Buah Hati Akhirnya Diberi Ponsel, Apa Alasan Orangtua?

Reporter : Mutia Nugraheni
Kamis, 12 Januari 2017 12:00
Buah Hati Akhirnya Diberi Ponsel, Apa Alasan Orangtua?
Coba kita simak pendapat para orangtua yang sudah memberi ponsel pada anaknya.

Dream - Telepon seluler (ponsel) jadi alat penting untuk berkomunikasi dengan anak. Apalagi jika kedua orangtua bekerja dan anak diurus pengasuh di rumah. Dengan adanya ponsel, kita memang jadi lebih mudah menghubungi si kecil. Bukan hanya melalui pembicaraan di telepon tapi bisa saling kirim foto dan video.

Banyak orangtua yang masih ragu untuk memberi ponsel pada anak. Coba kita simak pendapat para orangtua yang sudah memberi ponsel pada anaknya. Apa saja pertimbangan mereka?

Arifka Nanda (37 tahun) ibu dua anak ini mulai memberi ponsel pada anaknya Fabio (10) ketika anaknya kelas 1 Sekolah Dasar.

" Alasan untuk memberi ponsel ya karena sering kangen dan telepon rumah waktu itu belum aktif juga jadi satu-satunya cara komunikasi ya kasih Fabio ponsel. Ponsel yang aku kasih juga bukan ponsel terbaru, tapi ponsel jadul yang dulu pernah dipakai suamiku," ujar Nanda yang merupakan ibu bekerja.

Waktu pertama kali diberi ponsel, menurut Nanda, Fabio hanya menggunakannya untuk menelepon ayah, ibu atau kakek dan neneknya. Pulsanya pun dibatasi hanya Rp 20.000, karena memang Fabio lebih banyak ditelepon daripada menelepon. Tapi setelah anaknya mengerti games, aplikasi chat WhatsApp, ia mulai minta ponsel baru.

" Datang juga masa-masa itu, hehehe, dia minta ponsel keren seperti teman-temannya. Akhirnya saya kasih, tapi bukan ponsel baru, punya saya juga yang tak terpakai. Alasannya karena memang pakai aplikasi WhatsApp kita juga bisa kirim foto dan video. Aku jadi tahu Fabio sedang apa dan di mana, kadang juga dia kirim video vlog ala-ala sama teman-temannya. Kocak juga," kata Nanda.

Lain lagi cerita Diah Ika (37), ia memberi ponsel pada anaknya Azka (8) ketika anaknya mulai sering les dan kalau dijemput suka tidak ada, tepatnya umur 7 tahun. Lalu, teman-teman Azka juga mulai punya ponsel dan suka bermain games bersama. Ika pun menerapkan aturan khusus pada Azka terkait ponselnya.

" Di sekolah ponsel harus dimatikan, karena memang peraturan sekolah demikian. Kalau selesai sekolah dan berangkat les, harus dinyalakan karena biar gampang dihubungin untuk diantar jemput. Lalu di pekan ulangan, gak ada tuh main-main games di ponsel, baru boleh saat saat akhir pekan saja," kata Ika.

Pulsanya sendiri dibatasi Rp 50.000, dan kalau mau main games online atau buka YouTube juga hanya boleh menggunakan WiFi di rumah. Menurut Ika, hal itu agar lebih mudah mengontrolnya.

Dengan memberi ponsel, juga bisa membantu ayah dan ibu tahu tugas-tugas sekolah anak. Seperti alasan Nidya Hapsari (34) yang memberikan ponsel untuk putrinya Gendis (7). Tugas sekolah Gendis ada kalanya membuat proyek dan membutuhkan banyak barang.

" Karena saya dan suami bekerja, mencari barang untuk proyek sekolah Gendis biasanya dilakukan di sela-sela pekerjaan atau sepulang kerja. Biasanya Gendis chat untuk kasih tahu ke kita proyek sekolahnya dan barang apa saja diperlukan. Jadi nanti kita sama-sama cari dan waktunya gak terlalu mepet untuk mempersiapkan," kata Nidya

Ponsel untuk Gendis juga tidak ada simcard dan pulsa, hanya digunakan untuk chat dengan orangtuanya. Biasanya Gendis pakai ponsel untuk melihat penyanyi kesayangannya di YouTube dan dilakukan dengan menggunakan Wifi rumah.

Ada berbagai macam pertimbangan tiga ibu muda tersebut dalam memberikan ponsel untuk anaknya. Apakah Sahabat Dream juga memiliki pertimbangan lain?

Punya pengalaman seru, menegangkan atau penuh inspirasi saat mengurus si kecil? Atau pengalaman menata rumah baru bersama pasangan? Bagi cerita Anda di  parenting.dream.co.id dengan mengirimkan email ke komunitas@dream.co.id dengan subjek ParentingShare.

Beri Komentar