Dream - Sebagai orangtua pastinya kita ingin menerapkan aturan dan disiplin pada anak-anak. Harapannya, kelak anak menjadi pribadi yang baik, disiplin dan mandiri. Sayangnya, cara yang kita lakukan seringkali kurang tepat.
Ancaman, bentakan, suara tinggi hingga bentakan, mungkin kerap terlontar dari ayah atau pun bunda. Dalam kondisi ini anak memang langsung merasa takut dan membuatnya langsung mengikuti yang diperintahkan orangtua.
Kebiasaan tersebut efeknya ternyata bisa sangat merusak.
Bukan hanya merusak hubungan emosional anak dan orangtua, tapi juga perkembangan otaknya. Mengapa demikian?
Dokter Yuni Astria, spesialis anak mengungkap kalau terus memarahi anak akan sangat berbahaya bagi perkembangan otaknya.
" Terus menerus memarahi anak maka umumnya adalah marah yang bersifat destruktif. Tak hanya memengaruhi perkembangan perilaku anak menjadi lebih tertutup atau lebih agresif, kebiasaan memarahi anak, baik secara verbal maupun tindakan kekerasan fisik destruktif berdampak juga pada volume otak anak," ungkap dr. Yuni.
Misalnya, terus menerus melabeli anak dengan mengatakan " kamu menyusahkan" , " payah, kamu gini ajak gak mampu" , " anak kok bodoh banget gak ngerti-ngerti" .
Bila hal itu dilakukan sangat sering, volume otak anak bisa mengecil.
" Semakin sering anak dimarahi neuron di otak semakin tidak berkembang, volume otak ikut mengecil," ungkap dr. Yuni.
Ia juga menjelaskan, pada anak yang terus menerus dimarahi atau mendapat kekerasan fisik (dicubit, dijewer, dipukul) aktivitas otaknya di bagian lobus temporal berkurang, sehingga koneksi ke bagian cerebellum (otak kecil) tidak optimal. Kondisi tersebut berdampak negatif pada kemampuan daya ingat anak.
Dampak buruk lainnya ketika anak sering dimarahi secara destruktif adalah ia tak bisa mengenali emosinya dan membuat level stresnya sangat tinggi.
Menurut dr. Yuni, penting bagi orangtua untuk terus belajar mengontrol emosi. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendisiplinkan dan memberitahu anak. Pasalnya kebiasaan terus menerus memarahi anak, efek yang muncul bukan malah membuatnya disiplin tapi malah berdampak buruk bagi perkembangan otak dan psikologisnya.
Sumber: IG @dryunianak