Anak Balita
Dream - Melihat anak tumbuh kembang secara fisik memang sangat menyenangkan. Dari yang hanya kecil berupa bayi, lalu semakin tinggi setiap hari. Penasaran akan setinggi apa anak kelak?
Pada dasarnya, tinggi anak tergantung pada tinggi kedua orangtuanya atau dipengaruhi oleh faktor genetik. Rata-rata tingkat pertumbuhan seorang anak baik laki-laki maupun perempuan adalah sekitar dua inci per tahun dari usia empat sampai pubertas.
Bagaimana Memperkirakan Tinggi Anak?
Berikut adalah beberapa cara untuk menghitung perkiraan tinggi anak di masa depan.
Metode Dua Tahun Kali Dua
Metode ini didasarkan oleh teori bahwa tinggi seorang anak pada usia dini dapat mempengaruhi tinggi badannya saat dewasa. Saat anak berusia dua tahun, kalikan tinggi badannya dengan dua untuk mendapatkan perkiraan tinggi badan anak ketika dewasa.
Metode Mid-Parental
Metode ini didasarkan pada pengaruh tinggi orang tua terhadap tinggi badan dewasa anak-anak mereka. Caranya dengan menjumlah tinggi kedua orangtua dalam inci, kemudian bagi dua. Jika anak laki-laki, tambahi bilangan dengan 2.5, atau kurangi dengan 2.5 untuk anak perempuan.
Asesmen Usia Tulang
Metode ini kerap dilakukan oleh dokter anak ketika seorang anak menunjukkan pola pertumbuhan yang tidak biasa. Cara ini didasarkan pada penentuan usia tulang anak dengan menilai lempeng pertumbuhan.
Kalkulator Tinggi Badan
Kalkulator tinggi badan adalah cara untuk menentukan tinggi anak di masa depan yang didasarkan oleh tinggi badan orangtua, serta tinggi, berat dan usia anak.
Riwayat Keluarga dan Genetika
Tinggi seorang anak bisa didapatkan berdasarkan tinggi keluarga terdahulu. Genetik juga berpengaruh dalam menentukan tinggi badan anak. Anak laki-laki diyakini mungkin lebih tinggi daripada perempuan, karena perempuan memiliki dua kromosom X dan lebih dulu mencapai pubertas.
Pubertas
Masa pubertas adalah masa dimana anak mengalami perubahan fisik yang drastis, termasuk tinggi badan. Hal ini dapat dimulai kapan saja, dari usia 8 tahun keatas.
Nutrisi
Asupan nutrisi seorang anak berpengaruh pada tinggi badan mereka. Anak yang kekurangan gizi dapat berdampak pada pertumbuhan tinggi badannya.
Kondisi Kesehatan
Kondisi kesehatan tertentu dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi anak. Kondisi kesehatan tersebut dapat meliputi penurunan atau kelebihan produksi hormon pertumbuhan, down syndrome dan turner syndrome, morbiditas, dan penyakit kronis lainnya.
Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita/ Sumber: Momjunction
Dream - Anak-anak saat disediakan atau disuapi makanan tak selalu langsung menyantapnya. Ada yang hanya menyentuh, melihat atau hanya memasukkannya ke mulut, tak dikunyah dan mendiamkannya.
Kondisi tersebut biasanya kita sebut dengan mengemut makanan. Anak membiarkan makanan yang dimakan dalam mulut dalam waktu lama hingga berantakan. Ia tak tampak ingin mengunya atau memuntahkannya. Bagi orangtua, ini tentunya sangat bikin khawatir.
Beberapa anak memiliki kecenderungan mengemut makanan. Apa sebabnya? Ternyata ada berbagai alasan mengapa anak mengemut makanan. Alison Oniboni, MS, CCC-SLP, ahli patologi bahasa wicara mengatakan bahwa balita masih mengembangkan kekuatan fisik dan keterampilan koordinasi yang diperlukan untuk mengunyah dan menelan yang efektif.
" Makanan apa pun yang tertinggal di mulut atau dimuntahkan secara tidak sengaja kemungkinan besar disebabkan oleh otot-otot mulut yang masih berkembang dalam hal kekuatan dan koordinasi, sama seperti kelompok otot lainnya," kata Oniboni, dikutip dari PopSugar.
Penyebab lainnya adalah beberapa balita mungkin gagal menelan semua makanan mereka adalah karena kondisi kepekaan sensoriknya. " Ada kemungkinan makanan dimuntahkan atau tertahan di mulut karena preferensi rasa atau tekstur," ujar Oniboni.
Banyak orangtua yang penasaran kapan anak bisa menelan makanannya dengan sempurna tidak mengemut atau memuntahkan. Rupanya, pada usia 2 tahun, anak-anak harus memiliki semua keterampilan motorik oral untuk makan lebih banyak seperti orang dewasa.
" Saat usia 2 tahun anak harus bisa mengunyah dan menelan, menggunakan peralatan, dan minum dari cangkir terbuka dan sedotan tanpa kesulitan," kata Christine Miroddi, MA, CCC-SLP, pendiri Foodology Feeding Therapy.
Bila di usia 2 tahun anak masih mengalami kesulitan makanan mungkin dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengembangkan kemampuan oral motoriknya. Bisa dilatih dengan meniup gelembung, menggunakan sedotan atau mengunyah makanan beragam tekstur.
Bisa juga berkonsultasi dengan dokter anak agar bisa dianalisis lebih detail. Pasalnya, beberapa kasus kesulitan makan pada anak dibutuhkan intervensi khusus berupa terapi.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur