Dampak Konsumsi Kental Manis yang Masih Dianggap Susu

Reporter : Okti Nur Alifia
Senin, 21 Agustus 2023 18:46
Dampak Konsumsi Kental Manis yang Masih Dianggap Susu
Sebanyak 22,3 persen, ibu di DIY masih menganggap kental manis adalah susu.

Dream - Sebanyak 22,3 persen warga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masing menganggap kental manis sebagai susu. Padahal kental manis sebenarnya bukanlah susu, melainkan minuman gula yang ditambahi susu.

Temuan tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) terhadap 1.000 responden di Kabupaten Bantul, Sleman, Kulonprogo, dan Gunungkidul, pada Juni lalu. Dalam penelitian ini, YAICI turut menggandeng PP Aisyiyah dan Universitas Aisyiyah (Unisa).

Dari 1.000 responden, sebanyak 22,3 persen atau 231 ibu di empat kabupaten tersebut menganggap kental manis adalah susu

“ Hasil temuan YAICI dan Aisyiyah menunjukkan masih banyak kental manis diberikan kepada anak dan orang tua sebagai minuman susu pada masyarakat marjinal,” kata Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, dalam keterangannya, Senin 21 Agustus 2023.

1 dari 4 halaman

Dampak Mengonsumsi Kental Manis

Dari temuan ini juga diketahui bahwa 5,3 persen balita masih diberikan kental manis sebagai susu pendamping ASI. Sedangkan sebanyak 27 persen lainnya kental manis dikonsumsi orangtua sebagai susu.

Arif Hidayat mengungkapkan bahwa anggapan ini diteruskan maka akan berdampak tidak baik bagi kesehatan. Balita yang konsumsi kental manis terindikasi dan berpotensi mengalami malnutrisi, seperti gizi buruk, stunting, maupun obesitas.

“ Karena kental manis itu bukan susu, jadi perannya tidak bisa menggantikan susu. Kadar gula dalam kental manis cukup tinggi sehingga sangat tidak baik jika harus dikonsumsi balita maupun anak-anak,” jelasnya.

2 dari 4 halaman

Arif menambahkan, anggapan kental manis sebagai susu memang sudah lama terbentuk dalam masyarakat.

Dari penelitian ini diharapkan masyarakat akan lebih tahu tentang dampak yang dapat ditimbulkan dari mengkonsumsi kadar gula tinggi, sehingga dengan demikian masyarakat tidak lagi menganggap kental manis sebagai susu.

Guru Besar Gizi Universitas Muhammadyah Jakarta (UMJ) sekaligus wakil ketua penelitian, Tria Astika Endah Permatasari mengungkapkan tanpa disadari apa yang konsumsi sehari-hari oleh masyarakat mengandung gula.

3 dari 4 halaman

Batasan Mengonsumsi Gula

Dia membagi gula ke dalam tiga jenis, yakni free sugar, gula alami yang terdapat pada sayur dan buah, kemudian hidden sugar.

Hidden sugar adalah gula tambahan yang disamarkan di dalam produk dengan nama-nama tertentu, salah satunya pada kental manis. Sering kali konsumen tidak menyadari bahwa itu juga termasuk jenis gula,” ungkapnya.

Walau gula akan berdampak tidak baik bagi kesehatan, bukan berarti masyarakat tak boleh mengonsumsinya sama sekali. Menurutnya, gula tetap diperlukan tubuh, namun kadarnya harus dibatasi.

Tria mengungkapkan, untuk orang dewasa kebutuhan gula berkisar 35 - 40 gram perhari. Sedangkan untuk anak-anak direkomendasikan antara 20 - 25 gram perhari.

4 dari 4 halaman

Tria menambahkan masa balita terutama pada dua tahun pertama kehidupan merupakan masa tumbuh kembang, di mana kebutuhan protein sangat tinggi.

Banyak sumber protein dapat diperoleh, salah satunya dari susu. Kandungan protein dalam kental manis pada takaran saji hanya 1 gram saja, sedangkan kandungan gula yang dimiliki sampai 20 gram. Sementara untuk balita, kebutuhan protein yang harus dicukupi mencapai 9 - 25 gram sehari.

“ Kalau misalnya seorang ibu mengajarkan kental manis asupan utama sebagai susu dengan 3 kali sehari, maka itu hanya akan memenuhi 3 gram protein sehari. Kalau masih pada kental manis (dijadikan sumber protein) yang utama, ini akan menjadi bahaya bagi generasi yang akan datang,” pesannya.

Beri Komentar