang belajar melakukan abstract thinking, proses berpikir abstrak, jadi parents jangan berharap anak remaja sudah tahu mereka akan melakukan apa dalam sekian tahun ke depan, belum tentu. Mereka lagi belajar abstract thinking kayak orang dewasa," ujar dr. Vivi.

Ia juga menjelaskan di usia tersebut, anak masih berproses dalam menjalani tanggung jawab, melakukan pertimbangan secara moral suatu perilaku atau tindakan. Seringkali remaja melakukan hal impulsif dan hal itu karena kemampuannya itu menilai belum matang dan butuh pendampingan terus menerus dari orangtua.

" Jadi parents kita harus berhenti menuntut mereka sudah bisa melakukan abstract thinking, punya reasoning, jangan menuntut mereka harus bisa karena pada dasarnya memang belum bisa," pesan dr. Vivi.

Sumber: dr. Vivi Syarif

Beri Komentar